Advertisement
Modal Masih Jadi Masalah Klasik UMKM
Advertisement
Harianjogja.com, SEMARANG—Permodalan masih menjadi kendala utama pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk meningkatkan kapasitas produksinya.
Ketua DPW Asosiasi Akumandiri Jawa Tengah Madiyo Sriyanto mengatakan hal tersebut kerap menghambat potensi pengembangan kapasitas produksi. "Kami fokus bagaimana UMKM ini bisa meningkatkan kapasitasnya. Dari sisi permodalan masih sering jadi kendala untuk UMKM, khususnya yang masih mikro atau baru memulai. Potensinya ada tapi sulit berkembang," katanya, Kamis (30/8).
Advertisement
Dia mengungkapkan akan terus memfasilitasi UMKM untuk bisa mendapatkan permodalan. Adapun kerja sama dengan beberapa bank telah dilakukan.
Selain itu, pihaknya pun membantu para UMKM dari sisi pemasaran dan pendampingan untuk pembuatan laporan keuangan sederhana. Menurutnya, untuk level menengah, pengetahuan mengenai laporan keuangan sangat penting karena akan berkaitan langsung dengan penghitungan pajaknya. "Masih banyak yang gak tahu bagaimana cara membuat laporan keuangan secara sederhana. Ada juga yang khawatir nanti bagaimana soal pajaknya," ujarnya.
Saat ini, UMKM di Indonesia terus ditopang oleh perkembangan industri kreatif yang semakin pesat, termasuk di Jawa Tengah. Menurut Kementerian Perindustrian, industri kreatif di Indonesia diperkirakan tumbuh hingga 7% per tahun, sekaligus berkontribusi besar bagi perekonomian nasional, mulai dari peningkatan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, jumlah perusahaan, hingga pasar ekspor.
Sepanjang 2014-2015 saja, misalnya, nilai tambah dari sektor ekonomi kreatif diestimasi mencapai Rp111,1 triliun. Penyumbang nilai tambah tertinggi tersebut antara lain subsektor mode dan kuliner.
Sementara itu, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor kerajinan dengan laju pertumbuhan ekspor sebesar 11,81%, diikuti fesyen dengan pertumbuhan 7,12%, periklanan sebesar 6,02%, dan arsitektur 5,59%.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jateng Ema Rachmawati mengatakan pendamping yang memadai diperlukan untuk membimbing para UMKN, khususnya yang baru memulai bisnisnya (startup) agar bisa berkembang. Menurutnya, seringkali bisnis startup stagnan karena tidak adanya pendampingan.
"Pendamping kita baru terbatas untuk start-up dengan level sampai menjual di dalam negeri. Belum sampai pada kemampuan ekspor, padahal potensi ekspor dari start-up makanan, misalnya, itu sangat besar. Banyak yang belum ngerti bagaimana mengurus dokumen yang diperlukan," katanya.
Ema menyatakan bidang usaha boga atau makanan memiliki pertumbuhan yang paling menonjol di Jateng. Pihaknya pun mendorong agar usaha-usaha mikro yang bergerak di bidang tersebut untuk terus mengembangkan bisnisnya, sehingga bisa memasarkan produknya ke luar Jateng.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
Advertisement
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Tren Perlintasan Penumpang di Bandara Soetta Naik 10 Persen di Lebaran 2024
- InJourney Dukung Japanese Domestic Market di Sirkuit Mandalika
- Transaksi Rupiah di Lintas Negara Naik 100 Persen
- Harga Bawang Merah Naik 100 Persen, Ini Penyebabnya
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- IHSG Ditutup Melemah, Ini Tanggapan BEI DIY
- Kenaikan BI Rate 25 Basis Poin, Respon Kadin DIY: Keputusan Moderat
Advertisement
Advertisement