Advertisement
Ini Alasan Kenapa Perhiasan Tidak Tepat Digunakan untuk Investasi

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Perencana keuangan menilai perhiasan tidak cocok untuk diinvestasikan.
Perhiasan boleh dibilang menjadi salah satu instrumen investasi emas yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia, selain investasi emas dalam bentuk koin atau batangan. Perhiasan berupa kalung, cincin, anting, dan lain sebagainya tidak hanya berfungsi sebagai investasi tetapi juga untuk keperluan gaya atau fesyen.
Advertisement
Namun begitu, tampaknya tidak semua pihak sepakat bahwa perhiasan merupakan bentuk instrumen investasi. Perencana keuangan sekaligus CEO Finansialku Melvin Mumpuni berpendapat sebaliknya, bahwa perhiasan tidak bisa dijadikan sebagai investasi.
Menurutnya, hal tersebut dikarenakan beberapa faktor. Pertama, perhiasan biasanya menggunakan bahan campuran atau tidak murni emas sehingga tidak semua penjual mau menerima atau kalaupun diterima harganya akan turun.
Kedua, faktor model perhiasan yang berbeda antara saat beli dan menjual sehingga bisa saja sudah tidak relevan atau diminati. Ketiga, ketika membeli emas pembeli dikenakan biaya produksi – untuk mengolah emas dan campurannya menjadi bentuk perhiasan – sementara ketika menjualnya, biaya tersebut hilang.
“Menurut hemat saya, perhiasan emas itu bukan bagian dari investasi tetapi lebih tepat disebut sebagai dana darurat, karena kalau kita butuh dana cepat bisa dijual dan harganya tidak jatuh jauh,” katanya kepada Bisnis.
Dia juga menyampaikan bahwa emas yang dibeli beberapa tahun lalu kemudian dijual pada beberapa tahun mendatang harganya akan naik bukan murni disebabkan oleh harga emas itu sendiri melainkan faktor nilai tukar mata uang.
Pasalnya, kata Melvin, harga emas di Indonesia bergantung pada dua hal yakni harga emas dunia dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar. Sementara, nilai tukar tersebut terus mengalami kenaikan sehingga berdampak pada harga emas yang juga melambung.
Berbeda halnya dengan investasi saham misalnya yang memang harga sahamnya sendiri mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Namun demikian, Melvin tetap menganjurkan untuk meneruskan perilaku membeli emas sebagai tabungan dana darurat.
“Tabungan emas juga akan sangat membantu dalam perencanaan keuangan dan lebih bagus lagi terus memperbanyak portofolio investasi ke instrumen-instrumen lain,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Popularitas Mobil LCGC Merosot, Tak Lagi Terjangkau Kelas Bawah
- Asita DIY Catat Kunjungan Wisata Saat Libur Sekolah Naik 10-15% Dibanding Tahun Lalu
- Harga Emas di Pegadaian Hari Ini Kompak Naik
- Jakarta Fair 2025 Berakhir, Transaksi Sentuh Rp7,3 Triliun
- Airlangga Sebut Tarif Impor AS 32 Persen untuk Indonesia Masih Nego
Advertisement

Sleman Panen 6,3 Hektar Lahan Pertanian Padi Organik Varietas Sembada Merah
Advertisement

Berwisata di Tengah Bediding Saat Udara Dingin, Ini Tips Agar Tetap Sehat
Advertisement
Berita Populer
- Ribuan Dapur Umum Sudah Terbentuk, Pemerintah Antisipasi Defisit Ayam dan Telur
- Harga Emas di Pegadaian Hari Ini Kompak Naik
- Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Selasa 15 Juli 2025
- Harga Pangan Hari Ini: Cabai Rawit Rp67.171/Kg, Bawang Merah Rp40.943/Kg
- Asita DIY Catat Kunjungan Wisata Saat Libur Sekolah Naik 10-15% Dibanding Tahun Lalu
- Selama Libur Sekolah 1,2 Juta Penumpang Gunakan KA Jarak Jauh di Daop 6 Yogyakarta
- Penjualan LCGC Turun Drastis hingga 50 Persen, Pakar: Akibat Regulasi dan Harga yang Semakin Tinggi
Advertisement
Advertisement