Advertisement
Nilai Bitcoin Ambles ke Level US$5.561
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Harga Bitcoin turun melewati US$6.000 untuk pertama kali sejak Agustus dan mencapai titik terendahnya lebih dari setahun karena ada volatilitas dari alternatif perdagangan Bitcoin Cash.
- Pelaku pasar berspekulasi bahwa investor bakal menjual Bitcoin untuk meningkatkan kepemilikan dana guna membeli Bitcoin Cash.
Advertisement
Pada perdagangan Kamis (15/11), harga menguat tipis 10,07 poin atau 0,18% menjadi US$5.561. Sepanjang 2018 berjalan, harga Bitcoin telah meluncur 59,26%.
Rival Bitcoin dengan nilai lebih kecil seperti Ether, Litecoin, dan Ripple (XRP), ikut tersungkur lebih dari 17%. Adapun, Bitcoin Cash juga turun hingga 21% karena perdagangan Bitcoin terpecah.
Kepala Mitra Alphabit Fund di Puerto Rico Michael Terpin mengungkapkan bahwa pada saat ini pasar sedang menantikan harga Bitcoin mencapai titik terbawahnya lagi.
“Para periset dan analis membaca pola pergerakan harga secara historis dan mereka mencatatkan ada penurunan kapitulasi terakhir untuk melihat siapa lagi yang akan keluar dari pasar,” ungkapnya, dikutip dari Bloomberg, Kamis (15/11).
Sejumlah pelaku pasar berspekulasi bahwa investor kemungkinan bakal meninggalkan Bitcoin untuk meningkatkan kepemilikan dananya guna membeli Bitcoin Cash dan mengantisipasi kenaikan harga koin digital lain.
Pasar mata uang digital sedang bergejolak karena dua versi perangkat lunak Bitcoin Cash akan berkompetisi dan berharap menjadi blockchain unggulan pada masa mendatang.
Travis Kling, Pendiri hedge fund Ikigai, mengatakan bahwa sejumlah ‘penambang’ koin digital diperkirakan beralih dari perdagangan Bitcoin menjadi Bitcoin Cash agar bisa mendapatkan dana segar.
“Ada potensi ketika hash rates mengalami penurunan, secara inheren keamanan jaringan akan turun dan membuat Bitcoin kurang bernilai,” katanya.
Ketika memisahkan diri dengan Bitcoin utama pada setahun lalu, Bitcoin Cash memacu perluasan dengan menggandeng pengembang perangkat lunak untuk menghasilkan uang dari percabangan itu lewat utak-atik kode komputer.
Analis Bloomberg Intelligence Mike McGlone mengatakan bahwa kemerosotan harga Bitcoin ke bawah US$6.000 itu hanya untuk melihat pertumbuhan minat beli untuk membuat harganya menjulang lagi.
Pada November tahun lalu, harga Bitcoin merosot ke US$5.907,64 sebelum selanjutnya meroket perlahan hingga mencapai US$20.000. Hanya saja, pada bulan lalu, sejumlah analis memprediksi harga Bitcoin justru bisa kian terpuruk hingga US$2.000.
“Aset digital merupakan kandidat yang bagus unutk dianalisis secara teknikal, karena pasokannya tetap dan permintaannya sebagian besar didorong lebih banyak oleh sentimen dibandingkan dari fundamental,” ungkap McGlone.
PENGARUHI PRODUK LAIN
Pelemahan nilai Bitcoin yang melampaui level support pada US$6.000 telah menimbulkan gelombang penjualan mata uang digital dan aset kripto lainnya yang sudah mengalami kemerosotan sejak awal tahun ini.
Analis di ThinkMarkets Naeem Aslam mengatakan bahwa dalam beberapa hari terakhir terjadi konsolidasi pada Bitcoin yang membuat harganya bergerak turun.
“Dengan tembus ke bawah US$6.200 per Bitcoin kemarin [Rabu, 14/11], memberikan indikasi bahwa tidak ada pembeli ketika harganya bergerak sideway,” paparnya, dikutip dari Reuters, Kamis (15/11).
