Advertisement

Harga Beras Kian Meroket, Pedagang: Pemerintah Jangan Cuma Fokus ke Bansos

Dwi Rachmawati
Jum'at, 23 Februari 2024 - 16:47 WIB
Arief Junianto
Harga Beras Kian Meroket, Pedagang: Pemerintah Jangan Cuma Fokus ke Bansos Stok beras / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengingatkan adanya risiko besar apabila pemerintah hanya fokus pada bantuan pangan, alih-alih mengguyur beras ke pasaran.

Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikappi, Reynaldi Sarijowan mengatakan saat ini para pedagang di pasar kesulitan mendapatkan suplai beras premium.

Advertisement

Musababnya stok di penggilingan sangat terbatas. Saat pasokan mulai terhambat, maka dipastikan kenaikan harga beras akan semakin parah.

Menurutnya, harga beras di tahun ini telah naik hingga lebih dari 20% dibandingkan harga di tahun lalu. Reynaldi menyebut, saat ini harga beras premium di pasar telah tembus Rp18.000 per kilogram dari sebelumnya hanya Rp14.000 per kilogram. "Ini harus diwaspadai semua pihak, maka stok-stok yang dimiliki khususnya beras premium agar segera dikeluarkan," ujar Reynaldi, Jumat (23/2/2024).

Pemerintah diminta segera gerak cepat mengguyur beras ke pasaran menjelang Ramadan. Tidak hanya mengandalkan stok beras Bulog, tetapi juga mendorong perusahaan swasta maupun penggilingan agar menggelontorkan beras ke pasar tradisional.

Di sisi lain, pengawasan distribusi beras medium ke pasar tradisional dan ritel modern juga perlu dipastikan berjalan lancar. Peran Satgas Pangan Polri harus ditingkatkan untuk mengawasi pendistribusian beras ke pasaran dan memastikan tidak ada stok yang ditahan oleh pihak spekulan.

"Jika Bulog lebih fokus pada bantuan pangan secara packaging-nya dan tidak mengindahkan permintaan presiden untuk mengguyur di pasar tradisional dan retail maka lebih celaka lagi kondisi yang akan kita hadapi ke depan," katanya.

BACA JUGA: Forpi Ungkap Stok Beras Kosong di Sejumlah Toko Ritel di Jogja

Sebelumnya, pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori mengatakan surplus produksi beras yang diprediksi terjadi pada Maret 2024 tidak serta-merta dapat menurunkan harga beras.

Musababnya, BPS memproyeksikan surplus produksi beras pada Ramadan itu hanya sekitar 0,97 juta ton. Sedangkan Indonesia telah mengalami defisit beras selama delapan bulan berturut-turut sejak Juli 2023.

Minimnya surplus produksi pada bulan depan, kata Khudori, berisiko meningkatkan persaingan di kalangan pelaku usaha penggilingan semakin kompetitif. Apalagi, permintaan saat Ramadan dan Idulfitri cenderung tinggi. Kondisi itu dipastikan akan membuat harga semakin sulit untuk turun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Klitih Terjadi di Jalan Kretek-Siluk Bantul hingga Korban Patah Tulang, Ini Penjelasan Polisi

Bantul
| Sabtu, 27 Juli 2024, 11:17 WIB

Advertisement

alt

Taman Balekambang Solo Resmi Dibuka Kamis 25 Juli 2024, Segini Tarif Masuk dan Jam Operasionalnya

Wisata
| Rabu, 24 Juli 2024, 15:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement