Advertisement
David Rela Tempuh PP Banyumas-Jogja Demi Perjuangkan Kesehatan Anak Bersama JKN

Advertisement
JOGJA—Jarak ratusan kilometer tak menghentikan semangat David Panjaitan untuk berjuang demi kesembuhan putri tercinta. Menempuh perjalanan pulang pergi Banyumas-Jogja dalam sehari dilakoni bapak dua anak ini untuk memastikan kondisi mata sang buah hati telah dalam kondisi baik. Tak sendiri, David dan keluarga menggunakan jaminan dari Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk membiayai pengobatan putri mereka mulai dari operasi hingga kontrol rutin.
“Saya ke Rumah Sakit Mata dr. Yap Yogyakarta untuk kontrol mata anak saya. Kebetulan kami pulang pergi satu hari. Dari Purwokerto setengah enam pagi naik kereta, istirahat sebentar, langsung daftar. Kalau biasanya tidak sampai dua jam sudah selesai, kita sudah keluar dari rumah sakit. Jam sembilan sampai dengan jam sebelas sudah selesai,” cerita David, ditemui di selasar Rumah Sakit Mata dr. Yap Yogyakarta, Senin (10/7/2023).
Advertisement
Sedikit menengok ke belakang, David bercerita bagaimana awal mula putrinya harus menjalani serangkaian pengobatan hingga harus menempuh perjalanan jauh ratusan kilometer ke Jogja. “Anak saya ini riwayat prematur, pada saat dia umur belum ada satu tahun dokter anak mendeteksi kalau ada katarak bawaan lahir. Setelah menunggu dia bertumbuh sedikit lebih besar, dokter anak menyarankan untuk periksa di dokter mata di Ajibarang. Kemudian dari Ajibarang dirujuk ke RS Mata dr. Yap Yogyakarta,” ujar David.
David menjelaskan, setelah dua kali rawat jalan putrinya kemudian menerima tindakan operasi pada 31 Desember 2019. Tak lama berselang pandemi Covid-19 datang, dokter menyarankan untuk melakukan rawat jalan di Ajibarang demi meminimalisir penularan virus yang saat itu begitu hebat merebak. Setelah satu setengah tahun menjalani rawat jalan di Ajibarang, putri David kembali dirujuk ke RS Mata dr. Yap Yogyakarta.
Baca juga: Sebagai Ketua Umum dan Calon Presiden Prabowo Dinilai Unggul Karena Tak Bisa 'Disetir'
“Satu setengah tahun penuh kami di Ajibarang, dokter disana juga menyarankan kalau tidak ada keluhan hindari ke rumah sakit dahulu untuk antisipasi masa pandemi kemarin. Setelah satu setangah tahun itu berlalu, kami cek kembali di Ajibarang dan dirujuk lagi ke RS Mata dr. Yap Yogyakarta. Kami di sini bertemu dengan dr. Rossada yang khusus untuk anak dan ada tindakan operasi lagi karena ada keruh pada lensa mata. Setelah selesai operasi, kami kontrol pertama di Januari kemarin, dan sekarang kontrol per enam bulan,” jelas david.
David mengaku selama dirinya mendampingi putri tercinta menjalani pengobatan, ia dan keluarga mendapatkan layanan yang sangat baik dari RS Mata dr. Yap Yogyakarta sebagai mitra BPJS Kesehatan. Dokter pun melayani dengan ramah serta menjelaskan kondisi anak dengan sedetail mungkin kepada David sebagai orang tua.
“Kalau ada kata lebih dari terima kasih untuk RS Mata dr. Yap Yogyakarta kami akan ucapkan itu. Ini tidak ada rekayasa, ini dari kita sendiri dari keluarga. Namanya pelayanan wajar antre, tapi ini bukan antre yang berlebihan. Pasien banyak dan anak-anak juga, karena dr. Rossada butuh sugesti ke anak-anak kan caranya beda. Kita sudah kenal dengan dokternya, pelayanannya baik, dokter ramah, menjelaskan kepada kita selaku orang tua dengan sedetail mungkin,” katanya.
David juga mengatakan, dirinya merasa tidak ada diskriminasi atau perbedaan layanan antara pasien dengan penjaminan JKN dan pasien dengan penjaminan lain. Semua dilayani sama dan setara.
“Tidak ada perbedaan, malah kalau kita duduk disini kita tidak tahu mana pasien BPJS mana yang umum. Semua campur tidak ada perbedaan misalnya pasien umum di depan, pasien BPJS di belakang, itu tidak ada. Jadi saya bahkan tidak tahu mana yang BPJS mana yang bukan,” kata David.
David juga menyampaikan terima kasihnya pada BPJS Kesehatan. Selama pengobatan ia selalu menggunakan JKN sebagai penjaminan. Sebagai peserta Pekerja Penerima Upah (PPU), David juga rutin membayar iuran melalui pemotongan gaji langsung dari kantornya bekerja.
“Untuk BPJS, saya selaku peserta merasa sangat puas. Kalau dihitung saya masih hutang banyak atas adanya BPJS Kesehatan. Kalau bayar pengobatan secara pribadi pasti susah untuk bisa menjangkau biayanya. Iuran saya pun hanya 1% dari gaji. Kalau saya lihat dari laporan gaji itu hanya Rp21.000,00. Saya sangat terbantu, kalau tidak ada Program JKN saya tidak tahu lagi mau bagaimana,” kata David. (BC)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ini Upaya OJK DIY Tekan Gap Literasi dan Inklusi Keuangan yang Masih Lebar
- Setoran Dividen BUMN untuk APBN Dialihkan ke Danantara, Kementerian Keuangan Putar Otak
- Nilai Investasi Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia Tembus Rp15,1 Triliun
- Asosiasi E-Commerce Diajak untuk Mencegah Perdagangan Ilegal Satwa Liar
- Serapan Tenaga Kerja DIY Capai 34.950 Orang dalam Setahun
Advertisement

Tanah Tutupan di Bantul Sudah Bersertifikat, Warga Tuntut Ganti Rugi JJLS
Advertisement

Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam
Advertisement
Berita Populer
- Tenaga Kerja 1,6 Juta Orang Diprediksi Bisa Terserap ke Koperasi Merah Putih
- Distribusi LPG 3 Kg Bakal Diawasi Badan Khusus
- Wakil Menteri Koperasi Tuding IMF Jadi Penyebab Tumbangnya Koperasi Unit Desa
- Pertumbuhan Kredit dan Tabungan di Bank Syariah Melambat
- Harga Bahan Pangan Hari Ini Minggu 11 Mei 2025, Bawang Merah Rp39 Ribu hingga Cabai Rpp51 Ribu
- Libur Waisak 2025, KAI Commuter tambah 4 Perjalanan KRL Jogja Solo
- Ada Diskon Tambah Daya 50 Persen dari PLN, Cek Syaratnya
Advertisement