Advertisement
Hotel di DIY Masih Terpuruk, Banyak yang Setengah Mati
Ilustrasi - Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Hotel di DIY masih tertekan di tengah pandemi Covid-19. Beberapa hotel yang sempat mencoba buka, memilih tutup kembali.
“Ada hotel yang kembali tidak beroperasi [sempat mencoba buka kembali] karena beban operasional yang berat,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono, Kamis (20/8/2020).
Advertisement
Deddy mengatakan pada masa pandemi Covid-19 ini, setidaknya ada empat kondisi perhotelan. Pertama hotel yang masih kuat, kedua setengah kuat, ketiga pingsan, dan keempat setengah mati. “Yang kuat sekarang mulai goyah karena sebetulnya Juni kemarin batas kekuatan kami. Maka intervensi pemerintah sangat diperlukan saat ini dengan memperpanjang stimulus yang telah diberikan misal pajak, BPJS, listrik dan lain sebagainya,” ucap Deddy.
BACA JUGA: 6 Fakta tentang Film Tilik, yang Bikin Nama Bu Tejo jadi Viral
Dia mengatakan saat ini hotel yang sudah kembali baru sekitar 105, yang belum beroperasi ada 228 hotel bintang maupun non bintang. Okupansi kamar hotel belum dapat diandalkan untuk menutup biaya operasional. Daya beli masyarakat yang menurun ditambah beban operasional hotel yang semakin tinggi dengan penerapan protokol Covid-19, membuat hotel sulit bangkit.
“Libur panjang belum berdampak besar, karena daya beli masyarakat masih rendah, dan tidak berimbang dengan operasional, yang sebelum pandemi operasional 60% saat ini ditambah beban untuk protokol kesehatan berkisar 30-35%. Kami operasional hanya sedikit mengurangi kerugian, daripada tidak operasional tetap ada biaya,” ucapnya.
Pihaknya berharap kepada pemerintah dapat memberikan kegiatan-kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) untuk bintang tiga ke atas, dan memberikan okupansi 20% bagi bintang dua sampai dengan non bintang.
BACA JUGA: 8 Universitas Negeri Buka Jalur Mandiri dengan Nilai UTBK, Salah Satunya Kampus di Jogja
Pengamat Pariwisata UGM, Baiquni mengatakan, pandemi Covid-19 memang menjadi pukulan yang berat bagi sektor jasa seperti halnya pariwisata. Kondisi tersebut berbeda dengan sektor pertanian yang masih dapat berjalan dengan baik.
Dia mengatakan meski saat ini mulai diterapkan adaptasi kebiasaan baru, dan hotel-hotel sudah menerapkan protokol pencegahan Covid-19, tetapi pariwisata masih belum pulih sepenuhnya.
“Ini peminat atau konsumen belum muncul, selain daya beli yang masih rendah, hasrat orang untuk berpergian masih tertunda. Adanya pandemi kan ada orang yang masih membatasi bertemu orang. Geliat pariwisata itu belum begitu terlihat, masih pasif,” ujar Baiquni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Homestay dan Kos Harian Gerus Okupansi Hotel Jogja Saat Nataru
Advertisement
Musim Liburan, Wisata Jip Merapi Diserbu hingga 20 Ribu Orang
Advertisement
Berita Populer
- Kebocoran Data, Coupang Siapkan Kompensasi Rp19 Triliun tapi Dikritik
- Libur Nataru, Kunjungan Mal di DIY Naik 20 Persen, Ini Pemicunya
- Update Harga Emas Hari Ini: UBS dan Galeri24 Merosot, Antam Stagnan
- BRI Hadirkan Program Healing untuk Anak Terdampak Banjir di Sumatra
- Harga Cabai Rawit Merah Tembus Rp65.300 per Kg, Telur Ayam Rp32.950
- HPE Konsentrat Tembaga dan Emas Naik Awal Januari 2026
Advertisement
Advertisement




