Advertisement

Jalan Panjang ke Kampung Halaman

Rheisnayu Cyntara & Jaffry Prabu Prakoso
Kamis, 19 April 2018 - 10:25 WIB
Budi Cahyana
Jalan Panjang ke Kampung Halaman Calon penumpang kereta api membeli tiket di Stasiun Lempuyangan. - Harian Jogja/Rheisnayu Cyntara

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Lebaran yang jadi momen ngumpulke balung pisah selalu dinanti-nanti oleh hampir seluruh penduduk Nusantara. Mudik yang lazimnya hanya setahun sekali itu jarang terwujud dengan mudah, termasuk tahun ini. Dua bulan sebelum Idulfitri, tiket pulang kampung sudah susah didapat.

Rabu (18/4/2018) pagi, aspal jalanan sudah dipadati kendaraan. Sepeda motor berderet di sekitar pintu masuk area parkir Stasiun Lempuyangan. Stasiun kecil di tengah Kota Jogja itu sudah menggeliat, penumpang Prambanan Ekspress (Prameks) berjejalan di loket sepur lokal untuk antre membeli tiket. Hafid, berkemeja kotak-kotak biru muda, sibuk di depan boks dengan teknologi layar sentuh bertuliskan mesin tiket. Ia bolak-balik memencet tombol, mengisi kolom keberangkatan dengan tujuan Wonokromo dan Lempuyangan.

Advertisement

Berkali-kali ia mencari, hanya kotak-kotak berkelir abu-abu yang terlihat. Tanda seluruh kursi telah terisi. Mengganti tanggal keberangkatan pun tak berpengaruh banyak, kotak abu-abu tetap terpampang di layar. Ia lantas beralih dari mesin sebesar lemari pendingin tersebut dan menelepon, mengabarkan kepada keluarganya di Surabaya kalau seluruh kursi untuk kembali ke Jogja telah terpesan. Hafid yang sudah sembilan tahun bekerja di salah satu perusahaan swasta di Kota Pelajar ini memang belum berhasil mendapatkan tiket untuk balik ke Jogja. Seluruh karcis keberangkatan sepekan selama Hari Raya Idulfitri dari Stasiun Wonokromo ke Lempuyangan telah ludes.

“Kalau tiket mudik sudah dapat,” ujar dia singkat.

Keputusan untuk mencoba membeli langsung ke stasiun ia ambil setelah berburu tiket melalui aplikasi KAI Akses tak membuahkan hasil. Ia berharap kuota yang disediakan PT KAI secara daring lewat gawai akan berbeda dengan yang tersedia di mesin pembelian tiket mandiri. Namun harapannya tak terwujud. Tiket kepulangannya ke Jogja belum juga terjamin.

“Saya mau nunggu loket kereta api jauh baru buka jam sembilan nanti, coba beli langsung ke loket,” ujarnya sambil melirik ke loket yang masih tutup dengan pandangan harap-harap cemas.

Tiap tahun, Hafid kudu berkejaran dengan waktu untuk mendapatkan tiket pulang ke kampung halamannya di Surabaya. Sebagai pekerja di perusahaan swasta, liburnya tak tentu, belum mesti sesuai dengan libur Lebaran yang ditetapkan oleh pemerintah jauh-jauh hari sebelumnya. Seringkali ia harus rela naik bus dan bermacet-macet selama belasan jam di jalan. Dengan naik kereta api, Hafid hanya butuh waktu enam hingga tujuh jam perjalanan.

Sethari Rumatika lebih beruntung. Tiket untuk mudik ke Jakarta telah dia gengam, meski memperolehnya pun tak mudah. Ia sadar harus berebut dengan ribuan orang lainnya yang juga berniat pulang kampung, melepas kangen dengan sanak famili saat Lebaran tiba. Awalnya, Sethari sudah berhasil memesan tiket lewat aplikasi KAI Akses. Sayangnya, ia melewatkan tenggat waktu satu jam yang diberikan untuk membayar tiket tersebut.
“Saya ingat saat itu hujan deras, saya tidak bisa keluar dari kos. Akhirnya hangus,” ucap dia.

Setelah hujan reda, penulis salah satu majalah di Jogja ini langsung pergi ke toko berjejaring yang berada tak jauh dari tempat tinggalnya di bilangan Wirobrajan. Meskipun kuota kursi telah berkurang banyak, ia beruntung masih bisa mendapatkan satu tiket untuk pulang pergi Jogja-Jakarta.

“Panik sih. untungnya masih dapat,” katanya dengan rona bahagia.

 

Dari Jakarta

Mereka yang akan meninggalkan Jakarta juga mengalami persoalan serupa. Dini hari pada Minggu pertama Maret, Kiky Fitria sudah menyalakan layar gawainya dan buru-buru membuka situs resmi PT KAI sejak pertama kali perseroan membuka pembelian tiket kereta api untuk pulang kampung di hari raya.

