Advertisement
Harga Kedelai dan Gandum Impor dari AS Diprediksi Naik

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Harga komoditas pangan berbasis kedelai dan gandum yang diimpor dari Amerika Serikat berpeluang naik, karena terdampak gangguan masa panen dan tanam di negara tersebut.
Berdasarkan laporan Bloomberg, sejumlah sentra pertanian di Amerika Serikat (AS) mengalami keterlambatan masa panen akibat hujan deras berkepanjangan. Tak ayal, sejumah lahan gandum dan kedelai—yang seharusnya sudah bisa dipanen terendam banjir.
Advertisement
Musim hujan di beberapa sentra gandum dan kedelai AS sejak September 2018 juga berpotensi mengganggu masa tanam selanjutnya.
Ekonom Indef Rusli Abdullah mengatakan, kondisi yang terjadi di AS harus diwaspadai oleh importir gandum dan kedelai Indonesia. Pasalnya, RI cukup ketergantungan impor kedua komoditas pangan itu.
“Dalam dua hingga tiga bulan ke depan mulai tampak dampaknya ke Indonesia. Terlebih, AS adalah pemasok kedelai utama ke Indonesia. Untuk gandum, kabarnya para importir RI sedang mengalihkan pemasoknya dari Australia ke AS,” katanya, Senin (8/10).
Menurutnya, potensi lonjakan harga kedelai dan gandum akibat gangguan masa panen dan tanam di AS akan menambah beban pengusaha dalam negeri setelah sebelumnya terdampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Untuk itu, Rusli berharap pebisnis dan importir melakukan manajemen stok dengan mencari negara sentra produksi lain. Dia menyarankan, pemasok kedelai dapat dialihkan ke Brasil dan Argentina. Sementara itu, pemasok gandum dapat dialihkan ke Argentina dan Kanada.
Level Tertinggi
Berdasarkan data dari Chicago Board of Trade, harga kedelai untuk kontrak Desember 2018, tercatat sempat naik ke level tertinggi tahun ini pada Sabtu (6/10) yaitu US$869 sen per bushel. Harga komoditas tersebut tetap berada di level tinggi kendati turun tipis menjadi US$866 sen per bushel pada Senin (8/1).
Sementara itu, harga gandum naik 0,58% dari hari sebelumnya pada Sabtu (6/10) menjadi US$521 sen per bushel, tetapi kembali turun pada Senin (8/10) ke level US$517 sen per bushel.
Sejumlah pengamat menilai, kenaikan harga berpeluang kembali terjadi setelah Departemen Pertanian AS berencana merevisi laporan dan proyeksi produksi pertanian Paman Sam pada akhir pekan ini.
Menanggapi hal itu, Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Yusan memperkirakan kenaikan harga kedelai di dalam negeri tidak akan terhindarkan. Terlebih, AS merupakan negara asal impor kedelai terbesar Indonesia.
“Ada potensi untuk kenaikan harga kedelai. Namun, perhitungannya berapa dan kapan, saya belum tau, karena saya baru tahu ada informasi gangguan panen dan tanam kedelai di AS,” katanya.
Dia menjelaskan, selama ini pasokan kedelai dari luar negeri ke Indonesia relatif aman. Harga kedelai pun relatif terkendali karena depresiasi rupiah terkompensasi oleh turunnya harga kedelai secara global akibat perang dagang AS-China.
Dia menuturkan, harga kedelai di tingkat importir cenderung stabil di level Rp7.050/kg. Sementara itu, di tingkat produsen tahu dan tempe harganya berkisar antara Rp7.300/kg-Rp7.800/kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Menilik Hidrogen sebagai Peluang Ekonomi Baru
- Triwulan I 2025, KAI Daop 6 Berhasil Mengangkut 83.316 Ton Barang
- Menteri Keuangan Sri Mulyani Yakin Ekonomi Indonesia Mampu Tumbuh 5 Persen Tahun Ini
- AS Keluhkan Soal Layanan Payment System QRIS, Ini Tanggapan Bank Indonesia
- Negosiasi Tarif Impor, Amerika Serikat Persoalkan Penggunaan QRIS dan GPN di Indonesia
Advertisement

Jadwal SIM Keliling di Sleman Hari Ini, Sabtu 26 April 2025, Cek di Sini
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Tren Berburu Emas Meningkat, Deposito Emas Pegadaian Tembus 1 Ton
- Meta PHK Lagi Ratusan Karyawan, Tenaga di Divisi Ini Bakal Dikurangi
- Harga Emas Antam, UBS, dan Galeri24 di Pegadaian Kompak Turun Hari Ini 25 April 2025
- Asbanda Dorong BPD Optimalkan SIPD-RI dan Siskeudes-Link
- Masih Mahal, Harga Cabai Rawit Merah Turun Tipis Rp73.037 per Kilogram
- Negosiasi Tarif dengan Amerika Serikat, Pemerintah Indonesia Sebut Utamakan Kepentingan Nasional
- Indonesia Berencana Meningkatkan Impor Kapas dan LPG dari Amerika Serikat
Advertisement
Advertisement