Advertisement
Rupiah Menguat Terbatas, Dolar Ditahan Sentimen Nataru
Foto ilustrasi uang / Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Penguatan rupiah pada awal perdagangan Rabu diperkirakan berlangsung terbatas karena pasar menghadapi peningkatan permintaan dolar domestik menjelang libur panjang Natal dan Tahun Baru 2026.
Menjelang akhir tahun biasanya terjadi peningkatan kebutuhan dolar untuk pembayaran impor, penyesuaian kas, serta kewajiban valuta asing. Faktor musiman tersebut kerap menahan laju penguatan rupiah meskipun tekanan dolar global mulai mereda.
Advertisement
Dari global, dolar AS cenderung melemah seiring penguatan mata uang utama dan kondisi pasar yang relatif sepi. Namun, data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang kuat membuat pelaku pasar tetap berhati-hati dalam mendorong ekspektasi penurunan suku bunga agresif.
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede memprediksi kurs rupiah menguat terbatas menjelang Hari Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).
“Ruang penguatan bisa tertahan karena menjelang libur panjang Nataru biasanya mendorong permintaan dolar musiman di dalam negeri untuk kebutuhan pembayaran impor, penyesuaian kas akhir tahun, dan pengelolaan kewajiban valuta asing, yang sebelumnya juga terlihat memangkas penguatan rupiah dan mendorongnya berbalik melemah tipis,” ungkap katanya, Rabu (24/12/2025).
Sentimen domestik yang membantu penguatan rupiah, terutama peluang arus masuk ke pasar obligasi pemerintah, tercermin dari kenaikan kepemilikan asing dan penurunan imbal hasil obligasi rupiah, sehingga menambah pasokan valuta asing dan menahan tekanan depresiasi.
Melihat sentimen global, dolar dinilai cenderung melemah karena pergerakan mata uang utama yang menguat dan kondisi pasar yang sepi menjelang libur. Hal tersebut menyebabkan tekanan ke rupiah agak mereda.
Namun, lanjut Josua, pelemahan dolar tak sepenuhnya mulus karena data pertumbuhan ekonomi AS yang kuat dengan laju tahunan 4,3 persen membuat pasar lebih berhati-hati untuk mendorong ekspektasi penurunan suku bunga terlalu agresif. Karena itu, dolar berpotensi mendapat penopang sewaktu-waktu.
Perhatian pasar juga tertuju terhadap rilis data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS dan pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun di sekitar 4,16 persen, yang dalam volume perdagangan nan tipis bisa memicu penguatan dolar AS.
Di Asia, penguatan yen Jepang seiring kewaspadaan otoritas Jepang terhadap pergerakan nilai tukar turut menekan dolar. Pada saat yang sama, permintaan dolar dari pelaku impor di kawasan saat likuiditas akhir tahun menipis dapat menular menjadi tekanan tambahan bagi mata uang Asia, termasuk rupiah.
Dengan begitu, arah rupiah hari ini disebut sangat ditentukan oleh tarik-menarik antara pelemahan dolar global dan permintaan dolar domestik menjelang Nataru.
“Dalam kerangka itu, kisaran intraday masih di sekitar Rp16.725–Rp16.800 per dolar AS, dengan batas bawah berpeluang diuji bila pelemahan dolar global berlanjut, dan batas atas lebih mudah tersentuh bila permintaan dolar domestik menguat saat likuiditas pasar menipis,” ujarnya.
Kondisi ini membuat arah rupiah sangat dipengaruhi keseimbangan antara pelemahan dolar global dan peningkatan permintaan dolar domestik di akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Upah Minimum Naik, Industri Tekstil Waspadai PHK dan Otomatisasi
- Harga Emas Antam Naik Rp11.000, Kini Rp2.502.000 per Gram
- KSPI Perkirakan Kenaikan UMP 2026 Hanya 4-6 Persen
- Penundaan Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan Dinilai Tepat
- Promo Libur Nataru Pertamina: BBM, Bright Gas, dan Hotel Patra Jasa
Advertisement
Advertisement
9 Desa Wisata Pilihan untuk Liburan Akhir Tahun di Indonesia
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




