Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Loyo di Akhir Tahun, Ini Penyebabnya
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Indonesia diproyeksikan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2023, setelah produk domestik bruto (PDB) mampu tumbuh di atas 5% sepanjang tujuh kuartal terakhir.
Mengacu pada data konsensus ekonom di Bloomberg Terminal, Minggu (5/11/2023), rata-rata estimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 4,96%. Angka tersebut lebih rendah dari realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II/2023 sebesar 5,17%.
Advertisement
Estimasi dari 13 ekonom tersebut memiliki angka terendah sebesar 4,57% dan tertinggi senilai 5,23%.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk., Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2023 sebesar 5,05% (year-on-year/YoY).
Josua menyampaikan dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan investasi masih memiliki kontribusi terbeser dibandingkan komponen lainnya.
Sebagaimana pada kuartal II/2023, yang masing-masing sektor tersebut berkontribusi sebesar 53,31% dan 27,9%.
Meski demikian, konsumsi rumah tangga pada kuartal III/2023 diperkirakan berkisar 5,14% (yoy) dari kuartal sebelumnya 5,23% (yoy). Sementara perlambatan yang terjadi bersumber dari kinerja penjualan ritel.
"Perlambatan konsumsi rumah tangga terindikasi dari perlambatan laju penjualan ritel pada akhir kuartal III/2023 tercatat satu persen [YoY] dari akhir kuartal II/2023 yang tercatat 7,9 persen [yoy]," ujar Josua, Minggu.
BACA JUGA: OPINI: Penggerak Roda Ekonomi di Tahun Politik
Selain itu, laju pertumbuhan penjualan mobil baik wholesale dan ritel juga tercatat melambat pada kuartal III/2023 dengan masing-masing terkontraksi -12,0% (yoy) dan -8,8% Laju penjualan motor pada kuartal III/2023 juga tercatat melambat menjadi 11,3% (yoy) dari kuartal sebelumnya yang tercatat 40%.
Dari sisi investasi, peningkatan laju investasi didorong oleh investasi bangunan yang terindikasi dari penjualan semen sepanjang kuartal III/2023 tercatat tumbuh 6,8% (yoy) dari kuartal sebelumnya yang terkontraksi -3,1%.
Adapun, belanja pemerintah diproyeksikan akan mempertahankan pertumbuhan yang kuat, meskipun pada kecepatan yang lebih lambat. "Hal ini disebabkan oleh APBN 2023 yang terus menunjukkan surplus pada September 2023, yang mengindikasikan adanya pengetatan fiskal," jelasnya.
Sementara itu, pengeluaran diperkirakan akan mendapatkan momentum pada kuartal keempat, yang didorong oleh persiapan pemilihan umum 2024 dan peningkatan pengeluaran untuk subsidi dan bantuan sosial.
Satu suara dengan Josua, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David Sumual juga menempatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi di angka 5,05% (yoy). Di mana konsumsi rumah tangga terus menjadi penopang, sementara belanja pemerintah akan terkerek di rentang 10%-10,6%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 November Naik Signifikan, Rp1.498 Juta per Gram
- Garuda Indonesia Dukung Rencana Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Dampak Aksi Boikot 47 Gerai KFC Tutup, 17 Restoran Pizza Hut Berhenti Beroperasi
- Harga Emas Antam Hari Ini 18 November 2024 Naik Signifikan, Rp1.476 Juta per Gram.
Advertisement
Kejati DIY Ungkap Belum Ada Persiapan Khusus untuk Pemindahan Terpidana Mati Mary Jane
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- OJK: KUR Tidak Termasuk Utang Macet yang Bisa Dihapus
- Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Capai 4,7 hingga 4,9 Persen di 2025
- Harga Bitcoin Pecah Rekor, Investor Diminta Berhati-hati Titipkan Dana Investasinya
- Sah! Maya Watono Jabat Direktur Utama Holding BUMN InJourney, Berikut Profilnya
- Prabowo Raih Komitmen Investasi 8,5 Miliar Dolar AS dari Lawatannya ke Inggris
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
- Bea Cukai DIY Sebut Hampir Semua Stakeholder Sepakti Penerapan Cukai Minuman Berpemanis
Advertisement
Advertisement