Advertisement
Utang Masyarakat di Pinjaman Online Melonjak Jadi Rp19,04 Triliun pada Akhir Maret

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Pertumbuhan industri teknologi finansial peer-to-peer (P2P) lending semakin tajam di era new normal.
Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), outstanding pembiayaan atau besar sisa pokok pinjaman pada waktu tertentu di luar bunga, denda, dan penalti dari 147 platform P2P lending mencapai Rp19,04 triliun per Maret akhir 2021.
Advertisement
Dengan kata lain, outstanding industri fintech P2P lending tercatat tumbuh sebesar 28,7 persen (year on year/yoy). Bahkan, kenaikannya sejak awal tahun terbilang melompat, sekitar 24,36 persen (year-to-date/ytd) dari nilai outstanding Rp15 sampai Rp16 triliun pada Desember 2020 sampai Februari 2021.
Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kuseryansyah meyakini pendanaan industri akan terus berkembang, karena pemerintah akan mewajibkan pemain di sektor multiguna melakukan pencairan dana untuk sektor produktif.
Sekadar informasi, OJK mencatat dari penyaluran 'utang' lewat P2P lending mencapai Rp74,41 triliun sepanjang 2020, Rp28,24 triliun atau 37,96 persen di antaranya dipakai untuk sektor produktif, terutama UMKM.
Sisanya, 62,04 persen atau sekitar Rp46 triliun untuk sektor konsumtif, yang kebanyakan dipakai sebagai pinjaman paylater di berbagai platform, dan pinjaman multiguna tunai.
"Tapi bukti yang telah kita rekap, pengajuan pinjaman konsumtif ternyata sering digunakan para peminjam untuk pembiayaan produktif. Sehingga yang terjadi di Indonesia, jumlah pendanaan produktif kurang-lebih bisa 50-55 persen," jelasnya dalam diskusi virtual AFPI, dikutip Rabu (5/4/2021).
CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan menambahkan bahwa kenaikan di kuartal I/2021 kemungkinan besar terjadi akibat nuansa Ramadan 1442 H dan jelang Hari Raya Lebaran 2021.
"Para borrower [peminjam dana] terutama pebisnis, membutuhkan working capital atau inventory yang lebih banyak serta service yang lebih baik lagi. Hal ini terjadi terutama pada industri-industri yang terkait langsung pada bulan Ramadan, di mana selama bulan Ramadan pastinya akan terus mengalami kenaikan," jelasnya.
Akseleran sendiri mengalami kenaikkan top-up dari para pendana (lender) yang hampir mencapai dua kali lipat pada bulan April 2021. Salah satu pendorongnya, karena tunjangan hari raya (THR) yang diterima oleh mayoritas lender, langsung dialokasikan ke dalam platform P2P untuk disalurkan ke borrower.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Semarakkan Solo Raya Great Sale 2025, Ada Diskon Tarif Kereta Api 10 Persen, Ini Daftarnya
- Penuhi Syarat Keselamatan Terbang, Garuda Indonesia Buka Lagi Rute Jakarta-Doha
- Kecurangan Beras Rugikan Konsumen Rp99,35 Triliun harus Ditindak
- Harga Bawang Merah Masih Tinggi di Level Rp42.528 per Kilogram
- Shopee Tambah Beban Baru Biaya Transaksi untuk Seller
Advertisement
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Ini Daftar Tarif Listrik PLN Mulai 1 Juli 2025
- Barsa City Yogyakarta Resmikan HQ dan Unit Baru Tipe Studio
- Harga Emas Antam Hari Ini 30 Juni 2025 Turun Drastis, Rp1,88 Juta per Gram
- 30.000 Pekerja Terkena PHK hingga Juni 2025, Begini Langkah Pemerintah
- Hingga Mei 2025, Realisasi Belanja APBN di DIY Mencapai Rp7,26 Triliun
- Harga Bawang Merah dan Cabai Hari Ini 30 Juni 2024 Turun
- Permudah Perizinan Usaha, Pemerintah Terbitkan PP 28/2025 dan Wajibkan Semua K/L Masuk OSS-RBA
Advertisement
Advertisement