Advertisement

Indonesia Butuh 600 Pesawat Baru

Newswire
Rabu, 27 Agustus 2025 - 17:17 WIB
Sunartono
Indonesia Butuh 600 Pesawat Baru Sejumlah pesawat milik maskapai Garuda Indonesia terparkir di areal Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu. Antara/Lucky R./Rei/kye - pri

Advertisement

Harianjogjacom, JAKARTA—Indonesia diperkirakan membutuhkan investasi sekitar 600 pesawat baru dalam jangka pendek untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan yang masif di sektor penerbangan.

Proyeksi itu muncul dalam laporan Commercial Market Outlook (CMO) 2025 yang dirilis Boeing berdasarkan analisis terhadap berbagai faktor, termasuk kondisi demografi, pertumbuhan ekonomi dan kondisi armada pesawat Indonesia saat ini.

Advertisement

Managing Director of Boeing Commercial Marketing, Northeast Asia, Southeast Asia and Oceania, David Schulte mengatakan Indonesia memiliki keunggulan demografi. Populasi usia muda Indonesia yang besar, dari 30 juta pada 2024 dan diperkirakan menjadi 35 juta pada 2044, menjadi motor penggerak utama.

“Indonesia memiliki demografi usia muda yang tinggi, yang berarti keinginan dan hasrat untuk bepergian mungkin sedikit lebih tinggi daripada demografi yang menua," kata Schulte, Rabu (27/8/2025).

Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang solid turut menjadi katalis. Kelas menengah Indonesia diproyeksikan tumbuh sekitar 3 persen per tahun, sementara kelas menengah ke atas diproyeksikan tumbuh lebih cepat lagi, yaitu 8 persen per tahun.

Selain itu, sektor pariwisata berperan penting sebagai motor penggerak. Laporan tersebut menyebut hingga akhir tahun 2024, pariwisata berkontribusi sekitar 5 persen terhadap total produk domestik bruto (PDB) dan diproyeksikan akan terus meningkat.

Dengan 12 juta tenaga kerja dan perkiraan pengeluaran wisatawan internasional mencapai Rp291 triliun pada 2024, potensi besar ini membutuhkan dukungan infrastruktur penerbangan yang memadai. Schulte menyebut kondisi armada pesawat Indonesia juga menjadi alasan Indonesia perlu menambah pesawat baru.

Data menunjukkan bahwa meski jumlah pesawat bertambah dari 398 pada 2014 menjadi 480 pada 2024, pengiriman pesawat baru ke Indonesia sangat rendah dalam beberapa tahun terakhir.

Schulte menjelaskan bahwa sebelum pandemi, Indonesia rata-rata menerima 30 hingga 40 pesawat baru per tahun. Namun, angka ini anjlok drastis pasca-pandemi, dengan hanya empat unit pada 2020 dan satu unit pada 2023.

Menurut Schulte, kondisi ini mengakibatkan tingginya penggunaan pesawat dan tingkat okupansi (load factor). Perbandingan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara menunjukkan bahwa armada pesawat Indonesia adalah yang tertua di kawasan, dengan usia rata-rata hampir 15 tahun.

Angka ini jauh di atas usia rata-rata armada di Malaysia (10,9 tahun), Thailand (11 tahun), Vietnam (8 tahun), dan Singapura (8,3 tahun).

“Jika Indonesia ingin menyamai rata-rata jumlah kursi penerbangan per kapita di Asia Tenggara, yang saat ini berada di angka 0,65 [berbanding 0,4 di Indonesia], maka dibutuhkan tambahan sekitar 600 pesawat baru,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Kota Jogja Pastikan Tidak Menaikkan Pajak

Kota Jogja Pastikan Tidak Menaikkan Pajak

Jogja
| Rabu, 27 Agustus 2025, 23:17 WIB

Advertisement

Kebun Bunga Lor JEC Jadi Destinasi Wisata Baru di Banguntapan Bantul

Kebun Bunga Lor JEC Jadi Destinasi Wisata Baru di Banguntapan Bantul

Wisata
| Rabu, 20 Agustus 2025, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement