Advertisement
UMKM Belum Manfaatkan Teknologi Secara Maksimal
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Teknologi digital menghadirkan inovasi, baik dari sisi manajemen bisnis maupun peluang pasar yang kini semakin luas. Sayangnya, bekal kemampuan teknologi yang mumpuni belum dioptimalkan pelaku UMKM, terutama mereka yang masih menjalankan bisnisnya secara konvensional.
"UMKM merupakan sektor utama penggerak ekonomi DIY. Untuk menumbuhkan perekonomian DIY, maka sektor ini harus disentuh, didorong dan didukung agar bisa semakin berkembang,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) DIY Budi Hanoto, Selasa (30/10).
Advertisement
Kecanggihan teknologi informasi begitu lekat dengan generasi milenial atau anak-anak muda dengan rentan usia di atas 20-35 tahun. Tak heran apabila pelaku usaha pada usia tersebut jauh lebih fasih dalam menggunakan teknologi informasi dalam menunjang sekaligus mengembangkan usaha.
“Maka dari itu, ini merupakan tantangan bagi kami untuk bisa mendorong UMKM tradisional ini agar dapat didorong untuk memanfaatkan e-commerce dan digital marketing lainnya,” ungkap Budi.
Budi memaparkan tantangan tersebut merupakan salah satu yang dihadapi, tidak cukup dengan memberikan ruang promosi produk bagi mereka. Akan tetapi, UMKM di DIY masih sangat membutuhkan dukungan dalam pengembangan capacity building, terkait pemanfaatan teknologi dalam menjalankan bisnis.
“Kami berharap DIY dapat lebih mapan infrastrukturnya untuk mendukung UMKM. Antara lain seperti jaringan Internet, bandwitch. Harapannya itu mapan. UMKM yang masih mengandalkan pemasaran secara tradisional ini, diharapkan dapat segera melek teknologi,” papar Budi.
Pemanfaatan digital marketing, menurut Budi, juga dinilai perlu diimbangi dengan pengoptimalan layanan digital perbankan. Selain itu, dengan mengoptimalkan digital marketing, pelaku UMKM juga diharapkan lebih agresif dalam memasarkan produknya.
“Jenis UMKM yang fokus kami sasar agar dapat lebih berkembang, yakni UMKM yang bergerak pada bisnis fesyen, kerajinan dan kuliner. UMKM ini yang akan kami hadirkan dalam Grebeg UMKM, yang mana mereka juga tidak hanya diberi ruang berjualan, tetapi juga dibekali dengan pengetahuan bisnis masa kini, sehingga diharapkan mereka bisa lebih siap menghadapi pasar global yang semakin bebas,” jelas Budi.
Tak hanya persoalan pemasaran yang akan menjadi tantangan bagi UMKM untuk menghadapi pasar global. Ditemui belum lama ini, Direktur Pengabdian kepada Masyarakat UGM Irfan Dwidya Prijambada memaparkan untuk menembus pasar global melalui marketplace, pengemasan produk juga harus lebih diperhatikan.
Pasalnya untuk memperluas pasar, tidak cukup dengan kemampuan pemasaran secara daring. Produk yang ditampilkan juga harus dikemas menarik. Irfan menuturkan banyak produk UMKM seperti kopi, teh atau produk-produk lainnya yang jika itu dipasarkan secara online, pasti akan ada banyak produk yang sama.
"Maka dari itu, produk yang dipromosikan juga harus menekankan suatu daya tarik. Misalnya dalam kemasannya bisa dilampirkan tentang cerita dari produk. Mungkin tentang bagaimana produk itu produksi, ternyata dibuat oleh kelompok tani, atau produk dengan bahan baku lokal yang jika itu disampaikan akan menggugah apresiasi konsumen terhadap produk tersebut," jelas Irfan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Jalin Kerja Sama, Bank BJB Surakarta Layani Pembayaran Tagihan PDAM Wonogiri
- Shin Tae-yong & Hwang Sun-hong, 2 Sahabat yang Saling Tikam di Piala Asia U-23
- Presiden Jokowi bakal Berikan Penghargaan Satyalancana ke Gibran & Bobby
- Damkar Sragen Evakuasi Sapi Limosin Betina yang Tercebur di Dam Colo Timur
Berita Pilihan
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement