Advertisement
Forbes: Indonesia Bisa Menjadi Macan Asia Berkat Ekonomi Digital

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA -- Indonesia diprediksi bisa menjadi macan Asia berkat pertumbuhan ekonomi digital yang pesat.
Pendapat tersebut dikemukakan Elad Natanson, kontributor Forbes dan salah satu pendiri platform distribusi dan monetisasi aplikasi Appnext. Dalam artikelnya di Forbes, yang dikutip Jaringan Informasi Bisnis Indonesia, Minggu (26/5/2019), dia mengatakan dalam beberapa dekade terakhir, Hong Kong, Singapura, Korea Selatan (Korsel), dan Taiwan sudah menjelma menjadi macan di Asia.
Negara-negara itu mendapat sokongan dari perkembangan industri, perdagangan, dan finansial yang pesat. Bahkan, Hong Kong dan Singapura berhasil menjadi dua hub finansial dunia sedangkan Korsel dan Taiwan unggul di bidang industri.
Dalam kasus Indonesia, ekonomi digital diproyeksi mampu menyulap negara ini untuk sejajar dengan empat negara tadi. Apalagi, Indonesia sudah punya beberapa unicorn, seperti Tokopedia, Traveloka, dan Go-Jek.
Menurut Natanson, ada beberapa faktor yang bisa mendukung pertumbuhan Indonesia.
Advertisement
Seorang pelanggan menggunakan Go-Pay untuk berbelanja buah di Pasar Modern Town Market, Kota Tangerang pada Kamis (4/4/2019)./Bisnis-Leo Dwi Jatmiko
Pertama, usia penduduk Indonesia relatif muda, dengan rata-rata usia 29 tahun. Ditambah lagi, sebanyak 60 persen populasi berusia di bawah 40 tahun.
Kedua, Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia. Saat ini, ada 150 juta pengguna internet dan 95 persen di antaranya, setara dengan 142 juta orang, menggunakan internet lewat ponsel.
Ketiga, sebanyak 60 persen penduduk dewasa di Indonesia memiliki smartphone.
"Penduduk Indonesia menghabiskan 206 menit sehari di media sosial, dibandingkan dengan rata-rata global yang sebesar 124 menit. Platform utama seperti Youtube, Whatsapp, dan Facebook digunakan oleh lebih dari 80 persen warga yang online," sebutnya.
Hal ini membuat penduduk Indonesia menjadi sangat dekat dengan digital.
Terlebih lagi, sebanyak 76 persen pengguna internet di Indonesia melakukan transaksi pembelian menggunakan ponsel. Ini adalah angka tertinggi transaksi e-commerce di seluruh dunia.
Tak hanya e-commerce, gim online, iklan, layanan musik dan video berlangganan, layanan online travel, serta ride-hailing dan pengantaran makanan menambah besar potensi yang ada.
Natanson mengutip laporan Google dan Temasek yang dirlis tahun lalu, yang menyatakan bahwa "kepulauan digital" Indonesia menyasar semua sektor.
"Dengan didukung oleh jumlah pengguna internet terbesar di kawasan (150 juta pengguna pada 2018), Indonesia mempunyai ekonomi internet terbesar (US$27 miliar pada 2018) dan yang paling cepat tumbuh (49 persen CAGR 2015-2018). Dengan ruang yang besar di semua sektor, ekonomi digital bisa tumbuh menjadi US$100 miliar pada 2025, mencakup US$4 dari setiap transaksi sebesar US$10 di kawasan," demikian papar laporan tersebut.
Warga bermain gim online di Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Rahmad
Natanson juga mengutip laporan salah satu perusahaan modal ventura yang mengatakan bahwa kesempatan berinvestasi di Indonesia sekarang bisa disamakan dengan kondisi di China pada 2008. Dalam 4 tahun terakhir, sudah ada dana sebesar US$6 miliar yang masuk untuk investasi di ekonomi digital Indonesia.
Namun, tetap saja ada tantangan yang harus dihadapi. Menurutnya, sama seperti India, infrastruktur di Indonesia masih belum mencukupi.
