Advertisement
Filipina Tutup Bursa, Bagaimana dengan Indonesia?
Ilustrasi pasar modal. - Bisnis Indonesia/Dedi Gunawan
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Meski Pemerintah Filipina memutuskan untuk menutup bursa tetapi Bursa Efek Indonesia mengatakan belum memiliki rencana melakukan hal serupa.
“Tidak ada rencana penutupan bursa,” ujar Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa Bursa Efek Indonesia (BEI) Laksono Widodo saat dihubungi, Selasa (17/3).
Advertisement
Laksono menegaskan sejauh ini BEI akan tetap menjalankan perdagangan meski diberlakukan kebijakan lockdown di Indonesia. Pihaknya mengklaim telah mempersiapkan langkah agar perdagangan saham dapat tetap berjalan. "Mesti tanya bursa Filipina [kenapa tutup perdagangan] karena bursa-bursa lain di dunia tidak tutup," imbuhnya.
Filipina telah menghentikan perdagangan saham, obligasi, dan mata uang hingga pengumuman lebih lanjut terhitung mulai, Selasa (17/3).
Langkah itu ditempuh setelah Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang menerapkan lockdown di Ibu Kota Filipina selama sebulan. Data juga menunjukkan pasar saham Filipina telah tergelincir 31,73% atau 2.479,89 poin hingga perdagangan, Senin (16/3).
Di level Asia Tenggara, koreksi yang dialami pasar saham Filipina menjadi yang terendah kedua di bawah Thailand. Pasar modal Negeri Gajah Putih mengalami koreksi 33,64% hingga sesi, Senin.
Sementara itu, perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) harus dihentikan selama 30 menit, setelah indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi 5% atau 234,558 poin ke level 4.456,099 pada, Selasa, pukul 15:02 waktu JATS.
Penghentian sementara perdagangan saham di BEI ini menjadi yang ketiga kalinya sejak BEI mengumumkan kebijakan trading halt 30 menit apabila IHSG mengalami koreksi 5%. Langkah serupa ditempuh otoritas pada dua perdagangan pekan lalu.
Pada sesi penutupan Selasa, IHSG parkir di level 4.456,749. Posisi itu terkoreksi 4,99% atau 233,908 poin dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.
Sebelumnya, Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan tren bearish tidak hanya melanda pasar saham dalam negeri. Dia menyebut sejumlah negara juga mengalami tren serupa, seperti Bursa Thailand yang mencetak penurunan 10% hingga otoritas bursa di sana menghentikan perdagangan sementara.
Dia menerangkan sudah menerapkan berbagai upaya untuk menahan penurunan lebih dalam. Misalnya, BEI sudah mengubah batasan auto rejection bawah (ARB) menjadi minus 7% dari sebelumnya minus 10%. “Ini semua agar supaya investor tidak ikut-ikutan menjual.Investor kami ajak rasional, jangan panik. Kalau dilihat secara mendalam, banyak perusahaan layak dikoleksi. Sayang dijual saat ini,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- BPS Sebut Ekonomi RI Kuartal III/2025 Tumbuh 5,04 Persen
- Pertamina Pastikan Pertalite di Jawa Timur Bebas Air dan Etanol
- Harga Pangan Hari Ini, Cabai Rp 40 Ribu, Bawang Merah Rp41 Ribu per Kg
- PLN UP3 Yogyakarta Siagakan Lebih dari 500 Petugas Hadapi Musim Hujan
- Kemnaker Buka 80.000 Kuota Magang Nasional Tahap 2
Advertisement
Influenza Tipe A Muncul di Jogja, Dinkes Imbau Masyarakat Waspada
Advertisement
Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement



