Advertisement

Ini Penyebab Harga Beras di Jogja Sekarang Mahal

Abdul Hamied Razak
Selasa, 04 April 2023 - 19:27 WIB
Bhekti Suryani
Ini Penyebab Harga Beras di Jogja Sekarang Mahal Ilustrasi beras Bulog. - Bisnis Indonesia/Dwi Prasetya

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJAKenaikan harga beras disinyalir terjadi sejalan dengan peningkatan permintaan dalam rangka menyambut bulan puasa Ramadan dan penyaluran bansos, serta pemberlakuan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Harga Eceran Tertinggi (HET) baru terhadap gabah dan beras.

Dipasaran, saat ini harga beras untuk IR 1 dijual antara Rp12.350-Rp12.500 per kg dan untuk jenis IR 2 dijual antara Rp11.900-Rp12.000 per kg. Dibandingkan harga penjualan pada Maret lalu, kenaikan harga beras antara Rp300-Rp500 per kg.

Advertisement

Asisten Direktur Perwakilan BI Yogyakarta Rif’at Pasha mengatakan tekanan inflasi DIY bulan Maret terutama didorong oleh komoditas pangan utama yaitu beras dan telur ayam ras. "Komoditas beras, di tengah berlangsungnya musim panen raya, menjadi penyumbang utama inflasi DIY bulan Maret," katanya, Selasa (4/4/2023).

Dia menjelaskan, kenaikan harga beras disinyalir terjadi sejalan dengan peningkatan permintaan dalam rangka menyambut bulan puasa Ramadan dan penyaluran bansos, serta pemberlakuan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Harga Eceran Tertinggi (HET) baru terhadap gabah dan beras. 

HET beras medium di daerah Jawa menjadi Rp10.900 per kg dari sebelumnya Rp9.450 per kg, sementara HET beras premium menjadi Rp13.900 per kg dari sebelumnya Rp 12.800 per kg. "Kondisi yang sama terjadi pada komoditas telur ayam ras. Telur ayam ras mengalami kenaikan selaras dengan peningkatan permintaan menyambut bulan puasa Ramadan serta penyaluran bansos," katanya.

Inflasi Melandai

Rifat menerangkan, berdasarkan hasil rilis BPS, inflasi tahunan DIY bulan Maret berada pada level 6,11% (yoy), melandai dibandingkan inflasi tahunan Februari sebesar 6,28% (yoy). Meskipun demikian, secara bulanan, inflasi DIY Maret 2023 tercatat meningkat dari 0,27% (mtm) di Februari menjadi 0,60% (mtm). Dengan capaian tersebut, secara kumulatif, inflasi DIY tercatat 1,04% (ytd).

BACA JUGA: Stadion Mandala Krida Dikategorikan Rusak Berat, Begini Bantahan Pemda DIY

Selain beras dan telur, lanjut Rifat, komoditas yang memberikan sumbangan inflasi pada Maret lalu adalah angkutan udara dan bensin. Tarif angkutan udara meningkat seiring naiknya permintaan pada momen libur cuti bersama Nyepi. "Sementara, kenaikan harga pada bensin, terjadi terutama untuk jenis Pertamax dan Pertamax Turbo, didorong oleh adanya kebijakan penyesuaian harga BBM pada 1 Maret 2023," katanya.

Peningkatan laju inflasi tertahan oleh penurunan harga komoditas pangan lainnya, seperti bawang merah, minyak goreng, dan cabai merah. Berdasarkan hasil data Survei Pemantauan Harga (SPH) DIY, komoditas bawang merah mengalami penurunan sejak berlangsungnya panen bawang merah pada beberapa wilayah di DIY sejak bulan lalu, seperti Bantul dan Kulonprogo. 

Berdasarkan data PIHPS, rata-rata harga bawang merah di DIY pada Maret 2023 mencapai Rp36.250 per kg, turun dari Februari 2023 yang mencapai Rp41.200 per kg.

Untuk komoditas minyak goreng, terjaganya pasokan mendorong penurunan harga. Dalam rangka menjaga pasokan komoditas tersebut pada bulan Ramadan, pemerintah menetapkan kebijakan kenaikan wajib pasok dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) minyak sawit atau CPO menjadi 50% yang berlaku sejak 1 Februari hingga akhir April 2023. 

Untuk komoditas cabai merah, penerapan pola tanam, pertanian off season, serta keberadaan diPanen.id efektif menjaga stabilitas harga komoditas cabai merah meski tidak dalam musim panen. "Selain itu, terjaganya pasokan cabai merah yang didapat dari Jawa Timur turut mendorong penurunan harga," katanya.

Gerakan Pengendalian

Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY Budiharto Setyawan menambahkan mencermati kondisi terkini dan mengantisipasi risiko inflasi ke depan, terutama menyambut momen bulan puasa serta Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri, Bank Indonesia bersama Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY terus bersinergi mencermati kondisi inflasi dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, serta memperkuat koordinasi guna menjaga inflasi tetap rendah dan stabil. 

Upaya sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan TPID, katanya, akan terus dilanjutkan dan difokuskan di antaranya melalui Operasi Pasar dan Gelar Pangan Murah, serta pemantauan harga secara intensif menjelang HBKN Idul Fitri. Selain itu, Kerjasama Antar Daerah (KAD) pun diperluas, di antaranya KAD antara Kabupaten Sleman dan Kabupaten Blitar untuk komoditas telur ayam ras, serta KAD antara Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Nganjuk dalam pemenuhan kebutuhan bibit bawang merah. 

"Hal-hal tersebut merupakan upaya yang dilakukan Bank Indonesia, Pemerintah, serta seluruh stakeholder guna mencapai inflasi 2023 sesuai kisaran targetnya sebesar 3,0%±1%," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jalan Rusak di Sleman Tak Kunjung Diperbaiki, Warga Pasang Spanduk Obyek Wisata Jeglongan Sewu

Sleman
| Sabtu, 20 April 2024, 18:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement