Advertisement
Ancam Perekonomian Negara, Indonesia Tak Main-Main Perangi Kejahatan Perikanan
Ilustrasi - Warga menyaksikan proses penenggelaman kapal pelaku pencurian ikan KM SINO 26 dan KM SINO 35 di perairan Desa Morela, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Sabtu (1/4). - Antara/Izaac Mulyawan
Advertisement
Harianjogja.com, LONDON--Indonesia berkomitmen memerangi kejahatan perikanan terorganisasi internasional karena akibatnya tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga mengancam keamanan dan perekonomian negara.
Demikian pandangan yang disampaikan Wakil Tetap Indonesia untuk PBB Duta Besar Darmansjah Djumala selaku pembicara pada MIKTA Experiences Addressing Fisheries Crimes and Wildlife Trafficking, di sela-sela pertemuan Sesi ke-28 Commission on Crime Prevention and Criminal Justice di Markas PBB Wina, Austria, Senin (20/5/2019).
Advertisement
Menurut keterangan dari Kedutaan Besar Indonesia di Wina, pada kesempatan itu, Djumala menyampaikan pengalaman Indonesia dalam memerangi kejahatan perikanan.
Studi FAO menunjukkan bahwa sekitar 93% stok ikan dunia tereksploitasi. Dengan ditekannya kejahatan pencurian perikanan maka tingkat ekploitasi ikan di Indonesia menurun, sehingga stok ikan nasional meningkat dan mendorong ekpor lebih banyak.
BACA JUGA
"Hal ini merupakan salah satu bentuk pengejawantahan visi nasional menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia," ujarnya.
Dia melanjutkan, kejahatan perikanan berkembang menjadi kejahatan transnasional yang sangat serius dan terorganisir. Banyak pihak yang melakukan kejahatan pencurian ikan terlibat dalam aktivitas kejahatan transnasional terorganisir lain, seperti pencucian uang, suap, penyelundupan narkoba, penyelundupan senjata, perdagangan orang, kerja paksa, kejahatan perpajakan, penyelundupan barang, dan sebagainya.
"Memerangi kejahatan transnasional yang terorganisasir tentu tidak dapat dilakukan satu negara saja dan perlu dilaksanakan melalui kerja sama internasional," ujarnya.
Selain Djumala, pada kesempatan itu juga menghadirkan para duta besar negara-negara MIKTA di Wina, yaitu Hermann Aschentrupp (Meksiko), Dong-ik Shin (Korea Selatan), Ahmet Muhtar Gun (Turki), dan Brendon Charles Hammer (Australia), sebagai pembicara untuk berbagi pengalaman terkait upaya memerangi kejahatan perikanan di masing-masing negara.
Kegiatan ini mendapatkan perhatian khusus dari UNODC yang menghadirkan Jenna Dawson-Faber (Sustainable Livelihoods Unit UNODC) sebagai moderator pertemuan.
MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia) merupakan kelompok kemitraan yang digagas pada 2013 di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York, bertujuan memperjuangkan kepentingan bersama dalam memperkuat multilateralisme, mendukung struktur pemerintahan global yang efektif, serta memberikan dukungan terhadap stabilitas dan kesejahteraan global. Keketuaan MIKTA pada 2019 dipegang Meksiko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara/Bisnis
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penundaan Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan Dinilai Tepat
- Promo Libur Nataru Pertamina: BBM, Bright Gas, dan Hotel Patra Jasa
- Modus Penipuan Siber Berkembang, Ini Jenisnya Kata OJK
- Harga Emas Hari Ini Naik, UBS dan Galeri24 Kompak Menguat
- Industri Buzzer Terorganisir Dinilai Ancam Etika Ruang Digital
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Tips untuk Investor Pemula Bisa Investasi Perak secara Aman
- Bapanas Pastikan Stok Gula Aman Jelang Natal dan Tahun Baru
- Penundaan Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan Dinilai Tepat
- Penerimaan Pajak Minerba Baru Rp43,3 T per November 2025
- Harga Emas Antam Hari Ini 14 Desember 2025
- Harga Pangan Nasional Kompak Turun, Ini Rinciannya
Advertisement
Advertisement





