Advertisement
Mari Jaga Investment Grade untuk Perkuat Rupiah

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pemerintah mesti menjaga momen investment grade untuk mempertahankan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dalam beberapa waktu terakhir ini.
“Guna mempertahankan menguatnya rupiah ini, pemerintah mesti menjaga investment grade untuk menjaga momentum Indonesia layak investasi dari luar, kemudahan perizinan,” kata Pengamat ekonomi sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UGM, Eko Suwardi, Selasa (14/1).
Advertisement
Omnibus Law yang sedang disiapkan pemerintah diharapkan juga dapat menjaga kondusivitas ekonomi di Indonesia dan keamanan di Indonesia sehingga dapat semakin menguatkan rupiah. Selain itu, kata dia, penguatan produktivitas dan kualitas industri dalam negeri sendiri juga harus ditingkatkan. Terlebih untuk industri yang memiliki potensi ekspor. Kemudian sumber daya manusia (SDM) dengan pendidikan vokasi yang kuat diyakini dapat meningkatkan kemampuan.
Menurut Eko, penguatan rupiah dalam beberapa waktu terakhir disumbang oleh banyaknya investor yang masuk. Selain itu faktor dari luar juga berpengaruh. Misalnya, hubungan antara Amerika Serikat dengan China dan Iran yang tengah bertikai.
Meski saat ini Indonesia dan China tengah bergesekan soal Natuna, dia menilai hal tersebut tak berdampak banyak. Bahkan kondiksi di Indonesia terbilang stabil. Meski ada gesekan dengan China di Natuna, namun menurut Eko tidak berdampak banyak. Namun, dia tetap berharap persoalan ini dapat segera diselesaikan. Menguatnya rupiah juga akan berdampak baik untuk industri yang memproduksi dengan skala ekspor. Adapun, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (14/1) berkisar Rp13.685 per US$.
Sebelumnya, dilansir dari Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) pada Jumat (10/1), Bank Indonesia mengatakan sepanjang dua pekan pertama Januari 2020, nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan sebagai imbas meningkatnya cadangan devisa Desember 2019 sebesar US$129,2 miliar [Rp1.767 triliun].
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menilai penguatan ini mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi. “Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan 5,1 persen -5,5 persen. Fundamental itu inflasi yang tadi itu rendah, terjaga dan kisaran sasaran tiga persen sampai empat persen,” kata Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Pemindahan TPR Pansela Tunggu Pembukaan Jembatan Pandansimo
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Bahlil Minta SPBU Swasta Kolaborasi dengan Pertamina Terkait Stok
- Dukung Ekonomi Nasional, BI Rate Dipangkas Jadi 4,75 Persen
- BI Yakin Ekonomi RI 2025 Tumbuh di Atas Titik Tengah
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- Erick Thohir Dilantik Jadi Menpora, Kementerian BUMN Berpotensi Hilang
- Pariwisata Butuh Pembiayaan, Berharap Suku Bunga Bank Turun
- Harga Beras, Bawang, hingga Cabai Rawit Merah Turun Hari Ini
Advertisement
Advertisement