Pelemahan Bitcoin melebar ke harga mata uang kripto lainnya, dengan Ethereum, koin digital terbesar kedua mengalami penurunan ke titik terendah selama 2 bulan. Pada sesi yang sama, harga Ethereum turun 10% ke US$182,41 per koin.
Berdasarkan data coinmarketcap.com, aksi jual Bitcoin pada Rabu (14/11) mendorong sektor kapital pasar menuju ke bawah US$200 miliar untuk pertama kalinya sejak pertengahan September.
“Apa yang kita saksikan saat ini adalah penurunan semakin dalam. Terkadang ketika hal seperti itu terjadi, butuh waktu yang lama untuk mmastikan apa penyebab pastinya, dari bursanya atau dari aksi regulatornya,” ujar Charlie Hayter, Pendiri Cryptocompare di London.
Pemain pasar lainnya menunjukkan bahwa pencabangan Bitcoin Cash dengan mata uang kripto lainnya membuat harga Bitcoin makin melorot dan memicu volatilitas.
Sebanyak dua kali dalam tahun ini, Bitcoin Cash sudah melakukan pembaruan protokol, termasuk memisahkan jaringannya.
“Sebagai bagian dari kegiatan perdagangan kami, hard fork sudah mendorong minat dan volume perdagangan yang cukup besar, hingga lebih dari 4 miliar transaksi tiap harinya,” ungkap Ricky Li, Pendiri perusahaan penasihat dan perdagangan mata uang kripto Altonomy.
Secara keseluruhan, sejumlah analis menuturkan bahwa outlook Bitcoin saat ini memang belum jelas, dengan perkiraan untuk jangka panjang masih bergantung pada pemanfaatan mata uang virtual itu sebagai aset lindung nilai atau sebagai mekanisme alat pembayaran.
Namun, saat ini sudah muncul tanda akan masuknya institusi besar yang akan berpartisipasi dalam Bitcoin dan berpotensi meningkatkan permintaan dana di bursa atau exchange traded fund (ETF). Agenda tersebut bisa meningkatkan volume transaksi berjangka pada Bitcoin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
- Naik 10%, Volume Kendaraan Diprediksi sampai 9 Juta di Solo saat Lebaran 2024
- Berbagi Kebahagiaan, Tuntas Subagyo Buka Puasa Bersama Anak Yatim di Sukoharjo
- Kabar Gembira Persis Solo, Irfan Jauhari Merumput Lagi setelah Absen Semusim
- Menang Pilpres, 9 Parpol Koalisi Indonesia Maju di Klaten Bertemu Bahas Pilkada
Berita Pilihan
- Layanan Penukaran Uang Rupiah Bakal Tersedia di Jalur Mudik
- Wajib Daftar di Aplikasi PINTAR, Penukaran Uang Baru untuk Lebaran Dibatasi Rp4 Juta per Orang
- Menparekraf Sandiaga Uno Mengklaim Kenaikan PPN 12 Persen Tidak Timbulkan Gejolak
- Kini Kereta Ekonomi Gerbong dan Kursinya Generasi Baru, Resmi Beroperasi Mulai Kemarin
- Kemendag Segel SPBU Rest Area KM 42 Jakarta-Cikampek
Advertisement
Libur Panjang Paskah, Daop 6 Jogja Operasikan 5 KA Jarak Jauh Tambahan
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Layanan Penukaran Uang Rupiah Bakal Tersedia di Jalur Mudik
- BPD DIY Jadi Tuan Rumah Safari Tarawih bersama FKIJK DIY
- Antisipasi Peningkatan Jumlah Pemudik, Pertamina Tambah Stok BBM
- Negosiasi Kepemilikan Freeport Ditargetkan Rampung Juni 2024, Jokowi: Yakin Dapat 61 Persen
- Begini Rasanya Jadi Dokter Hewan Sekaligus Pengusaha
- Mulai Ada Panen, Bulog DIY Serap Beras Dalam Negeri
- Hore! Khusus di Jawa, Pertashop Diizinkan Menjual Pertalite
Advertisement
Advertisement