Advertisement
UMKM sekitar Perlu Tol Dimaksimalkan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Ekonom mendorong usaha mikro Kecil menengah (UMKM) untuk mempersiapkan diri dan diberikan peluang untuk tumbuh seiring dibangunnya jalan tol Solo-Jogja-Bawen nantinya.
Ekonom UGM, Eko Suwardi mengatakan penting untuk mempersiapkan UMKM, sehingga masyarakat tidak hanya menjadi penonton, tetapi menjadi tuan rumah. Menurutnya, tol memang penting untuk mendukung masalah transportasi, untuk efisiensi logistik. “Perlu diperhatikan UMKM untuk mengisi di simpul-simpul jalan, rest area, pusat-pusat ekonominya. UMKM harus diberi kesempatan, dan UMKM sendiri harus siap, karena zaman terus berubah,” kata Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) UGM itu, Senin (21/10).
Advertisement
Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM), Arif Wismadi mengatakan terkait dengan exit tol dan entry tol yang telah ditentukan, pintu tol memiliki persyaratan jarak antarpintu karena untuk menjaga standar kecepatan yang direncanakan, jika jarak terlalu rapat maka ada potensi penurunan kecepatan disekitar lokasi tersebut. “Namun demikian jika terlalu jauh maka efek pemerataan pemanfaatan akan semakin kecil,” katanya.
Dikatakan Arief, agar maksimal, jarak minimum antar pintu harus dipenuhi, misalnya 5 kilometer (km) untuk yang searah. Agar terjadi pemerataan maka jalan akses pada satu titik harus dirancang dengan konektivitas yang luas tidak hanya pada satu ruas jalan tertentu. Penyiapan rancangan jaringan akses ini dan pendanaanya umumnya adalah menjadi domain pemerintah daerah.
“Namun sebenarnya jika kebijakan nasional pada tol ini sudah menjadi komitmen yang tidak hanya progrowth tapi juga pemerataan seharusnya dibuka peluang khusus untuk skema pembiayaan pusat ke daerah untuk pencapaian pemerataan,” ujarnya.
Ia mengatakan jalan tol sebenarnya lebih prokendaraan pribadi. Artinya kebijakan ini justru akan menjadi insentif untuk pertambahan jumlah kendaraan. Sedangkan untuk angkutan barang, saat ini belum sepenuhnya terdampak karena industri angkutannya masih membebankan risiko biaya pada sopir, atau keputusan pembiayaan di sepanjang jalan dikelola oleh sopir. Masih banyak sopir angkutan barang meskipun lewat tol lebih cepat masih memilih melalui jalan non-tol agar menghindari pembayaran tol.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
Advertisement
Pendaftaran Ditutup, Ini 8 Nama yang Mendaftar Lewat Golkar di Pilkada Bantul 2024
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Kenaikan BI-Rate Bakal Berdampak Positif untuk Pasar Modal Lokal
- BI Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin Jadi 6,25%
- Pasca-Lebaran, Bisnis Properti di DIY Reborn
- Tren Perlintasan Penumpang di Bandara Soetta Naik 10 Persen di Lebaran 2024
- InJourney Dukung Japanese Domestic Market di Sirkuit Mandalika
- Transaksi Rupiah di Lintas Negara Naik 100 Persen
- Harga Bawang Merah Naik 100 Persen, Ini Penyebabnya
Advertisement
Advertisement