Advertisement
Rupiah Terus Melemah, Siap-Siap Harga Daging Sapi Naik
![Rupiah Terus Melemah, Siap-Siap Harga Daging Sapi Naik](https://img.harianjogja.com/posts/2024/06/28/1179573/daging.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Para pelaku usaha penggemukan sapi (feedlot) mulai mencemaskan dampak nilai tukar rupiah yang terpuruk tembus Rp16.400 per dolar AS bisa berdampak terhadap stok dan harga daging di dalam negeri.
Ketua Dewan Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Didiek Purwanto mengakui bahwa para pengusaha feedlot tak pernah menyangka nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan loncat jauh di atas prediksi mereka.
Advertisement
Para pengusaha pada awalnya memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar seperti asumsi makro APBN 2024 di level Rp15.000 per kilogram.
Menurutnya, makin tinggi nilai dolar AS maka akan berdampak pada pengadaan impor sapi Australia. Meskipun diakuinya bahwa rata-rata harga sapi di Australia cenderung stabil berada di kisaran US$2,75-US$2,8 per kilogram berat hidup, tetapi nilai yang dikeluarkan importir akan jauh lebih besar kala nilai tukar rupiah terperosok. "Dampak buruknya pasti akan mengurangi [pengadaan] atau down sizing, berarti mengurangi jumlah tenaga kerja dan segalanya," ujar Didiek saat dihubungi, Jumat (28/6/2024).
Selain itu, Didiek juga tak menampik bahwa pengurangan pengadaan sapi impor dari Australia juga bisa berisiko terhadap ketersediaan stok dan harga daging di dalam negeri.
BACA JUGA: Heboh Kasus Bakteri Pemakan Daging, Kemenkes: Belum Ada Laporan Masuk
Populasi sapi lokal bakal terkuras, hingga harga daging juga akan terkerek. Namun, menurutnya lonjakan harga daging di dalam negeri akan terjadi saat permintaan meningkat. Sebaliknya, harga daging tidak akan terpengaruh saat permintaan lesu.
Di sisi lain, Didiek menilai hingga saat ini belum ada upaya pemerintah yang mengarah pada penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. "Ini [pelemahan rupiah] sangat tak terduga, kalau ini berlanjut terus pasti sebagian feedlot akan menghentikan usahanya. Sebenarnya kita sudah tidak mampu lagi, kita beli dengan dolar terus dijual dengan rupiah, apalagi daya beli tidak cukup baik," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ribuan Mesin ATM Tumbang Digerus Modernisasi Perbankan
- OJK Siapkan Strategi untuk Cegah Transaksi Judi Online Masuk Pasar Keuangan
- Imbas Persaingan Ketat di China, Produksi Global Toyota pada Mei Turun 4,1 Persen
- Harga Emas Antam Hari Ini Kamis 27 Juni 2024 Anjlok, Buruan Beli!
- Layanan Perbankan Dipastikan Aman dari Serangan Ransomware
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/07/01/1179856/sampah.jpg)
Pemkab Bantul Sebut Dua Pekan Lagi, TPST Dingkikan Siap Beroperasi
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- PHRI DIY Sebut Penerbangan Langsung YIA-Thailand Masih Diurus
- Anggota DPR Minta Bea Masuk Barang China Dikhususkan untuk Industri Tekstil
- KiriminAja dan Plugo Sukses Gelar Event Inspiratif Bisnis Lebih Maju Jadi Juara
- Kena Jerat Pinjaman Online Ilegal, 84 Warga DIY Mengadu ke OJK
- Ribuan Mesin ATM Tumbang Digerus Modernisasi Perbankan
- Harga Emas Antam Hari Ini Senin (1/7/) Turun, Saatnya Borong!
- Disumbang Harga Beras hingga Cabai, Inflasi Tahunan Juni 2024 Sebesar 2,51 Persen
Advertisement
Advertisement