Advertisement

Kepala KPP Pratama Jogja: Terjun Langsung, Silaturahmi ke Wajib Pajak

Rheisnayu Cyntara
Selasa, 22 Januari 2019 - 10:30 WIB
Mediani Dyah Natalia
Kepala KPP Pratama Jogja: Terjun Langsung, Silaturahmi ke Wajib Pajak Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jogja Guntur Wijaya Edi - Harian Jogja/Rheisnayu Cyntara

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Bekerja lama di luar wilayah Pulau Jawa, membuat Guntur Wijaya Edi terbiasa dengan kondisi yang sulit. Jarak jauh dan literasi pajak yang masih rendah sudah jadi makanan sehari-harinya. Lantas bagaimana caranya menyesuaikan ritme kerja dengan kultur Jogja yang jauh berbeda?

Mei 2018, Guntur Wijaya Edi diberi tanggung jawab untuk memimpin Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jogja. Setelah berpindah-pindah dari satu wilayah ke wilayah lainnya di luar Pulau Jawa ia akhirnya kembali ke kota kelahirannya. Namun menurutnya, pengalaman selama bekerja dengan infrastruktur yang belum sebaik di Pulau Jawa, membuatnya belajar banyak hal. Tak hanya hal-hal yang berkaitan dengan para wajib pajak (WP) tetapi juga budaya kerja para karyawan.

Advertisement

"Misalnya saja yang paling mudah, dengan wilayah yang sangat luas, jarak tempuh kami [petugas KPP] ke WP sangat jauh sehingga proses pembayaran, sosialisasi, atau apapun bisa lama. Berbeda dengan di sini, semua serba cepat. Di sisi lain, dulu saya kenyang dimarahi WP. Sekarang dengan komunikasi yang baik semua bisa diatasi," katanya kepada Harian Jogja, Senin (21/1).

Komunikasi memang menjadi kunci Guntur dalam mendorong timnya di KPP Pratama Jogja untuk dapat menorehkan hasil terbaik. Menurut analisanya, banyak WP yang menunggak atau terlambat membayar pajak karena masalah miskomunikasi. Karena itu pihaknya terus mendorong seluruh tim untuk memperbaiki komunikasi dengan para WP. Cara yang dilakukan bisa bermacam-macam, bisa dengan jemput bola datang langsung menemui para WP ataupun mengadakan kelas-kelas khusus berisi sosialisasi dengan materi yang menarik dan aktual sehingga para WP pun merasa diuntungkan dengan adanya kelas-kelas tersebut.

Guntur menyebut ada beberapa langkah jemput bola yang dilakukan oleh tim KPP Pratama Jogja. Di antaranya menyelenggarakan Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) Day. KMS merupakan kegiatan membangun yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan. Hasil pembangunannya lantas digunakan sendiri atau digunakan pihak lain. Kriteria bangunan tersebut antara lain konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis, atau baja, diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha, dan luas keseluruhannya paling sedikit 200 meter persegi.

Dengan kriteria tersebut, WP yang membangun konstruksi di wilayahnya dan belum melakukan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri (PPN KMS) sebesar 2% dari jumlah biaya yang dikeluarkan akan didatangi oleh petugas pajak. "Nah KMS Day, petugas KPP langsung ke lokasi. Bila memang Wajib Pajak belum mempunyai NPWP di lokasi usahanya, maka petugas akan segera membantu dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, baik dalam pelaporan dan pembayarannya. Sehingga pajaknya bisa dicicil," ujarnya.

Selain itu, Guntur mengakui ada pengamatan malam khusus untuk WP yang mempunyai usaha yang dijalankan saat malam hari seperti kafe, restoran, dan usaha hiburan lainnya. Ada pula kegiatan bulan penagihan yang dilaksanakan sekali setiap bulan. Pada kegiatan tersebut, seluruh tim KPP Pratama Jogja akan turun ke lapangan mendatangi para WP yang tagihannya sudah menumpuk.

Terjun langsung ke lapangan menurut Guntur, merupakan cara menjalin komunikasi dan silaturahmi yang baik dengan para WP. Ia mengakui metode jemput bola memang lebih menantang, petugas pajak bisa bertemu dengan berbagai karakter WP yang berbeda satu dengan yang lainnya. Namun demikian dengan pendekatan yang tepat, semua bisa diatasi. "Wajib pajak welcome selama kami datang dengan sopan, menjelaskan dengan baik-baik. Kami harap dengan begini, mereka bisa melaksanakan kewajibannya dengan lebih baik lagi," tuturnya.

Strategi jemput bola sepeti inilah yang berusaha diterapkan Guntur sejak awal tahun. Jika lainnya baru akan mengatur langkah sambil berjalan, ia mengaku tak ingin menerapkan pola tersebut. Oleh sebab itu, sejak Januari seluruh tim sudah melakukan pemetaan masalah dan strategi apa yang harus dilakukan. Sehingga sedari awal permasalahan bisa dicarikan solusinya. "Kalau yang lain larinya masih nanti, kami mulai dari sekarang sudah lari. Terbukti pada akhir tahun lalu capaian kami cukup membanggakan, naik dan mampu mencapai 89 persen dari target penerimaan," katanya.

Salah Jurusan

Berkecimpung di perpajakan sejak lulus S1, Guntur mengaku sebenarnya salah jurusan menekuni dunia ini. Guntur mengenang dahulu sebenarnya ia sangat ingin menekuni dunia musik. Pasalnya sejak SMP ia sudah akrab dengan musik terutama setelah banyak membantu pamannya yang mempunyai grup keroncong. Maka saat lulus SMA pun ia berusaha mendaftar di jurusan musik di beberapa universitas Jogja. Namun sayangnya ia tak berhasil diterima di jurusan bidikannya tersebut. Akhirnya Guntur pun masuk ke Akademi Akutansi Yogyakarta dengan strata D3. "Saat itu jurusan akuntansi masih sangat baru. Paman saya menyarankan saya mengambil jurusan tersebut karena nantinya jika sudah lulus banyak yang akan mencari," ujarnya.

Setelah lulus D3, Guntur banyak mengambil pekerjaan freelance sebagai internal auditor untuk beberapa perusahaan swasta. Hal itu dilakukannya dengan kesadaran tak ingin menganggur lama. Maka sambil bekerja pun ia kembali mengambil studi S1 di STIE Widya Wiwaha bahkan sempat menjadi asisten dosen. "Nah sekarang ternyata saya akhirnya menekuni dunia yang awalnya salah jurusan ini," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Alert! Stok Darah di DIY Menipis, PMI Dorong Instansi Gelar Donor Darah

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 13:47 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement