Advertisement
Pemerintah Didesak Menertibkan Mafia Impor Gula Rafinasi

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Pemerintah diminta untuk menertibkan dan menindak tegas mafia impor gula rafinasi yang memanfaatkan celah aturan untuk mengeruk keuntungan, namun merugikan petani tebu dan mengguncang stabilitas harga di pasar. Hal ini diutarakan Anggota Komisi VI DPR RI Ahmad Labib.
“Jangan biarkan izin impor untuk industri justru bocor ke pasar konsumsi. Akibatnya, harga gula petani jatuh dan daya serap pasar terhadap gula kristal putih (GKP) makin rendah,” katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (13/4/2025).
Advertisement
Menurut Labib, berdasarkan data Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) dan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, konsumsi gula nasional saat ini mencapai 3,65 juta ton per tahun.
Jika digabungkan kebutuhan rumah tangga yang sebesar 3,4 juta ton dan industri yang sebesar 5,7 juta ton, maka total kebutuhan bisa tembus sebesar 9,1 juta ton per tahun. Akan tetapi, produksi dalam negeri baru mampu sebesar 2,5–3 juta ton.
Menurut Labib, kekurangan pasokan yang diisi dengan impor menjadi pintu masuk praktik kartel dan rembesan gula rafinasi ke pasar konsumsi.
BACA JUGA: Demo Warga Pati Berakhir Anarkistis, Pagar Rusak hingga Mobil Terbakar
Situasi tersebut, lanjut Labib, makin parah pada Juni 2025. Pihaknya mencatat tidak ada pelelangan gula petani karena gula rafinasi impor dijual lebih murah. “Pasar lokal terpukul, petani kehilangan pendapatan, dan ketergantungan impor makin tinggi,” ujarnya.
Dirinya pun mengingatkan pemerintah untuk mengembalikan kendali penuh tata niaga gula mengingat adanya target swasembada gula konsumsi pada 2028 dan industri pada 2030.
Menurut dia, target tersebut mustahil tercapai jika tidak ada langkah tegas pemerintah dalam memberantas praktik impor ilegal.
“Presiden sudah tegas soal swasembada gula. Sekarang waktunya audit total perusahaan pemegang izin impor, aktifkan peran BUMN pangan untuk serap produksi petani, dan berikan modal murah agar petani bisa meningkatkan produksi. Kalau tidak, kedaulatan pangan hanya jadi slogan,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Koperasi Desa Merah Putih Bakal Ditalangi Dana Desa Jika Gagal Bayar
- Minggu Depan Libur HUT RI, 276 Ribu Tiket Kereta Api Telah Terjual
- PLN UP3 Yogyakarta Imbau Warga Tak Main Layangan Dekat Jaringan
- Ekonom UMY Minta Payment ID Utamakan Perlindungan Data Pribadi
- Harga Emas Antam Hari Ini, Turun Rp7.000 per gram
Advertisement

Lulusan UNY Sudah Diwisuda Belum Terima Ijazah, Cuma Dapat Map Kosong
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Tanggapan Ekonom UAJY Terkait Kenaikan Belanja dan Penurunan Tabungan Warga RI
- 18 Agustus Cuti Bersama, Begini Dampaknya ke Wisata DIY
- Harga Emas Antam Hari Ini, Turun Rp7.000 per gram
- Ekonom UMY Minta Payment ID Utamakan Perlindungan Data Pribadi
- PLN UP3 Yogyakarta Imbau Warga Tak Main Layangan Dekat Jaringan
- Pertamina Patra Niaga Sulap Limbah Organik Program MBG Jadi Pakan Alternatif
- Pemerintah Didesak Menertibkan Mafia Impor Gula Rafinasi
Advertisement
Advertisement