Advertisement

Promo November

Marvera Gunungkidul, Korban Penipuan Jadi Sumber Penghidupan

Sirojul Khafid
Jum'at, 26 April 2024 - 00:37 WIB
Abdul Hamied Razak
Marvera Gunungkidul, Korban Penipuan Jadi Sumber Penghidupan Sukiyem saat berada di Jogja City Mal, Sleman - Harian Jogja/Sirojul Khafid

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Awalnya korban penipuan, namun Sukiyem dan Nanang justru bisa mengambil peluang. Dari keharusan merawat lidah buaya, kini mereka bisa memiliki sumber pendapatan tak terduga.

Ini satu cerita tentang kemalangan yang berujung pada penentuan jalan baru. Sukiyem pada tahun 2017 tergabung dalam komunitas petani di Jogja. Ruang pertemuan berbagai latar belakang pertanian mengenalkan Sukiyem pada seseorang.

Advertisement

Orang tersebut menawarkan peluang usaha. Sukiyem cukup membeli bibit lidah buaya atau aloe vera darinya. Apabila bibit sudah ditanam dan muncul anakan lidah buaya, atau sudah ada pelepahnya, orang tersebut akan membeli dengan harga lebih tinggi.

“Setelah bibit udah ditanam dan jadi anakan, orangnya hilang, enggak diambil sesuai perjanjian. Waktu itu modal beli bibit Rp7 juta,” kata Sukiyem saat ditemui di event pameran kuliner di Jogja City Mal, Sleman, Minggu (15/4/2024).

Meski untungnya, penanaman bibit itu berada di lahan pribadi milik Sukiyem di Ngijorejo, Gari, Wonosari, Gunungkidul. Sehingga tidak perlu bayar sewa atau sebagainya. Masalahnya, lidah buaya yang jumlahnya sekitar 1.000 bibit ini mau untuk apa? Tidak bisa lidah buaya jadi pengganti beras atau makanan pokok.

Dengan putus asa dan pasrah yang memuncak, Sukiyem membiarkan lidah buayanya tumbuh liar dan terbengkalai. Itu berlangsung selama setahun. Pada 2018, Sukiyem menelepon anaknya, Markus Nanang Setiawan, yang saat itu bekerja di Jakarta. Dia menceritakan keresahan adanya lidah buaya hasil penipuan tersebut.

“Nak ini piye, lidah buayanya enggak diambil-ambil [sama orang yang menjanjikan],” kata Sukiyem, mengingat percakapan tujuh tahun lalu itu. “Terus anakku bilang, ‘aku pulang, nanti kita usaha, kita olah lidah buayanya’.”

Saat Nanang sudah pulang ke Wonosari, pembahasan mengarah untuk pengolahan lidah buaya terbengkalai menjadi sesuatu yang lebih bernilai. Bermodalkan belajar dari Google, banyak percobaan yang mereka lakukan. Gagal? Pastinya. Dalam berbagai percobaan, lebih sering gagalnya daripada berhasilnya.

Singkat cerita, mereka berhasil membuat produk pertama berupa minuman Nata D’aloevera. Produk itu bernaung dalam merk dagang Marvera. Apabila kebanyakan orang lebih tahu lidah buaya untuk produk perawatan kulit sampai rambut, Nata D’aloevera bisa untuk minuman kesehatan.

Penjualan awal-awal dengan menitipkan di warung-warung. Pemilik warung yang mencicipi, dan kemudian warga sekitar, ternyata senang. Ada nuansa segar setelah meminum Nata D’aloevera. “Perlahan penjualan berkembang. Anak ibu mendampingi terus, meneruskan, dan menekuni usaha ini, enggak kembali kerja ke Jakarta,” kata Sukiyem, yang saat ini berusia 49 tahun.

Tidak hanya dititipkan di pedagang sekitar kampung atau pasar, penjualan minuman ini juga menyasar perkumpulan-perkumpulan serta pertemuan-pertemuan. Salah satunya pertemuan ibu-ibu pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK). Dalam sekali pertemuan, semisal membawa 50 produk, seringkali habis dibeli ibu-ibu PKK ini.

Bikin Banyak Produk

Respon yang bagus membuat percobaan inovasi produk terus berlanjut. Setahun kemudian, wedang lidah buaya instans dalam bentuk bubuk muncul. Ada pula teh celup berbahan lidah buaya. Dan terakhir, yang paling lama proses uji cobanya berupa permen jelly lidah buaya.

Bagi yang menghindari produk manis, atau memiliki penyakit gula, maka bisa mengonsumsi teh celup lidah buaya yang tidak terlalu manis. Sementara permen lidah buaya lebih banyak dikonsumsi oleh anak-anak. Kemasan dibuat beragam agar lebih menarik dan terjangkau untuk anak-anak.

“Dulu kepikiran bikin permen dari bahan lidah buaya karena belum ada yang bikin, jadi coba kami bikin. Pembuatan permen lidah buaya yang proses [risetnya] paling lama, sampai setahun,” katanya.

Untuk permen jelly lidah buaya dalam kemasan toples, harganya Rp30.000, kemasan kotak seharga Rp15.000, dan kemasan plastik cangking (biasanya untuk anak-anak kecil) harganya Rp10.000. Sementara untuk wedang lidah buaya berbentuk bubuk, harganya Rp20.000. Untuk teh celup lidah buaya, harganya Rp15.000.

