Advertisement
Potensi Ekspor 2025, Apindo DIY: Optimis tapi Tetap Waspada Kebijakan Trump

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DIY menyebut Amerika Serikat (AS) masih menjadi pasar utama ekspor DIY.
Wakil Ketua Apindo DIY Bidang Ketenagakerjaan, Timotius Apriyanto mengatakan potensi ekspor 2025 akan terkait dengan kebijakan internasional Presiden terpilih AS Donald Trump.
Advertisement
Menurutnya perang dagang baru saja dimulai khususnya untuk industri chip. Ia menyebut industri chip dari China dikenai kebijakan tarif tinggi 25% bahkan bisa lebih tinggi lagi.
BACA JUGA: Target Ekspor Produk Indonesia Naik Jadi 7,1 Persen
Timotius menyebut salah satu kekhawatirannya adalah Indonesia dimasukkan ke dalam daftar negara-negara yang akan dikenai tarif tinggi. Sebab Indonesia menjadi salah satu negara yang menandatangani keanggotaan penuh Brazil, Rusia, India, China dan South Africa (BRICS).
"Di satu sisi kita harus optimis, tapi di sisi lain optimisme kita ini harus dibangun dengan tetap waspada," ucapnya, Rabu (5/2/2025).
Dia menjelaskan kondisi ini tidak hanya berlaku di DIY saja, namun juga secara nasional, karena neraca perdagangan ke AS cukup besar.
Lebih lanjut dia mendorong agar pemerintah segera melakukan pemetaan dan kajian strategis untuk forecasting melalui simulasi kebijakan Trump khususnya perdagangan internasional. Sebagai sebuah langkah antisipasi kebijakan tarif tinggi.
"Simulasi kebijakan Trump khususnya perdagangan internasional," jelasnya.
Ia juga mendorong segera membuka perundingan agar bisa menandatangani free trade agreement seperti dengan Afrika dan Eropa. Menurutnya Vietnam sudah menandatangani free trade agreement dengan Eropa, sehingga ekosistem industrinya lebih kompetitif.
Perdagangan internasional, kata Timotius, adalah salah satu hilir dalam konteks ekonomi. Ini mesti diperhatikan sebab akan berpengaruh pada industri. Jika perdagangan ekspansif akan terjadi reindustrialisasi.
"Tapi jika perdagangan itu kontradiktif bisa terjadi deindustrialisasi," tuturnya.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat ekspor DIY pada Desember 2024 mencapai 59,35 juta dolar AS. Naik 14,24% secara bulanan atau (month-to-month/mtm) dibandingkan November 2024 sebesar 51,95 juta dolar AS. Secara tahunan atau (year-on-year/yoy) kenaikannya 26,30% di mana pada Desember 2023 ekspor DIY 46,99 juta dolar AS.
Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati mengatakan angka ekspor pada Desember 2024 ini merupakan tertinggi kedua dalam tiga tahun terakhir. Di mana tertinggi pertama terjadi pada Maret 2022 sebesar 61,33 juta dolar AS.
Dia menjelaskan negara pangsa ekspor DIY tiga besar masih sama dengan bulan-bulan sebelumnya, yakni Amerika Serikat dengan nilai 23,92 juta dolar AS dengan andil 40,30%. Disusul Jerman dengan nilai 8,38 juta dolar AS dengan andil 14,12%, dan Jepang 4,7 juta dolar AS dengan andil 7,92%, dan negara lainnya di punya andil di bawah 6%.
"Desember 2024 ini merupakan tertinggi kedua dalam tiga tahun terakhir," kata Herum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Popularitas Mobil LCGC Merosot, Tak Lagi Terjangkau Kelas Bawah
- Asita DIY Catat Kunjungan Wisata Saat Libur Sekolah Naik 10-15% Dibanding Tahun Lalu
- Harga Emas di Pegadaian Hari Ini Kompak Naik
- Jakarta Fair 2025 Berakhir, Transaksi Sentuh Rp7,3 Triliun
- Airlangga Sebut Tarif Impor AS 32 Persen untuk Indonesia Masih Nego
Advertisement

Sleman Panen 6,3 Hektar Lahan Pertanian Padi Organik Varietas Sembada Merah
Advertisement

Berwisata di Tengah Bediding Saat Udara Dingin, Ini Tips Agar Tetap Sehat
Advertisement
Berita Populer
- Ribuan Dapur Umum Sudah Terbentuk, Pemerintah Antisipasi Defisit Ayam dan Telur
- Harga Emas di Pegadaian Hari Ini Kompak Naik
- Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Selasa 15 Juli 2025
- Harga Pangan Hari Ini: Cabai Rawit Rp67.171/Kg, Bawang Merah Rp40.943/Kg
- Asita DIY Catat Kunjungan Wisata Saat Libur Sekolah Naik 10-15% Dibanding Tahun Lalu
- Selama Libur Sekolah 1,2 Juta Penumpang Gunakan KA Jarak Jauh di Daop 6 Yogyakarta
- Penjualan LCGC Turun Drastis hingga 50 Persen, Pakar: Akibat Regulasi dan Harga yang Semakin Tinggi
Advertisement
Advertisement