"Meski tarif data sangat murah, tapi bandwidth-nya rendah sekali: rata-rata kecepatan unduh di ponsel sekitar 10 mbps, kurang dari separuh rata-rata global," ucap Natanson.
Selain itu, walaupun jumlah smartphone terus bertambah, tapi ponsel yang murah tak punya penyimpanan data yang besar. Jadi, pengguna harus memilih aplikasi apa yang akan digunakan.
Tantangan terbesar yang disinggung Natanson adalah pembayaran dan e-money. Meski e-commerce Indonesia diproyeksi bakal mencapai US$53 miliar pada 2025, tapi jumlah penduduk yang memiliki akses ke bank (bankable) masih terbatas.
Kurang dari separuh penduduk Indonesia, yang lebih dari 250 juta jiwa, yang sudah mempunyai rekening bank. Sementara itu, 56 persen penduduk Indonesia tinggal di kota-kota besar dan terus meningkatkan ketergantungan terhadap gawai.
Lantaran bank masih bergantung pada kantor fisik untuk mendapatkan nasabah, maka disparitas ini menjadi masalah.
Karyawan menunjukkan aplikasi saat peluncuran fasilitas AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas) generasi terbaru atau AKSes Next Generation (AKSes Next-G) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (20/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Meski demikian, hal ini mulai dijembatani oleh perusahaan rintisan financial technology (fintech) yang terus masuk. Layanan Go-Pay dari Go-Jek disebut menjadi pemimpin dalam meningkatkan inklusi finansial.
Di sisi lain, Natanson menyampaikan beberapa hal yang bisa menjadi pendorong pertumbuhan yang lebih besar bagi para pengembang aplikasi dan pelaku pemasaran. Pertama, video adalah format yang sangat dominan dan dapat menarik calon pelanggan atau pengguna aplikasi dan brand.
Kedua, berikan perhatian lebih besar kepada perempuan dan kebutuhan serta keinginan mereka. Salah satu alasannya, perempuan dipandang sadar tren.
"Laporan Google yang lain menunjukkan bahwa perempuan memiliki tanggung jawab atas sebagian besar keputusan finansial rumah tangga dan karenanya menjadi target yang bagus untuk layanan e-money," terangnya.
Secara keseluruhan, lanjut Natanson, salah satu cara untuk memandang peluang di sisi aplikasi mobile di Indonesia adalah meningkatkan value (nilai) di platform yang dikembangkan. Dengan makin besarnya uang dan waktu yang dihabiskan generasi muda Indonesia di smartphone mereka, dia menilai makin tinggi pula nilai yang bisa diraih dengan mengkurasi hal-hal yang mereka butuh dan sukai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Semarakkan Solo Raya Great Sale 2025, Ada Diskon Tarif Kereta Api 10 Persen, Ini Daftarnya
- Penuhi Syarat Keselamatan Terbang, Garuda Indonesia Buka Lagi Rute Jakarta-Doha
- Kecurangan Beras Rugikan Konsumen Rp99,35 Triliun harus Ditindak
- Harga Bawang Merah Masih Tinggi di Level Rp42.528 per Kilogram
- Shopee Tambah Beban Baru Biaya Transaksi untuk Seller
Advertisement
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Ini Daftar Tarif Listrik PLN Mulai 1 Juli 2025
- Barsa City Yogyakarta Resmikan HQ dan Unit Baru Tipe Studio
- Harga Emas Antam Hari Ini 30 Juni 2025 Turun Drastis, Rp1,88 Juta per Gram
- 30.000 Pekerja Terkena PHK hingga Juni 2025, Begini Langkah Pemerintah
- Hingga Mei 2025, Realisasi Belanja APBN di DIY Mencapai Rp7,26 Triliun
- Harga Bawang Merah dan Cabai Hari Ini 30 Juni 2024 Turun
- Permudah Perizinan Usaha, Pemerintah Terbitkan PP 28/2025 dan Wajibkan Semua K/L Masuk OSS-RBA
Advertisement
Advertisement