Advertisement
Konsumsi Ayam dan Telur di DIY Masih Rendah, Apa Penyebabnya?

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA- Tingkat konsumsi ayam dan telur di DIY masih dinilai rendah lantaran masih muncul stigma mengkonsumsi ayam dan telur setiap hari. Adapun pemerintah pada 2017 menargetkan konsumsi ayam mencapai 15 kg perkapita pertahun dan telur 152 butir perkapita pertahun.
Ketua Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta (Apayo) Hari Wibowo mengatakan, konsumsi ayam dan telur di DIY masih perlu ditingkatkan lagi. Sebab, tingkat konsumsi telur dan ayam masih terlalu rendah. Jika dikonversi dengan jumlah penduduk di DIY sekitar 3,4 juta, maka konsumsi ayam dan telur di DIY baru mencapai 9,5 kg perkapita per tahun.
Advertisement
“Dalam seminggu ini, konsumsi telur dan ayam di masyarakat baru satu setengah potong per orang. Kalau ditingkatkan menjadi dua potong saja perminggu maka itu sudah meningkatkan konsumsi telur dan ayam hingga 50 persen,” ujar Hari kepada Harianjogja.com, Minggu (16/11/2014) di sela kegiatan Festival Ayam dan Telur (FAT) 2014 di Foodpark UGM.
Dia membandingkan tingkat konsumsi ayam di Indonesia dengan sejumlah negara yang dinilai masih jauh dibanding konsumsi Negara-negara di Asean. Di Malaysia, misalnya konsumsi telur dan ayam mencapai 38 kg perkapita pertahun dan Singapura 28 kg perkapita pertahun. Konsumsi telur dan ayam di Filipina, sambung Hari, sudah di atas 20 kg perkapita pertahun.
“Pada 2014 konsumsi daging ayam broiler di Indonesia baru mencapai 9,97 kg perkapita pertahun, sedangkan telur ayam ras baru mencapai 119 butir perkapita pertahun. Kami menargetkan 2017 minimal konsumsi ayam mencapai 15 kg perkapita pertahun dan telur 152 butir perkapita pertahun,” tandasnya.
Sampai sekarang, lanjut Hari, masyarakat masih terkena stigma negatif konsumsi telur dan ayam. Misalnya, konsumsi ayam dan telur akan mengakibatkan kolesterol naik, alergi kulit dan semacamnya karena disuntik dengan hormonal. Padahal, lanjut Hari, stigma tersebut tidaklah benar dan berdampak pada rendahnya tingkat konsumsi ayam dan telur.
“Angka pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia saat ini baru mencapai 60 persen per orang per tahun, masih tertinggal dibandingkan dengan Vietnam (80 persen) dan Thailand (100 persen),” jelasnya.
Sementara, Kepala Dinas Pertanian DIY Sasongko menjelaskan, ayam dan telur merupakan sumber protein yang harganya terjangkau oleh masyarakat. Diakuinya, tingkat konsumsi ayam dan telur di masyarakat masih rendah karena stigma.
Untuk meningkatkan konsumsi ayam dan telur tersebut, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi dan edukasi. Di DIY, sambungnya, jumlah peternak ayam sekitar 600 orang dan petelur sekitar 100 orang.
“Untuk ayam potong di DIY sudah surplus cuma untuk telur kami masih mendatangkan dari daerah lain. Selain perputaran ayam potong lebih cepat, investasi untuk ayam petelur lebih mahal. Produksi ayam potong sekitar 3 juta kg dan kebutuhan di pasar sekitar 2 juta kg,” tukas Sasongko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Wabup Sleman Ajak Orang Tua Dampingi Penerima Beasiswa Sleman
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Harga Beras, Bawang, hingga Cabai Rawit Merah Turun Hari Ini
- Permintaan Kredit Belum Terpacu, Ini Kata Gubernur BI
- Pemerintah Siapkan Skema Impor BBM Satu Pintu Pertamina
- Ribuan Koperasi Desa Merah Putih Tunggu Dana Cair dari Bank Himbara
- Iuran JKK Industri Padat Karya Dapat Keringanan hingga 2026
- Pinjamin Dukung Bulan Inklusi Keuangan 2025 Lewat Penguatan Literasi
- Kredit Mengendap di Perbankan Tembus Rp2.372 Triliun
Advertisement
Advertisement