Belum ada satu menit, situs yang diakses Kiky melebihi kapasitas pengunjung. Dua menit kemudian, semua tiket penuh pemesanan. Keinginannya mendapat tiket mudik ke Madiun sirna kurang dari 10 menit.

Harapan datang saat PT KAI merilis tiket kereta tambahan untuk Lebaran mulai Senin (16/4/2018). Bersama dua temannya, wanita yang sudah bekerja di Jakarta selama empat tahun ini berharap bisa mendapat tiket.

“Aku tidak mungkin tidak pulang. Paling mentok banget naik pesawat meski mahal. Kalau [naik] bus tidak banget,” kata dia.

Nyatanya, kesulitan yang dia jumpai tidak berbeda dengan sebelumnya. Yang lebih parah, situs resmi PT KAI tidak bisa diakses. Kiky tidak patah arang. Setiap dua jam sekali dia mengecek ketersediaan tiket. Sempat sekali dia berhasil, tetapi sistem langsung rusak dan pembayaran batal.

Abduh Hasan Khaerullah juga mengalami kesukaran serupa. Dia malah sudah mencoba ikut pulang kampung gratis yang disediakan Kementerian Perhubungan. Saat menghubungi layanan informasi, kuota telah terisi semua.

Sampai saat ini dia terus mencoba. Abduh teringat dengan saudaranya yang memiliki usaha agen tiket. Cara ketiga yang dia tempuh gagal karena tiket kereta ludes terjual.

Abduh memiliki dua opsi pulang kampung, yakni ke tempat kelahiran ayah di Madiun atau Tulungagung tempat kecil ibu. Namun, dua-duanya belum pasti karena tiket belum juga dia peroleh.

“Opsi terakhir naik mobil meski harus macet-macetan,” jelas dia.

Abduh dan keluarganya tak ingin mengulang perayaan Idulfitri tahun lalu. Ketika teman-temannya mudik, dia berlebaran di Tangerang Selatan, tempat tinggalnya selama ini.

Dia memang sejak jauh hari bersama keluarga merencanakan mudik setelah tahun sebelumnya hanya merayakan hari raya di kawasan Tangerang Selatan.

Nasib baik dialami Aisyah Khairunnisa. Setelah berjuang dengan suami sejak akhir Maret dan berharap PT KAI yang membuka tambahan kereta, akhirnya dia mendapatkan tiket pulang kampung ke Semarang. Namun, dia masih belum bernafas lega karena belum mendapat tiket pulang dari Solo.

“Dari jam 12 [malam] sampai jam dua [pagi] coba aplikasi itu, plus telepon 121 call center KAI untuk pesan tiket. Tapi call center 121 pun sibuk terus,” katanya.

 

Laris Manis

PT KAI pertama kali membuka layanan pembelian tiket angkutan kereta api Lebaran 2018 pada Kamis (1/4/2018) atau 90 hari sebelum Idul fitri yang diperkirakan jatuh pada 15 atau 16 Juni 2018. Pembelian yang lebih cepat ini diharapkan bisa membuat masyarakat mengatur waktu keberangkatan dan lebih leluasa memilih waktu perjalanan.

Akan tetapi tiket yang tersedia langsung habis. Rata-rata, tiket KA tujuan Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tanggal-tanggal keberangkatan favorit, yakni 11-14 Juni, sudah terjual.

Melihat tingginya animo masyarakat yang akan mudik menggunakan KAI pada Lebaran tahun ini, PT KAI mengoperasikan 16 sepur tambahan dengan 9.326 tempat duduk. Pemesanan dan penjualan kereta tambahan ini dibuka awal pekan ini mulai pukul 00.01 WIB.

Belum setengah hari dilepas ke pasar, tiket tambahan diserbu masyarakan. Senior Manager Humas PT KAI Daop 1 Jakarta Edy Kuswoyo mengatakan saat ini tiket yang tersedia tinggal tujuan Bandung, Cirebon, Tegal, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya, dan Malang.

PT KAI belum berencana menambah lagi gerbong atau kereta. “Sampai sekarang hanya itu tambahannya,” katanya.

Arus mudik menggunakan sepur diperkirakan akan mengalami puncaknya pada Rabu (13/6/2018) atau dua hari sebelum Lebaran, sedangkan puncak arus balik diperkirakan jatuh pada Minggu (17/6/2018), sehari setelah lebaran.

Hafid, Sethari, Kiky, Abduh, dan Aisyah, berharap pemerintah terus memperbaiki sistem pembelian tiket serta memperbanyak kereta, moda transportasi yang paling nyaman, murah, dan aman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Kirab Pengantin Tebu di Pabrik Gula Madukismo

Bantul
| Selasa, 23 April 2024, 21:27 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement