Advertisement
Mengenal Sejarah Dicetuskannya THR, Awalnya Hanya untuk PNS

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Tunjangan hari raya (THR) sudah menjadi istilah umum yang marak diperbincangkan, khususnya menjelang hari besar keagamaan, tak terkecuali Idulfitri.
THR merupakan tunjangan atau pendapatan nonupah yang wajib dibayarkan pemerintah dan pemberi kerja atau pihak swasta kepada pekerja menjelang hari raya keagamaan.
Advertisement
Umumnya, pemberian THR ini biasanya dijadwalkan jelang Hari Raya Idulfitri setiap tahunnya.
Pemerintah memberikan THR kepada aparatur negara (ASN/PNS/TNI dan Polri), pensiunan, penerima pensiun dan penerima tunjangan, sedangkan pemberi kerja atau perusahaan swasta memberikan kepada para pekerjanya.
Bagi aparatur negara, THR pada 2024 diatur dalam PP No. 14/2024 tentang Pemberian Tunjangan Hari Raya dan Gaji Ketiga Belas kepada Aparatur Negara, Pensiunan, Penerima Pensiun, dan Penerima Tunjangan Tahun 2024.
Sementara itu, bagi pemberi kerja atau pihak swasta, kewajiban pemberian THR merujuk pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja No/ 6/2016.
Lantas, tahukah Anda sejarah THR?
Berdasarkan laman setkab.go.id, THR dicetuskan oleh Soekiman Wirjosandjojo, Perdana Menteri dari Masyumi yang memimpin Kabinet pada periode 27 April 1951– 3 April 1952.
Soekiman, yang merupakan adik kandung Satiman Wirjosandjojo, pendiri Jong Java, menetapkan THR keagamaan sebagai salah satu program kerja Kabinet Soekiman guna meningkatkan kesejahteraan aparatur negara.
Dengan kata lain, program tunjangan menjelang hari raya ini hanya ditujukan pamong pradja atau yang kini dikenal sebagai ASN/PNS. Saat itu, besaran THR yang dibayarkan kepada para pamong pradja berkisar Rp125–Rp200 per orang.
Selain THR dalam bentuk uang, Kabinet Soekiman juga memberikan tunjangan dalam bentuk beras yang diberikan ke pegawai negeri sipil setiap bulannya. Patut dimaklumi, situasi ekonomi negara pada periode itu terbilang baik.
Namun, belum ada aturan yang mewajibkan perusahaan swasta membayar THR kepada pegawainya kala itu.
Protes Buruh
Kebijakan Kabinet Soekiman yang memberikan THR bagi pamong pradja menuai protes dari kalangan buruh. Protes dilayangkan karena para buruh merasa tidak adil bila pegawai negeri mendapatkan THR, sedangkan mereka tidak.
Padahal, para buruh juga merasa sudah bekerja keras untuk membangkitkan perekonomian nasional. namun sama sekali tak mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Gelombang protes membesar. Bahkan pada 13 Februari 1952, para buruh melakukan aksi mogok kerja guna menuntut pemberian THR dari pemerintah. Aksi buruh itu kemudian bisa diredam oleh pemerintah.
Solusinya, Soekiman meminta perusahaan swasta ikut memberikan THR kepada para pekerjanya. Kendati begitu, pemberian THR dari pemberi kerja kepada buruh tidak semudah yang dibayangkan.
Pemberian THR bagi pegawai swasta baru menjadi mandatori setelah diatur pemerintah pada 1994. Saat itu, Menteri Tenaga Kerja menerbitkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4/1994 tentang THR Keagamaan bagi pekerja di perusahaan.
BACA JUGA: Posko MBPI DIY Terima 300 Aduan Soal THR
Pada 2003, regulasi tersebut disempurnakan dengan terbitnya UU No. 13/ 2013 tentang Ketenagakerjaan. Dalam peraturan tersebut diatur bahwa pegawai yang sudah bekerja lebih dari tiga bulan wajib mendapatkan tunjangan.
THR yang diterima juga disesuaikan dengan lamanya masa kerja, sedangkan untuk pekerja yang sudah satu tahun bekerja mendapat THR sebesar 1 bulan gaji kerja. Pemerintah kembali melakukan revisi aturan tentang THR pada 2016.
Dalam peraturan ini disebutkan bahwa THR diberikan selambat-lambatnya tujuh hari sebelum hari raya keagamaan masing-masing pekerja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ungkap Kecurangan Beras Oplosan, Menteri Pertanian Tak Gentar Meski Ada Intimidasi
- Menteri PKP Pastikan Aturan Penyaluran KUR Perumahan Rampung Bulan Ini
- Penerbangan Susi Air Jogja-Bandung Bakal Dibanderol Rp1,75 Juta
- Sri Mulyani Ungkap Saldo Akhir APBN 2024 Sebesar Rp457,5 Triliun
- Harga BBM Non Subsidi di Jogja Naik per Juli 2025, Pertamax Kini Rp12.500 per Liter
Advertisement

Jadwal KA Prameks Hari Ini, Minggu 6 Juli 2025, dari Stasiun Tugu Jogja hingga Kutoarjo Purworejo
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Dukung Prambanan Jazz 2025, Daop 6 Yogyakarta Hadirkan Diskon Tiket 20 Persen, Begini Cara Mendapatkannya
- Begini Cara BEI DIY Agar Investor Baru Tidak FOMO
- Waspada Penipuan Mengatasnamakan PT TASPEN Persero
- Promo Holiday Spesial Juli di Kotta GO Yogyakarta: Liburan Nyaman dan Menyenangkan
- PT KAI Daop 6 Yogyakarta Tidak Akan Menoleransi Aksi Pelemparan Kereta Api
- Kementerian ESDM Umumkan Harga Bioetanol Juli Rp10.832 per Liter
- Selalu Tepat Waktu Melayani Penerbangan Haji 2025, Lion Air Dapat Pujian dari Menteri Agama
Advertisement
Advertisement