Advertisement
Perjalanan JD.ID, di Indonesia Hanya Mampu Bertahan 8 Tahun
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Kabar soal JD.ID yang akan menutup layanannya per Maret 2023 terus menuai sorotan publik. Penutupan itu dilakukan di JD.ID Indonesia yang merupakan bagian dari JD.COM, setelah adanya serangkaian aksi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan kepada 200 tenaga kerja atau sekitar 30 persen dari total karyawan pada Desember 2022 lalu.
Melansir dari JIBI/Bisnis, JD.COM pertama kali hadir ke Indonesia pada 2015. Mereka meluncurkan JD.ID dengan menggandeng Provident Capital, perusahaan milik konglomerat Winato Kartono.
Advertisement
BACA JUGA : JD.ID Berhenti Terima Pesanan Pelanggan Mulai 15 Februari
Sayangnya, JD.ID akhirnya memutuskan hengkang dari Indonesia. Adapun, alasan dari JD.ID tutup di Indonesia, karena JD.COM akan fokus untuk pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas-negara. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan pasar internasionalnya.
Tentu, sebagai platform yang pernah meramaikan transaksi jual beli online, dalam perjalanannya JD.ID telah menjembatani masyarakat dalam memperoleh berbagai produk, seperti makanan segar, mainan, pakaian, elektronik dengan mudah.
Bahkan, meski tergolong sebagai marketplace baru di Indonesia, namun Bisnis JD.ID dapat berkembang sangat pesat dan ini akan memberikan kenangan tersendiri bagi penggunanya.
Lantas, seperti apa profil bisnis dari JD.COM yang berhasil mendirikan JD.ID di Indonesia? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
Kehidupan Awal Pendiri JD.COM
Awal mula kehadiran JD.ID adalah berkat inovasi dari sang pendiri JD.COM, yaitu Liu Qiangdong yang lahir pada 10 Maret 1973 di sebuah desa kecil di wilayah luar Suqian.
Liu tumbuh di pedesaan yang miskin. Namun, berkat keuletannya untuk bisa keluar dari jerat kemiskinan, membuat dirinya punya kemauan besar untuk mengubah nasib.
Sebelum bisa sesukses sekarang hingga sempat berekspansi ke Indonesia, nyatanya orang tua Liu adalah seorang petani padi. Tentu, dengan penghasilan petani yang tidak menentu, membuat keluarganya pun mencari peruntungan baru dengan mendirikan sebuah perusahaan keluarga di bidang pengiriman batu bara.
BACA JUGA : JD.ID Tutup, Ini Sosok Pemiliknya
Berkat pola asuh orang tua Liu yang sangat baik, menjadikan Liu sejak kecil sudah menjadi sosok inovator dan pemimpi. Begitu Liu mulai bersekolah di sebuah sekolah menengah di Suqian, mimpinya mulai berkembang.
Meski, dirinya terbilang punya kemampuan ekonomi terbatas, tapi dia tetap tidak membuang mimpinya untuk bisa melanjutkan pendidikan. Atas kerja kerasnya, membuat dia berhasil melanjutkan studi di Universitas Renmin dengan jurusan sosiologi.
Mengalami Kebangkrutan Berulang Kali
Sebagai seorang pekerja keras, Liu selalu ingin melakukan sesuatu yang produktif dengan waktu luang dan dia memilih untuk belajar sendiri tentang pemrograman komputer, hingga kemudian menyadari bahwa dia cukup mahir dalam bidang itu
Pada bisnis pertamanya, Liu mulai menggunakan keterampilan barunya di bidang pemrograman komputer untuk menghasilkan uang, dan berkat tinggi-nya permintaan akan jasa-nya pada saat itu, Liu mampu menghasilkan lebih banyak uang lagi, lebih daripada apa yang pernah dia impikan.
Setelah sibuk berbisnis, Liu pun menggunakan tabungan-nya untuk membeli sebuah restoran kecil di wilayah luar kampus. Setelah delapan bulan beroperasi, pada akhirnya restoran tersebut ditutup dan melalui pengalaman ini Liu belajar pentingnya memiliki pendidikan dan pengalaman akan bidang manajemen.
Membangun Bisnis Ritel
Pada tahun 1996, Liu lulus dari Universitas Renmin, dengan tabungannya, dia pun memulai bisnis di bidang ritel dengan menggunakan bangunan seluas 4 meter persegi, bertempat di salah satu pusat perbelanjaan produk teknologi di Beijing.
