Advertisement
Subsidi Listrik 2019 Diusulkan Naik, Ini Dasarnya
Ilustrasi jaringan PLN - Bisnis/Paulus Tandi Bone
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mangusulkan subsidi listrik dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (RAPBN) 2019 berada pada kisaran Rp53,96 triliun-Rp58,89 triliun. Nominal ini naik dari target tahun ini yang ditetapkan sebesar Rp52,66 triliun.
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan besaran subsidi yang diusulkan tersebut didasarkan pada asumsi harga minyak Indonesia (Indonesian crude price/ICP) sebesar US$60-US$70 per barel. Dalam APBN 2018 asumsi ICP ditetapkan sebesar US$48 per barel. Kendati konsumsi BBM pada pembangkit makin kecil, adanya perubahan asumsi kurs menjadi Rp14.000 per dolar AS cukup mempengaruhi.
Advertisement
“Walaupun memang konsumsinya rendah [BBM] tetapi asumsi kurs Rp14.000 jadi ada kenaikan 3 persen-4 persen kurs dibandingkan di APBN 2018,” ujar Jonan dalam RDP dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Selasa (5/6/2018).
Selain itu, asumsi subsidi listrik juga didasarkan pada asumsi pertumbuhan ekonomi yang tahun depan diperkirakan hanya mencapai 5,4%-5,8%.
BACA JUGA
Beberapa asumsi dasar parameter subsidi listrik, seperti pertumbuhan penjualan listrik tahun depan diproyeksikan sebesar 6,97% atau turun dari target tahun ini sebesar 8,36%. Lalu penjualan listrik nasional ditargetkan sebesar 247,30 TWh atau turun dari target tahun ini, yaitu 250,55 TWh.
Kemudian susut jaringan ditargetkan sebesar 9,40% dari target tahun lalu yang ditetapkan sebesar 9,34%.
“Ini [susut jaringan] merupakan tantangan besar untuk melakukan perawatan dan efisiensi dari teknologi di jaringan transmisi dan distribusi,” kata Jonan.
Persentase BBM dalam bauran energi juga terus ditekan menjadi 4,03% dari target sebelumnya sebesar 4,50%. Adapun untuk rasio elektrifikasi di 2019 ditargetkan dapat mencapai 99,9%
Sementara itu, Direktur Keuangan PT PLN (Persero) Sarwono Sudarto mengakui tren kenaikan ICP dan pelemahan rupiah menyebabkan biaya produksi listrik meningkat. Namun demikian, dia mengatakan kenaikan biaya produksi tersebut tak sampai mengganggu kinerja keuangan PLN.
“Mesti ada kenaikan tapi masih undercontrol kami dengan melakukan penghematan lain. Naiknya masih terkendali karena kalau biaya ini naik, kami hemat yang lain,” kata Sarwono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Asita DIY Catat Booking Wisata Nataru 2025 Turun 8 Persen
- KSPI Kawal UMP 2026, Ini yang Disarankan untuk Diterapkan
- RUPSLB BRI Tetapkan Viviana Dyah sebagai Wakil Direktur Utama
- Waspada Scam, Ribuan Warga DIY Jadi Korban Penipuan Online
- Amazon Pangkas 8,5 Persen Karyawan di Luksemburg
- Harga Emas Pegadaian Hari Ini Naik, UBS dan Galeri24 Kompak Menguat
- BI Rate Tetap 4,75 Persen, Pengamat Nilai Tepat Jaga Rupiah
Advertisement
Advertisement





