Advertisement
Hari Ini Rupiah Kembali Melemah
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Hari ini (2/5) pukul 10:32 WIB, rupiah kembali melemah 36 poin menjadi Rp13.948 per dolar AS jelang rilis data inflasi April 2018 oleh Badan Pusat Statistik Indonesia pada pukul 11:00 WIB.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi April 2018, serta Indeks Harga Perdagangan Besar April 2018, Perkembangan Nilai Tukar Petanian, Harga Gabah April 2018, Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Maret 2018, Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Triwulan I/2018, dan Perkembangan Indeks Harga Produsen Triwulan I/2018.
Advertisement
Hussein Sayed, Chief Market Strategist FXTM, memperkirakan inflasi mencapai 3.5% pada April. "Angka ini masih berada dalam rentang target Bank Indonesia untuk tahun 2018 yaitu 2,5%-4,5%," kata Sayed dalam rilis, Rabu (2/5/2018).
Apabila ada sinyal inflasi semakin stabil, dia menuturkan sentimen terhadap ekonomi Indonesia mungkin membaik dan rupiah berpotensi menguat.
Kendati demikian, kenaikan kurs Rupiah akan dibatasi oleh faktor eksternal. Dolar yang semakin menguat terus menekan mata uang pasar berkembang termasuk Rupiah. "Perlu kita ketahui bahwa Rupiah termasuk mata uang Asia dengan kinerja terburuk dalam tiga bulan terakhir walaupun BI berulang kali melakukan intervensi," ungkap Sayed.
Jika Dolar AS terus menguat karena ekspektasi kenaikan suku bunga AS dan peningkatan imbal hasil obligasi AS, BI mungkin terpaksa meningkatkan suku bunga acuan guna menyelamatkan rupiah. Sementara itu, konsensus ekonom yang dicatat Bloomberg menunjukkan perkiraan rerata inflasi tahunan mencapai 3,5% (yoy/year on year) dan nilai tengah 3,5% yoy. Adapun, rerata inflasi bulanannya sebesar 0,22% (mom/month on month) dengan nilai tengah 0,18% mom.
Saat pasar minyak bergerak menuju keseimbangan, kejutan karena kekurangan pasokan minyak dapat mengakibatkan harga melonjak tajam. Harga minyak Brent turun di hari Selasa ke level terendah US$73,17 per barel. Sayed mengungkapkan penurunan itu menandakan US$75 perbarel mungkin merupakan level tertinggi jangka pendek.
Ini terjadi sebelum PM Israel Benjamin Netanyahu mengintervensi dengan menyatakan memiliki bukti kesepakatan nuklir Iran pada 2015 dibuat atas dasar kebohongan. Sebagian pihak masih skeptis terhadap kesepakatan nuklir Iran. "Ini akan sangat menarik untuk memantau komentar Uni Eropa mengenai pernyataan PM Israel ini."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
- Menparekraf: Pulau Bali Belum Overtourism tapi Bali Selatan Terlihat Padat
Advertisement
Danais Rp2,7 Miliar Dikucurkan untuk Program Padat Karya di Bantul
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Libur Ramadan dan Lebaran 2024 Jaringan XL Axiata Aman Terkendali, Kenaikan Trafik Tertinggi di Jawa Tengah dan DIY Capai 68 Persen
- Pakar Energi UGM Sebut Konflik Iran-Israel Bisa Picu Kenaikan Harga BBM
- EIGER Adventure dan 100 Perempuan Indonesia Rayakan Hari Kartini Berkebaya di Puncak Gunung Kembang
- Sahid Raya Hotel Gelar Konser Iwan Fals, Presale Tiket 30 April 2024
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Dorong Laju Transisi Energi, PLN Kampanyekan Kendaraan Listrik pada Peringatan Hari Bumi 2024 Jawa Tengah
- Tak Terpengaruh Konflik Iran-Israel Harga Minyak Dunia Turun
Advertisement
Advertisement