Advertisement
Penggunaan Pupuk Berlebihan, Produktivitas Bawang Merah Terancam Turun

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA- Produktivitas bawang merah di DIY musim panen Oktober mendatang diperkirakan turun. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan pupuk yang berlebihan.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Bantul Suroto mengatakan musim tanam kedua ini produktivitas bawang merah diperkirakan menurun. Penyebabnya bukan karena diserang penyakit tetapi akibat faktor lain. Turunnya produktivitas bawang merah musim panen mendatang disebabkan kesalahan prosedur pertanian.
Advertisement
"Tidak sedikit petani yang salah menggunakan pupuk. Gejala gagal panen sendiri mulai terlihat setelah petani menggunakan pupuk secara berlebihan," ujar Suroto kepada Harianjogja.com, Senin (11/8/2014).
Panen bawang merah sendiri, jelas Suroto, akan berlangsung sekitar awal Oktober mendatang. Di Bantul misalnya, sekitar 2.000 hektare petani menanam bawang merah. Dari jumlah tersebut, petak pertanian yang diperkirakan gagal panen berjumlah puluhan hektare.
"Padahal sebenarnya, kualitas bawang merah di DIY bagus. Cuma, karena banyak petani yang tidak sabar, mereka melakukan pemupukan pada musim tanam kedua ini secara berlebihan," tegasnya.
Meski diperkirakan mengalami penurunan, Suroto belum bisa memastikan jumlahnya. Namun dia mengatakan, untuk satu hektare tanaman bawang jika kondisi normal mampu menghasilkan antara 13-15 ton. Dengan produksi rata-rata mencapai 25.000 hingga 30.000 ton pertahun. Meski begitu, ongkos produksi untuk satu hektare tanaman bawang dinilai sangat mahal.
"Untuk satu hektare tanaman bawang biaya produksinya mencapai Rp70 juta. Ini didominasi oleh harga benih, pupuk dan tenaga kerja," jelasnya.
Kendati demikian, Suroto berharap, pemerintah tidak melakukan impor bawang merah akhir tahun ini. Hal itu dilakukan agar petani bawang mampu menikmati hasilnya. Suroto menyontohkan kondisi perdagangan bawang merah tahun lalu. Saat itu, harga pasaran mencapai antara Rp25.000 hingga Rp35.000 per kilogram. Hal itu terjadi karena pemerintah tidak melakukan impor sementara produksi dalam negeri mencukupi.
"Kalau pemerintah impor, kami jelas merugi," kata Suroto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

PPPK Paruh Waktu Pertanyakan Syarat Pendidikan Berubah-ubah
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Harga Jual Emas Antam, UBS dan Galeri24 Hari Ini Kompak Naik
- Jelang Merger, Pelita Air Buka Rute Singapura-Jakarta Kelas Premium
- Kendalikan Konsumsi, Ekonom UGM Usul Cukai Rokok Sebaiknya Naik
- Harga Pangan Hari Ini: Beras Medium, Bawang, hingga Cabai Turun
- Kadin: Renovasi 500 Rumah Layak Huni Ditarget Selesai April 2025
- Bahlil Minta SPBU Swasta Kolaborasi dengan Pertamina Terkait Stok
- Dukung Ekonomi Nasional, BI Rate Dipangkas Jadi 4,75 Persen
Advertisement
Advertisement