Pada tahun 2003, setelah lima tahun beroperasi, bisnis Liu mengalami lompatan besar. Liu berhasil memperluas usaha-nya dan membawa semua jenis produk elektronik, sehingga menjadi jaringan bisnis ritel yang sukses dengan dua belas toko di seluruh wilayah Beijing, Shanghai, dan Shenyang.
Singkatnya, pada tahun 2004, Liu menciptakan JD.COM, sebagai toko serba ada di online. Hal yang membedakan JD.COM dari para pesaing lain-nya adalah bahwa mereka mengontrol setiap aspek rantai pasokan untuk item.
Sehingga, setiap saat pelanggan membuat pesanan di JD.COM, perusahaan bertanggung jawab atas produk tersebut sejak dia meninggalkan gudang JD, berpindah ke pusat pemenuhan regional atau nasional, dan hingga sampai ke pintu rumah pelanggan - termasuk jarak tempuh paling akhir.
Liu juga mencoba memerangi epidemi penjualan barang palsu yang memengaruhi sebagian besar wilayah Tiongkok.
Sejak awal, Liu tidak menoleransi pemalsuan produk. Salah satu upaya yang ia lakukan adalah dengan membatasi jumlah penjual di JD.COM, sehingga JD dapat melakukan pengawasan ketat terhadap produk yang diperjualbelikan.
Perkembangan Bisnis JD.COM di Indonesia
Kemudian, JD.COM yang sudah sangat dikenal di Cina, mulai merambah pasar dengan menargetkan wilayah besar, salah satunya Indonesia. Sehingga, tercetuslah JD.ID.
Adapun, JD.ID sendiri merupakan perusahaan patungan e-commerce dari peritel terbesar China JD.COM yang bermitra dengan Gojek dan Provident Capital, di mana Winato Kartono merupakan salah satu pemilik dari PT Provident Capital Indonesia.
Bahkan, pada 2013, dirinya masuk 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes dengan kekayaan sekitar US$590 juta atau setara dengan Rp9 triliun.
Meski tergolong sebagai marketplace baru di Indonesia, namun Bisnis JD.ID dapat berkembang sangat pesat. Terbukti, JD.ID berhasil menduduki peringkat ke-10 diantara situs e-commerce teratas di Indonesia pada 2022 dan menyediakan jasa pengiriman yang menjangkau 365 kota di seluruh Indonesia serta jaringan pasar internasional seperti Jepang, Korea Selatan dan Singapura.
Akan tetapi usai pasar global dihantam ancaman krisis dan lonjakan inflasi, pendapatan JD.ID perlahan mulai mengalami penurunan tajam. Hingga akhirnya, JD.ID terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga akhirnya memutuskan untuk hengkang dari pasar Indonesia.
Selain menutup bisnis e-commerce di Indonesia, JD.COM dikabarkan turut menonaktifkan bisnis di pasar Thailand pada kuartal pertama 2023.
Tidak diketahui berapa total kerugian yang di alami JD.ID, namun layanan digital asal China ini tengah mencari investor baru untuk membeli bisnis tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Program Makan Bergizi Gratis Incar Pengusaha Kuliner Lokal, PPJI DIY: Baru Penawaran Sewa Dapur
- Ombudsman Sebut Pengaturan Pupuk Bersubsidi Perlu Payung Hukum
- Luhut Sebut Rencana Kenaikan PPN 12 Persen Awal 2025 Kemungkinan Ditunda
- 4 Keuntungan Memakai Rak Dapur Terbuka di Rumah
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
Advertisement
Aktivis Sosial di Jogja Minta Agar Gus Miftah Dicopot dari Jabatan Utusan Presiden
Advertisement
Mengenal Republik Palau, Negara Kepulauan di Dekat Indonesia yang Jarang Disebut
Advertisement
Berita Populer
- Bank BPD DIY Pererat Silaturahmi dengan Purnabakti
- Okupansi Hotel DIY Libur Akhir Tahun, PHRI DIY Andalkan Rombongan Sekolah dan Perusahaan
- Resmi! Pemerintah Terbitkan Aturan Soal Formula Kenaikan UMP 2025
- Disperindag DIY Gelar Business Matching Gerakan Bangga Buatan Jogja di Galeria Mall
- Ekonom Nilai Tidak Ada Urgensinya PPN Naik 12 Persen Awal 2025
- Biaya MDR QRIS Gratis hingga Rp500 Ribu, BI DIY Berharap Penggunanya Meningkat
- Harga Daging Ayam dan Minyak Goreng Turun, Telur Ayam Naik
Advertisement
Advertisement