Advertisement
Harga Beras Terancam Meroket, Ternyata Ini Penyebabnya

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Penghentian ekspor beras non-Basmati oleh India berisiko membuat negara produsen beras yang lain mengikuti jejak restriksi tersebut.
Pengamat Pertanian Asosiasi Penggiat Ekonomi Politik Indonesia, Khudori menyebut restriksi ekspor pada dasarnya bak penyakit menular alias mudah diikuti oleh negara lainnya. Aksi India membatasi ekspor beras bukan kali ini terjadi, pada 2022 India yang menyumbang 40% pasar ekspor beras dunia juga menerapkan kebijakan pengenaan bea keluar 20% terhadap sejumlah jenis beras mereka dan melarang penjualan beras pecah ke luar negeri.
Advertisement
"Aksi ini sebagai respons atas iklim ekstrem yang diperkirakan akan menekan produksi [beras]," kata Khudori, Minggu (23/7/2023).
Khudori mengatakan, restriksi ekspor beras oleh India membuat peluang mengimpor dari negara tersebut sangat kecil. Adapun, negara lain yang selama ini diandalkan Bulog untuk mengimpor yakni Thailand, Vietnam dan Pakistan.
BACA JUGA: Ini Penyebab Harga Beras di Jogja Sekarang Mahal
Itulah sebabnya, bila negara-negara alternatif pengekspor beras itu mengikuti jejak India untuk membatasi beras keluar, maka harga beras berisiko besar terkerek naik.
Oleh karena itu, pengadaan beras impor sebanyak 2 juta ton oleh Bulog harus dipastikan datang secara gradual. Hal itu, sebagai upaya mengamankan cadangan beras pemerintah tetap tersedia dan mengendalikan harga beras di dalam negeri. "Akan tetapi, sejak 2022 terlihat tidak mudah mengimpor beras," ucap Khudori.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi memastikan Indonesia memiliki stok beras yang cukup meskipun pasar beras global terguncang karena aksi pelarangan ekspor beras India.
Musababnya, importasi yang dilakukan Bulog bukan berasal dari India. Bahkan, dia membeberkan bahwa pemerintah India justru menawarkan trade balancing dengan Indonesia. India meminta pemerintah Indonesia mengimpor sejumlah produk dari mereka untuk menyeimbangan jumlah pembelian mereka terhadap CPO Indonesia yang jauh lebih besar. "Kami optimistis beras aman," ujar Arief, Sabtu (22/7/2023).
Sumber: Bisnis.com
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Menteri PKP Pastikan Aturan Penyaluran KUR Perumahan Rampung Bulan Ini
- Penerbangan Susi Air Jogja-Bandung Bakal Dibanderol Rp1,75 Juta
- Sri Mulyani Ungkap Saldo Akhir APBN 2024 Sebesar Rp457,5 Triliun
- Harga BBM Non Subsidi di Jogja Naik per Juli 2025, Pertamax Kini Rp12.500 per Liter
- Semarakkan Solo Raya Great Sale 2025, Ada Diskon Tarif Kereta Api 10 Persen, Ini Daftarnya
Advertisement

Pemkab Bantul Gelontorkan Rp1 Miliar untuk Perkuat Koperasi Desa Merah Putih
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Ini Komentar Ekonom UMY Soal Pemangkasan Target Pertumbuhan Ekonomi
- Gojek Siap Kaji Perubahan Tarif Ojek Online Mengikuti Regulasi Pemerintah
- Penerbangan Susi Air Jogja-Bandung Bakal Dibanderol Rp1,75 Juta
- DPR Usulkan Ada Sistem Cadangan Darurat Industri Nasional
- Pusat Data Indonesia Jauh Tertinggal Dibanding Malaysia
- Menteri Pertanian Sebut Beras Subsidi Oplosan Beredar di Minimarket
- Hasil Survei LPS: Minat Masyarakat untuk Menabung Meningkat di Juni 2025
Advertisement
Advertisement