Advertisement
KURS RUPIAH : Anjlok, Industri Roti Terpuruk

Advertisement
Kurs rupiah yang melemah mempengaruhi 'kehidupan' industri roti.
Harianjogja.com, JOGJA—Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengakibatkan industri roti dan kue terpuruk.
Advertisement
Beberapa pengusaha roti di DIY pesimistis pendapatan mereka bulan ini dapat seperti tahun-tahun sebelumnya. Endi Yunarso, Area Manager Amanda DIY Jawa Tengah, mengatakan pada Maret 2015 ini pendapatan perusahaannya akan mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sebelumnya, pendapatan di bulan Maret bisa mencapai Rp1 miliar-Rp1,5 miliar. Tahun ini, ia memperkirakan pendapatan hanya akan mencapai 15%-20% dari nilai sebelumnya.
“Padahal, biasanya kenaikan dari Februari ke Maret cukup tajam, bisa mencapai 30-40 persen,” tuturnya, Minggu (15/3/2015).
Dengan kondisi seperti itu, Amanda hanya mengharapkan keuntungan besar saat Lebaran serta perayaan Natal dan Tahun Baru. Pada dua momentum tersebut, pendapatan maksimal bisa Rp3 miliar per bulan.
Endi mengatakan meski rupiah melemah, pihaknya belum berniat menaikkan harga produk. Pasalnya, kenaikan harga bahan baku akibat fluktuasi nilai tukar rupiah sudah diprediksi sejak Agustus 2014 lalu. Ketika itu, pihaknya
sudah melakukan penyesuaian harga produk yang cukup tinggi, yakni mencapai 30% dari harga sebelumnya.
“Ongkos produksi memang mengalami peningkatan. Di awal 2015 ini, kami sudah mengalami setidaknya satu kali peningkatan ongkos produksi, yakni pada Februari lalu, sekitar 10-15 persen. Beruntung, itu sudah kami siasati
dengan penyesuaian harga produk pada Agustus 2014 lalu,” tegasnya.
Hal serupa juga dialami pelaku industri roti rumahan, Retna Pratiwi. Ibu rumah tangga yang berdomisili di Nologaten, Sleman ini mengakui usaha yang dirintisnya sejak dua tahun lalu itu kini kembang kempis.
Ketidakseimbangan antara pendapatan dan ongkos produksi membuatnya harus menaikkan harga roti sekitar 5-10% dari harga semula. Akibatnya, omzet per bulan pun anjlok.
“Jika dalam sebulan biasanya ada 10-15 pemesan, sekarang lima pemesan saja sudah bagus,” keluhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Begini Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2025 Menurut Apindo DIY
- Kementerian PKP Tegaskan Regulasi Rumah Bersubsidi Kembali ke Versi 2023
- Presiden Prabowo Subianto Dijadwalkan Bertemu Donald Trump untuk Negosiasi Tarif Impor
- Ini Profil Riza Chalid Saudagar Minyak yang Jadi Tersangka Kasus Dugaan Korupsi Pertamina
- Aturan Rumah Bersubsidi Ukuran Mini Batal Direalisasikan, Ini Daftar dan Ukuran yang Berlaku
Advertisement

Dibuka Mulai 14 Juli, Sekolah Rakyat SMA di Bantul Tampung 200 Siswa dari Keluarga Miskin Ekstrem
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kementerian PKP Tegaskan Regulasi Rumah Bersubsidi Kembali ke Versi 2023
- Cari Smart TV untuk Streaming Netflix dan YouTube? Intip Rekomendasinya dari Polytron!
- Begini Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2025 Menurut Apindo DIY
- Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi Tinjau Kantah Virtual Kota Tangerang: Benar-benar Digital Twin
- Rute Penerbangan Yogyakarta-Karimunjawa Dibuka, GIPI Dorong Pemda DIY Ciptakan Pasar
- Hingga Juli 2025 Sebanyak 2.495 Pekerja di DIY Terkena PHK
- Pesan Menteri Nusron dalam Forum Pembangunan Wilayah di Sulteng: Tata Ruang Harus Ketat demi Jaga Ketahanan Pangan
Advertisement
Advertisement