Advertisement
Isu Merger dengan Garuda Mencuat, Ini Respons Dirut Pelita Air

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Direktur Utama PT Pelita Air Service Dendy Kurniawan memberikan tanggapan terkait kabar rencana merger Pelita Air dengan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA).
Menurutnya, Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara dan PT Pertamina (Persero) masih melakukan kajian soal aksi korporasi tersebut. Ia memilih irit bicara terkait rencana merger. Dari sejumlah pertanyaan yang Bisnis ajukan, Dendy hanya memberikan jawaban singkat.
Advertisement
“Sabar ya, masih menunggu kajian dari Danantara dan Pertamina,” ujarnya kepada JIBI/Bisnis Indonesia, Minggu (14/9/2025).
Kabar merger ini bukan yang pertama kali. Kabar ini sempat berembus saat perusahaan membuka rute internasional perdananya, yakni Jakarta—Singapura pada Agustus 2025.
BACA JUGA: EWS Tsunami di Karangwuni Berbunyi, Warga Kaitkan Kepercayaan Gaib
Pelita Air melayani penerbangan Jakarta–Singapura (PP) sebanyak satu kali setiap hari. Pesawat berangkat dari Jakarta pukul 07.10 WIB, sedangkan dari Singapura penerbangan dijadwalkan pukul 11.00 waktu setempat dan tiba kembali di Jakarta pukul 11.55 WIB.
Kala itu, Dendy menyampaikan bahwa maskapai anak usaha Pertamina ini tetap mengkaji pembukaan rute internasional lainnya. “Sementara masih Singapura dahulu. [Rute lain] lagi dikaji,” ujarnya.
Opsi pembukaan rute internasional sejalan dengan rencana Pertamina memisahkan Pelita Air sehingga perusahaan fokus pada bisnis berbasis energi.
Awal Kemunculan Wacana Merger
Berdasarkan catatan JIBI/Bisnis Indonesia, sejatinya rencana merger maskapai pelat merah itu sudah mencuat sejak Agustus 2023. Saat itu, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa Garuda Indonesia telah berhasil diselamatkan setelah terancam dibubarkan. Dia mengatakan, GIAA pada akhirnya dipertahankan karena Indonesia perlu tetap memiliki flag carrier.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan rencana merger Pelita Air dengan Citilink masih dalam tahap kajian dan terus dibahas oleh Kementerian BUMN serta pihak terkait lainnya.
Tiko menuturkan Kementerian BUMN sejauh ini mempertimbangkan dua opsi atau skema untuk penggabungan kedua maskapai pelat merah ini, yakni pengalihan Pelita Air ke Citilink dan integrasi ketiga maskapai pelat merah di bawah Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata, yakni InJourney.
"Ini tergantung dari kemampuan Garuda untuk restrukturisasi, kami akan kaji sampai akhir tahun apakah Garuda sudah sehat akhir tahun ini," kata Tiko, dikutip Selasa (7/11/2023).
BACA JUGA: Belum Tetapkan Tersangka, KPK Dalami SK Kuota Haji Era Menaq Yaqut
Hingga akhir 2024 pun rencana merger masih abu-abu. Wakil Menteri BUMN Dony Oskaria memastikan rencana merger PT Citilink Indonesia dengan Pelita Air akan menunggu arahan Presiden RI Prabowo Subianto.
“Kami akan mengikuti arahan dari Bapak Presiden Prabowo akan seperti apa nanti ke depan, Garuda, Citilink, dan juga Pelita. Tentu kami akan menunggu arahan dari bapak presiden dan menteri,” ujarnya, Senin (21/10/2024). Namun, pada September 2025, isu merger kembali mencuat seiring arahan penggabungan lini maskapai pelat merah di bawah BPI Danantara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Fasilitas Pengelolaan Sampah Jadi Listrik Akan Dibangun di Bantul
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- NATO Diingatkan Trump untuk Berhenti Beli Minyak Rusi
- Insentif TKDN 25 Persen, Peluang Baru untuk Industri Ponsel Lokal
- BEI DIY Optimistis Bisa Menambah 50.000 Investor di 2025
- Pakar UGM: Kesinambungan Kebijakan Fiskal Jadi Kunci Stabilitas Pasar
- 5 Bank Disuntik Rp200 Triliun, Begini Penjelasan Indef
- Alasan dan Skema Merger Pelita Air dan Garuda
- Modal Asing Rp14,2 Triliun Kabur Pekan Ini
Advertisement
Advertisement