Advertisement
Diabolo, Permainan Tradisional Tionghoa yang Tetap Lestari

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Komunitas Jogja Diabolo Squad diharapkan mampu menjadi wadah generasi milenial untuk mencintai dan menghargai akulturasi budaya. Salah satunya terkait dengan pelestarian budaya lewat permainan tradisional asal Tiongkok, Diabolo.
“Menurut saya melestarikan budaya tidak perlu susah-susah. Permainan pun bisa jadi wadah untuk memperkenalkan budaya kepada orang lain, why not? small act, big impacts,” kata Founder Jogja Diabolo Squad, Angela Irena, Rabu (1/7/2020).
Advertisement
Angela menceritakan bagaimana awal komunitas ini terbentuk. Ketika mengikuti ajang Pemilihan Koko Cici Jogja, dia menampilkan permainan Diabolo pada malam talent show. Sejak saat itulah dia lantas diberi gelar Cici Jogja Best Talent 2018.
“Sejak itu banyak pihak dari Jogja Chinese Art and Culture Centre [JCACC] termasuk Koko Cici Jogja dan Hoo Hap Hwee Jogja yang mendukung saya untuk membuat komunitas Diabolo ini. Saya ingat persis pada malam tanggal 11 Agustus 2018 pembicaraan tentang perintisan komunitas berlangsung di sebuah kafe di Jogja,” ucap Angela.
Dari situ terbentuklah nama Jogja Diabolo Squad. Lalu juga dibuat untuk merambah media sosial dibuat akun surel, dan akun Instagram @jogjadiabolosquad. “Saya juga secara khusus ingin mengucapkan banyak terima kasih banyak kepada Ko Ernest, Ko Edy, Ko Chandra, Ko Herman, dan Ko Endy yang ikut berdiskusi di malam itu. Setelah malam itu barulah saya mulai melakukan branding, salah satunya membuat logo serta mencari engagement yang lebih luas,” ucapnya.
Dia menjelaskan banyak kegiatan yang dilakukan oleh Jogja Diabolo Squad. Mulai dari latihan yang biasanya berbarengan juga dengan jam latihan liong dan barongsai dari Hoo Hap Hwee, jadi terkadang bercampur.
Angela mengatakan kesulitan paling dasar dalam memainkan Diabolo yaitu keseimbangan. Ketika tangan kanan dan kiri mampu mengontrol iramanya, maka Diabolo akan berputar dengan kencang.
Selain latihan, imbuh Angela, Jogja Diabolo Squad juga acap diundang untuk mengisi di sejumlah event, mulai dari yang berskala regional hingga nasional. “Selain itu, kami juga pernah diundang untuk mengisi di program salah satu televisi swasta nasional,” ucap dia.
Jaminan Regenerasi
Jika beberapa komunitas kerap dicemaskan dengan masalah regenerasi, tidak halnya dengan Jogja Diabolo Squad. Angela mengaku tidak pernah khawatir soal regenerasi, karena semua anggota JCACC secara khusus anggota Koko Cici Jogja dan Hoo Hap Hwee merupakan anggota dari Jogja Diabolo Squad juga.
Oleh sebab itu, tidak ada jumlah yang spesifik. Dia juga masih mempertimbangkan untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas khususnya di Jogja. “Ke depannya ketika Covid-19 sudah mereda, kami akan mulai menyusun perencanaan baru untuk open recruitment,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Manunggal Fair Kulonprogo Targetkan 100 Ribu Pengunjung Tahun Ini
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Pariwisata Butuh Pembiayaan, Berharap Suku Bunga Bank Turun
- Harga Beras, Bawang, hingga Cabai Rawit Merah Turun Hari Ini
- Permintaan Kredit Belum Terpacu, Ini Kata Gubernur BI
- Pemerintah Siapkan Skema Impor BBM Satu Pintu Pertamina
- Ribuan Koperasi Desa Merah Putih Tunggu Dana Cair dari Bank Himbara
- Iuran JKK Industri Padat Karya Dapat Keringanan hingga 2026
- Kredit Mengendap di Perbankan Tembus Rp2.372 Triliun
Advertisement
Advertisement