Saat ini, penjualan produk Marvera tersebar di berbagai toko oleh-oleh di DIY, termasuk di Hamzah Batik. Banyak pula produk ini di toko oleh-oleh Gunungkidul. Pembelian juga bisa secara online atau datang langsung ke tempat produksi di Wonosari.

Melihat persebaran produk Marvera yang luas, rasa-rasanya tidak pernah terpikir saat Sukiyem dulu hanya bisa melihat terbengkalainya kebun lidah buayanya. “Sekarang, penjualan Marvera dalam sebulan bisa 1.000 pcs lebih,” katanya. “Semua ilmunya berawal dari mbah Google.”

Perluas Pasar dengan Pameran

Marvera ingin semakin luas jangkauan pasarnya. Salah satu caranya dengan rajin ikut pameran. Agar mempermudah transaksi konsumen yang datang ke pameran, Marvera menyediakan pembayaran dengan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Nanang menggunakan QRIS BRI, bank yang sudah dia gunakan sejak 2016. Dalam event seperti pameran kuliner, lebih banyak orang menggunakan transaksi digital daripada cash.

Sejak awal menggunakan BRI, dua tahun kemudian Nanang menggunakan mobile banking BRImo. “Dulu pakai BRI karena bank yang skalanya nasional, terpercaya. Di Gunungkidul, tempat saya tinggal juga paling deket BRI. Di mana-mana ada BRI,” kata Nanang, yang saat ini berusia 27 tahun. “Tahun 2018 mulai pakai BRImo. Pakai BRImo termasuk untuk urusan bisnis Marvera.”

Di samping urusan bisnis, Nanang menggunakan BRImo untuk urusan seperti membeli pulsa, token listrik, hingga top up dompet digital. Mengingat rekan bisnis juga menggunakan sesama BRI, sehingga transaksi lebih mudah dan hemat biaya administrasi. “BRImo juga jarang trouble, simpel pemakaiannya, mudah dipahami,” katanya.

Nanang merupakan satu dari jutaan pengguna BRImo di DIY dan Jawa Tengah. Pengguna BRImo dari tahun ke tahun semakin meningkat. Regional Chief Executive Officer (RCEO) BRI Jogja, John Sarjono, mengatakan di lingkup BRI Regional Office (RO) Jogja, yang mencakup DIY dan sebagian Jawa Tengah, ada 2.006.634 user BRImo per 2023. Sementara untuk tahun 2024 sampai dengan bulan Februari, ada 2.261.326 user BRImo.

“Ada peningkatan sebesar 12,7%,” kata Sarjono dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/3/2024). “Jumlah transaksi BRImo tahun 2023 sebanyak 254.322.090, dengan volume transaksi lebih dari Rp548 triliun. Untuk tahun 2024 sampai Februari 2024, ada sekitar 94.066.835 transaksi, dengan volume transaksi lebih dari Rp105 triliun.”

Peningkatan juga terjadi pada penyediaan QRIS BRI di berbagai usaha. Di lingkup BRI RO Jogja, ada peningkatan dari 209.285 merchant yang menggunakan QRIS BRI pada 2022, menjadi 245.053 pada 2023. Sementara sampai Februari 2024, usaha yang menggunakan QRIS BRI, terutama di kelas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), jumlahnya 264.456 merchant. Dari sisi transaksi QRIS di regional yang sama, pada tahun 2023 mencapai Rp1,7 triliun.

Dari seluruh UMKM yang menggunakan QRIS BRI, yang masuk dalam kategori groceries sebanyak 55,22%, food and beverage 14,30%, fashion 3,28%, health 1,51%, hobbies and entertainment 1,56%, serta segmen lain sebanyak 23,35%. “BRI RO Jogja memiliki nilai transaksi UMKM yang cukup tinggi dan menunjukkan signifikansi peningkatan setiap tahunnya,” kata Sarjono.

Manfaat Lain Lidah Buaya

Bermanfaat untuk kulit, rambut, sampai menyembuhkan luka bakar tentu sudah banyak orang tahu. Namun bagaimana saat lidah buaya menjadi bahan makanan atau minuman?

Sebagai contoh produk minuman di Marvera, ada beberapa manfaat seperti melancarkan buang air besar. Di bagian terluar tanaman lidah buaya, ada kandungan senyawa yang disebut antrakuinon. Kandungan itu memiliki efek pencahar.

Lidah buaya juga memiliki kegunaan meredakan asam lambung, maag, atau gerd. Tanaman ini memiliki efek anti radang yang dapat mengurangi asam di perut. Tidak hanya itu, produk Marvera juga bisa menstabilkan tekanan darah, dengan kandungan senyawa aktif flavonoid, arginin, dan kalium. “Lidah buaya bisa menurunkan tekanan darah tinggi,” kata Sukiyem.

Bagi anak-anak yang susah makan, dengan mengonsumsi lidah buaya yang sudah diolah, ada potensi manfaat meningkatkan nafsu makan. “Selain itu, bisa juga meningkatkan imun tubuh,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kisah Ilustrator, Dari Banguntapan, Gundala dan Gojira Menyala di GBK

Bantul
| Jum'at, 22 November 2024, 08:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement