Advertisement

Promo November

Desa Wisata di DIY Tak Bertahan Lama, Ini Penyebabnya

Anisatul Umah
Sabtu, 15 Juni 2024 - 20:17 WIB
Maya Herawati
Desa Wisata di DIY Tak Bertahan Lama, Ini Penyebabnya Pembukaan Expo 20 Desa Wisata di Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA, Sabtu (15/6/2024). - Harian Jogja - Anisatul Umah

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Desa wisata bisa menjadi salah satu alternatif saat berwisata ke DIY selain objek-objek wisata populer. Akan tetapi saat ini masih banyak desa wisata di DIY yang tidak bertahan lama.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) DIY Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara mengatakan beberapa desa tidak memiliki paket wisata yang kuat. Pendampingan terus dilakukan dengan menekankan pada paket-paket yang unik. Sehingga bisa lebih berkelanjutan.

Advertisement

Menurutnya desa wisata harus percaya diri dengan keunikan masing-masing Jangan hanya meniru desa wisata lain. "Kami terus membantu dan mendampingi, penekanan di paketnya," ucapnya ditemui dalam acara Expo 20 Desa Wisata di Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA, Sabtu (15/6/2024).

Ia menyebut potensi desa wisata di DIY sangat besar, di Kabupaten Kulonprogo sudah ada empat yang mendapatkan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI), termasuk di kota dan kabupaten lainnya. Bahkan desa wisata Nglanggeran mendapat penghargaan dari Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO).

"Potensinya luar biasa, tinggal desa wisata yang lain punya semangat sama dengan desa yang sudah punya award," jelasnya.

Direktur Utama Badan Otorita Borobudur (BOB), Agustin Peranginangin menyampaikan pengembangan desa wisata perlu peran aktif semua pemangku kepentingan. Termasuk dari pemerintah dalam menyiapkan ekosistem dan standardisasi. Kampus juga punya peran dari risetnya untuk industri pariwisata.

BACA JUGA: Dapat Bantuan Rp2,5 Miliar, Wahana Baru Dibangun di Kawasan Wisata Kaliurang Sleman

Desa wisata, kata Agustin, adalah alternatif yang bisa diandalkan, semangatnya gotong royong dari masyarakat. Menurutnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) punya tiga fokus terkait dengan desa wisata, yakni produktivitas, inklusivitas, dan keberlanjutan.

Dia menyebut keberlanjutan ini yang paling penting, jangan hanya karena desa sebelah jadi desa wisata lalu ikut-ikutan, padahal DNA nya tidak ada. Bisa jadi lebih cocok menjadi pendukung desa sebelah. "Pengembangan harus bersama desa sebelahnya, sehingga bisa menunjang," tuturnya.

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardianto mengatakan desa wisata perlu identitas yang jelas untuk mempermudah branding dan promosi. Desa wisata tidak bisa berdiri sendiri, tapi perlu membangun kawasannya.

Kelembagaan jugar harus diperkuat sehingga bisa mensejahterakan masyarakat, bukan pengurusnya. Diharapkan desa wisata bisa tumbuh dan bertanggung jawab.

"Kami sampaikan juga perlunya teman-teman desa wisata itu mendapatkan pelajaran entrepreneur," ungkapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan dengan menjadi entrepreneur desa wisata bisa terus berjuang menghadapi berbagai tantangan. Agar pariwisata berbasis komunitas benar-benar terwujud. "Community based tourism akan terjadi di desa wisata, masyarakatnya akan jadi tuan rumah di desa sendiri," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024

Bantul
| Jum'at, 22 November 2024, 10:27 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement