Advertisement
Hingga Agustus 2025 Neraca Perdagangan DIY Masih Surplus

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat kinerja ekspor DIY sepanjang periode Januari-Agustus 2025 tumbuh positif. Di mana total nilai ekspornya naik 9,23% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Statistisi Utama BPS DIY, Sentot Bangun Widoyono mengatakan peningkatan ekspor hampir seluruhnya ditopang oleh sektor industri pengolahan, dengan kontribusi 99,24% terhadap total ekspor DIY.
Advertisement
Menurutnya, secara tahunan Agustus 2025 dibandingkan Agustus 2024 ekspor industri pengolahan naik 1,61% dengan andil mencapai 98,79% dari total ekspor. Sementara negara utama tujuan ekspor masih didominasi oleh Amerika Serikat (AS) dengan pangsa 42,79% atau 159,26 Juta dolar AS.
"Disusul Jerman sebesar 11,68% atau 43,46 juta dolar AS dan Jepang 7,97% atau 29,65 juta dolar AS," ucapnya.
BACA JUGA
Sementara untuk impor di periode yang sama meningkat 10,74% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan impor utamanya berasal dari bahan baku/penolong yang menyumbang 88,65% dari total impor.
Akan tetapi secara tahunan, impor barang modal mengalami penurunan cukup signifikan. Di mana pada Agustus 2025 nilai impor barang modal tercatat turun 47,06% dibanding Agustus 2024.
Negara utama asal impor DIY didominasi Tiongkok dengan pangsa 37,25% atau 43,21 juta dolar AS, Hongkong sebesar 19,19% atau 22,26 juta dolar AS, dan Amerika Serikat (AS) sebesar 18,17% atau 21,08 juta dolar AS.
Lebih lanjut dia menyampaikan secara kumulatif neraca perdagangan barang DIY hingga Agustus 2025 tetap mencatat surplus sebesar 256,19 juta dolar AS.
"Angka ini meningkat 20,22 juta dolar AS dibanding periode yang sama tahun sebelumnya," jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY Yuna Pancawati mengatakan dengan diberlakukannya kerjasama Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) bisa memangkas tarif sekitar 80% produk ekspor Indonesia ke Uni Eropa.
Pada fase implementasi, masih menunggu ratifikasi, dan ketentuan teknis (rules of origin, standar keberlanjutan) sehingga benar-benar bisa dimanfaatkan."DIY berpeluang memperoleh peningkatan akses pasar dan harga kompetitif di Uni Eropa," tuturnya.
Akan tetapi besaran kenaikannya akan bergantung pada apakah produk memenuhi rules of origin dan kapasitas produsen memenuhi standar Uni Eropa dari segi kualitas, safety, lingkungan. Mengingat sebentar lagi Eropa juga akan memberlakukan European Union Deforestation Regulation (EUDR). Nantinya akan sangat berpengaruh terhadap ekspor produk berbahan kayu yang saat ini banyak digeluti IKM DIY.
Dia menjelaskan di awal implementasinya pada jangka pendek sekitar 1-2 tahun, IKM masih perlu adaptasi dengan kebutuhan sertifikasi, standarisasi produk, supply chain, dan pemenuhan rules of origin.
"Jika hal ini bisa dilakukan, kemungkinan ekspor ke EU bisa meningkat sekitar 5%-20%," jelasnya.
Produk yang bisa digenjot masih pada industri garmen/pakaian jadi tekstil, kerajinan handmade, atau produk yang memiliki nilai sustainable, handmade, cultural identity, dan eco-friendly.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement