Advertisement
PR Dunia Pariwisata di Jogja Masih Panjang, Apa Saja?
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pelaku wisata mengharapkan sejumlah perbaikan untuk memaksimalkan kunjungan wisatawan pada libur akhir tahun nanti. Keberadaan Yogyakarta International Airport (YIA) pun menjadi tumpuan untuk industri pariwisata pada 2020.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardyanto Setyo Ajie mengungkapkan ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan, seperti akses baik darat dan udara, kemudian standar dan jumlah akomodasi, serta standardisasi dan pelayanan destinasi.
Advertisement
“Optimistis meningkat, perbaikan infrastruktur [jalan tol] dan kapasitas Yogyakarta International Airport harus menjadikan supporting kenaikan kunjungan wisatawan di akhir tahun,” kata Bobby, Selasa (19/11).
Dia mengatakan seharusnya operasional YIA dapat mendongkrak jumlah wisatawan. Namun hal tersebut menurutnya tergantung pula sejauh mana daya tarik wisata di Kota dan Kabupaten di DIY, untuk menjadi penyeimbang sehingga mampu menarik wisatawan setelah mengunjungi Borobudur. Sebab bagaimanapun Borobudur masih menjadi daya tarik utama wisatawan berkunjung ke Jogja Solo Semarang (Joglosemar).
Saat ini, pelaku wisata masih menghadapi sejumlah tantangan seperti kondisi lalu lintas, kemacetan, regulasi dan tarif parkir terlalu mahal, daya dukung masing-masing pihak. “Monitoring high season pricing agar tidak menjadikan aji mumpung dan memberikan kenyamanan untuk wisatawan,” katanya.
Diharapkannya, wisata di DIY dapat menyajikan produk dan pelayanan yang berstandar internasional road to 2025 Jogja menjadi destinasi terkemuka di Asia Tenggara.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono mengharapkan pemerintah untuk menggalakkan promosi destinasi lebih intensif sembari memperhatikan pangsa pasar yang ada serta kegiatan-kegiatan skala nasional dan internasional ditarik ke DIY, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Diungkapkan oleh Deddy, tantangan ke depan mengelola hotel semakin berat, dengan adanya kenaikan upah minimum provinsi (UMP), BPJS dan lain sebagainya. Otomatis situasi tersebut sangat memengaruhi beban biaya operasional, sementara harga jual kamar belum bisa menyesuaikan dengan beban biayanya. “Hal tersebut karena, kue-kue yang diperebutkan masih sedikit menjadikan persaingannya juga ketat. Kami berharap hadirnya YIA memberikan angin segar bagi kita,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ungkap Kecurangan Beras Oplosan, Menteri Pertanian Tak Gentar Meski Ada Intimidasi
- Menteri PKP Pastikan Aturan Penyaluran KUR Perumahan Rampung Bulan Ini
- Penerbangan Susi Air Jogja-Bandung Bakal Dibanderol Rp1,75 Juta
- Sri Mulyani Ungkap Saldo Akhir APBN 2024 Sebesar Rp457,5 Triliun
- Harga BBM Non Subsidi di Jogja Naik per Juli 2025, Pertamax Kini Rp12.500 per Liter
Advertisement

Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Minggu 6 Juli 2025, Naik dari Stasiun Palur, Jebres, Purwosari dan Solo Balapan
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Dukung Prambanan Jazz 2025, Daop 6 Yogyakarta Hadirkan Diskon Tiket 20 Persen, Begini Cara Mendapatkannya
- Begini Cara BEI DIY Agar Investor Baru Tidak FOMO
- Waspada Penipuan Mengatasnamakan PT TASPEN Persero
- Promo Holiday Spesial Juli di Kotta GO Yogyakarta: Liburan Nyaman dan Menyenangkan
- PT KAI Daop 6 Yogyakarta Tidak Akan Menoleransi Aksi Pelemparan Kereta Api
- Kementerian ESDM Umumkan Harga Bioetanol Juli Rp10.832 per Liter
- Selalu Tepat Waktu Melayani Penerbangan Haji 2025, Lion Air Dapat Pujian dari Menteri Agama
Advertisement
Advertisement