Advertisement
Perhatian .. Beli BBM di SPBU Bukan untuk Dijual Kembali

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pertamina mengingatkan pada konsumen yakni pembelian bahan bakar di SPBU bukan ditujukan untuk dijual kembali. Setelah premium, Pertamina juga melarang pembelian Pertalite menggunakan jeriken.
Senior Supervisor Communication & Relations MOR IV PT Pertamina (Persero) Arya Yusa Dwicandra mengungkapkan terkait larangan pembelian pertalite menggunakan jeriken, sesuai dengan Perpres No. 191/ 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM, pembelian Pertalite menggunakan jeriken yang dilarang adalah yang tidak disertai rekomendasi untuk kebutuhan tertentu seperti pertanian, perikanan, usaha mikro atau kecil.
Advertisement
"Salah satu latar belakang diaturnya pembelian jeriken ini dikarenakan banyaknya keluhan konsumen kendaraan yang saat ini mayoritas mengisi BBM Pertalite terganggu dengan kegiatan pengisian jeriken tanpa rekomendasi yang kemungkinan untuk dijual kembali. Selain itu dikarenakan faktor keamanan dari bahan jeriken itu sendiri," kata dia, Selasa (29/10).
Arya menyebutkan SPBU merupakan lembaga penyalur terakhir penjualan BBM dari produsen yaitu Pertamina kepada konsumen. Hal ini berarti sebenarnya kalau dari peraturan Presiden tersebut pembelian bahan bakar di SPBU tidak untuk dijual kembali. "Pembelian dengan jeriken sesuai Perpres itu pun sebenarnya ditujukan untuk petani, nelayan, UKM yang memang jaraknya jauh dari SPBU dan mereka harus menggunakan surat rekomendasi dari SKPD setempat, dinas terkait atau camat atau lurah," kata dia.
Di Solo, pelarangan ini dinilai memengaruhi proses produksi mebel di Pasar Mebel Solo. Salah satu perajin Yudi Santoso menyebutkan Pertalite digunakan untuk dasaran warna. Oleh karena itu, pelarangan ini dinilai merepotkan.
Untuk wilayah DIY Ketua Bidang Organisasi DPP Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Endro Wardoyo mengungkapkan peraturan ini tidak begitu berpengaruh banyak karena penggunaan Pertalite di industri mebel di DIY biasanya untuk bahan bakar kompresor ataupun bahan bakar kendaraan yang digunakan untuk melancarkan produksi mebel. "Kebanyakan juga memakai Solar. Saya kira tidak akan terlalu berpengaruh. Tetapi saya melihat kenapa Pertalite juga dilarang kan bukan subsidi. Kalau dulu Premium dilarang karena subsidi bisa dipahami agar tepat sasaran. Kalau mau beli pakai jeriken harus pakai rekomendasi juga tambah repot," kata dia. (Kusnul Isti Qomah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Dokter Abal-abal Praktik di Sedayu Ditangkap, Tipu Pasien Rp538 Juta
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Dukung Ekonomi Nasional, BI Rate Dipangkas Jadi 4,75 Persen
- BI Yakin Ekonomi RI 2025 Tumbuh di Atas Titik Tengah
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- Erick Thohir Dilantik Jadi Menpora, Kementerian BUMN Berpotensi Hilang
- Pariwisata Butuh Pembiayaan, Berharap Suku Bunga Bank Turun
- Harga Beras, Bawang, hingga Cabai Rawit Merah Turun Hari Ini
- Permintaan Kredit Belum Terpacu, Ini Kata Gubernur BI
Advertisement
Advertisement