Advertisement
Rupiah Tembus Rp16.100, Begini Penjelasan Bank Indonesia

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengungkapkan melemahnya rupiah yang terjadi dan sempat menembus lebih dari Rp16.100 per dolar AS, sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global terutama setelah terpilih Donald Trump menjadi presiden AS.
Nilai tukar rupiah sepanjang bulan ini tercatat melemah sebesar 0,84% (point to point/ptp) dari bulan sebelumnya. "Pelemahan nilai tukar tersebut diakibatkan oleh menguatnya mata uang dolar AS secara luas, serta berbaliknya preferensi investor global dengan memindahkan alokasi portofolionya kembali ke AS pascahasil pemilihan umum di AS," kata dia, Rabu (18/12/2024).
Advertisement
Perry menjelaskan rencana kebijakan perdagangan di Amerika Serikat (AS) melalui kenaikan tarif impor, komoditas, dan cakupan negara yang lebih luas telah menyebabkan risiko peningkatan fragmentasi perdagangan dunia.
Perkembangan ini yang disertai dengan eskalasi ketegangan geopolitik di banyak negara mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dunia 2025 diprakirakan melambat menjadi 3,1% dari sebesar 3,2% pada 2024.
Inflasi dunia meningkat dibandingkan prakiraan sebelumnya dipengaruhi oleh gangguan rantai suplai. "Hal ini meningkatkan tekanan pelemahan berbagai mata uang dunia dan menahan aliran masuk modal asing ke negara berkembang," ujarnya.
Bukan hanya itu, rupiah juga dipengaruhi oleh proyeksi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih lambat akibat dari perkiraan awal akibat inflasi yang lebih tinggi tersebut. Sementara itu, kebijakan fiskal AS yang lebih ekspansif mendorong yield US Treasury (UST) tetap tinggi, baik pada tenor jangka pendek maupun jangka panjang.
Terlebih, penguatan mata uang dolar AS secara luas terus berlanjut disertai berbaliknya preferensi investor global dengan memindahkan alokasi portofolionya kembali ke AS.
BACA JUGA: Nilai Tukar Rupiah Menguat Jelang Pengumuman RDG Bank Indonesia
Meski masih depresiasi, tetapi secara umum pelemahan ini tetap terkendali, yang bila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023 tercatat depresiasi sebesar 2,74%. Pelemahan tersebuh lebih kecil dibandingkan dengan pelemahan dolar Taiwan, peso Filipina, dan won Korea yang masing-masing terdepresiasi sebesar 5,26%, 5,83%, dan 7,53%.
Sejalan dengan rupiah yang perlu penguatan, untuk itu BI kembali menahan suku bunga acuan BI Rate pada level 6%. "Fokus kami adalah tentu saja bagaimana melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sementara ini BI Tate-nya kami pertahankan dulu," tuturnya.
Meski demikian dengan inflasi yang rendah, Perry menuturkan pihaknya tidak menutup ruang pemangkasan suku bunga acuan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pemerintah Telah Gelontorkan Dana Bansos Rp43,6 Triliun, Terserap 12,1 Persen
- 6 Mata Uang Ini Gilas Dolar AS
- Tiga Alasan Bank Indonesia Menurunkan Suku Bunga Saat Ini Jadi 5,5 Persen
- Presiden Prabowo Sebut Jatah Impor BBM 40 Miliar Dolar AS Bisa Digunakan untuk Pendidikan dan Kesehatan
- Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Acuan Menjadi 5,5 Persen
Advertisement

PWI DIY Memperkuat Kolaborasi dengan BIN dan Kesbangpol, Pers Berperan Penting dalam Menjaga Keamanan Nasional
Advertisement

Berikut Sejumlah Destinasi Wisata Berbasis Pedesaan di Bantul
Advertisement
Berita Populer
- PLN UID Jateng & DIY Teguhkan Semangat Hari Lahir Pancasila melalui Lomba Karya Inovasi 2025
- Bentuk Hilirisasi Produk, BBPPMT Yogyakarta Mendukung Program Transmigrasi Karya Nusa melalui Pelatihan Barista
- Bursa Saham di Asia Melemah, IHSG Malah Ditutup Menguat
- Astra Motor Yogyakarta Perkuat Komitmen Sosial melalui Dukungan untuk Posyandu, Posbindu, dan Kesehatan Lansia
- Kementerian UMKM Komitmen Pererat Kemitraan Pengemudi dan Aplikator Ojol
- Harga Emas Antam Hari Ini Turun, Rp1.910.000 per gram
- Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Hari Ini
Advertisement