Advertisement
Jack Ma Sebut AS-China Bisa Hadapi Turbulensi 20 Tahun
Pendiri Alibaba Jack Ma menjadi pembicara di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018). - ANTARA/M Agung Rajasa
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Co-founder dan mantan Chairman Alibaba Group, Jack Ma, mengatakan hubungan Amerika Serikat (AS) dan China dapat menghadapi turbulensi selama 20 tahun jika kedua negara adidaya ini tidak berhati-hati dalam cara mereka menangani perdagangan.
“Kita harus sangat, sangat berhati-hati,” ujar Ma pada dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV pada Kamis (14/11/2019).
Advertisement
“Kita harus menyelesaikan permasalahan, kita seharusnya tidak menciptakan lebih banyak masalah,” sambungnya.
Menurut salah satu miliarder paling berpengaruh di Asia ini, meskipun perang perdagangan berskala penuh kemungkinan tidak berlangsung lama, hubungan antara kedua negara bisa penuh batu sandungan selama dua dekade berikutnya.
BACA JUGA
“Penting bagi kedua negara bekerja bersama dan berbagi teknologi,” lanjut Ma, seperti dilansir dari Bloomberg.
Perselisihan perdagangan AS-China yang berlangsung lebih dari satu setengah tahun telah menjerat lebih dari 70 persen perdagangan barang bilateral.
Jika kedua belah pihak tidak dapat menyelesaikan sebagian perselisihan dalam beberapa pekan mendatang, Gedung Putih akan menambah tarif 15 persen pada impor senilai US$160 miliar asal China pada 15 Desember.
Sebagai raksasa asal China dan salah satu perusahaan terbesar di Asia, Alibaba diperkirakan dapat mengatasi dampak perang dagang dengan lebih baik ketimbang beberapa perusahaan lain, berkat peningkatan konsumsi online.
Di tengah ketidakpastian hubungan dagang AS-China, perusahaan justru mencetak rekor baru dalam festival belanja tahunan yang digelar 11 November 2019.
Selama periode 24 jam, total pembelian mencapai lebih dari 268 miliar yuan atau senilai US$38,3 miliar, melampaui rekor tahun lalu 213,5 miliar yuan.
Namun Alibaba sempat membukukan penurunan harga saham pada awal musim gugur ini di tengah laporan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump mempertimbangkan batas dana pensiun pemerintah AS yang membeli saham China.
Saham Alibaba dilaporkan berada di posisi US$182,80 per lembar pada perdagangan Kamis (14/11/2019) di New York dan telah mencatat kenaikan sebesar 33 persen sepanjang tahun ini.
Perusahaan kini berencana melakukan penawaran umum saham perdana atau IPO di Hong Kong dengan target perolehan dana US$15 miliar.
Menurut sumber terkait yang dikutip Reuters, Alibaba akan meminta persetujuan IPO dari Hong Kong Exchanges and Clearing Ltd. dalam waktu dekat. Dengan demikian, pencatatan saham dapat dilakukan pada akhir November 2019 atau awal Desember 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- BPS Sebut Ekonomi RI Kuartal III/2025 Tumbuh 5,04 Persen
- Pertamina Pastikan Pertalite di Jawa Timur Bebas Air dan Etanol
- Harga Pangan Hari Ini, Cabai Rp 40 Ribu, Bawang Merah Rp41 Ribu per Kg
- PLN UP3 Yogyakarta Siagakan Lebih dari 500 Petugas Hadapi Musim Hujan
- Kemnaker Buka 80.000 Kuota Magang Nasional Tahap 2
Advertisement
Terduga Pembunuh Wanita di Gamping Sleman Ditangkap di Magelang
Advertisement
Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement



