Advertisement
Abekani Leather Craft Bertahan Di Tengah Terpaan Pandemi
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Di saat banyak pelaku bisnis kerajinan harus gulung tikar akibat pandemi Covid-19, tidak dengan Christiana Tunjung, 49, pemilik bisnis tas kulit Abekani. Dia tetap sibuk melayani jumlah pemesanan yang justru stabil.
Tiga perajin yang mengenakan masker kain terlihat sibuk merapikan tumpukan produk dompet kulit di kantor Abekani yang terletak di Perumahan Puri Potorono Asri, Kecamatan Banguntapan, Bantul, Rabu (30/9). Di sekeliling mereka, terlihat ada sekitar empat tumpukan produk kerajinan kulit setinggi lutut orang dewasa yang siap antar ke para pelanggan setia produk kerajinan kulit Abekani.
Advertisement
“Pesanan kami jalan terus tiap hari. Di tengah pandemi, bisa dibilang kami sama sekali tidak terdampak. Jumlah kiriman pun sama seperti sebelum pandemi,” kata pemilik bisnis tas kulit Abekani, Christiana Tunjung.
Tunjung, sapaan akrab Christiana Tunjung, mengakui Mei-Juli merupakan masa terberat bagi industri kerajinan kulit. Para perajin yang setia menemani Tunjung merintis usahanya sejak 2008 itu bercerita tentang nasib kawan-kawan mereka sesama perajin kulit.
Di tengah pandemi, banyak pengusaha kerajinan kulit yang gulung tikar. Alhasil banyak para perajin yang di rumahkan bahkan kehilangan pekerjaan.
Mendengar cerita itu, Tunjung segera bersiap menurunkan kuantitas produksi produk ready stock untuk mengantisipasi penurunan pesanan yang drastis. Menurutnya, cara itu bisa menyelamatkan mata pencaharian mereka.
Akan tetapi, di luar dugaan, jumlah pesanan yang dikirim tetap stabil, sekitar 2.000 item per bulan. Bahkan dalam satu pengiriman bisa berisi lebih dari 10 item berbeda.
“Semua itu bisa terjadi karena anggota Abekanian. Memang hampir 90 persen penjualan kami saat pandemi ini bisa terdongkrak karena pesanan mereka. Mereka adalah para pelanggan setia tas kulit Abekani,” kata Tunjung.
Melalui serangkaian proses pembelajaran sebelum akhirnya bertemu dengan kurang lebih 28.000 anggota Komunitas Abekanian. Pada 2012, Tunjung mulai fokus memproduksi tas perempuan dari bahan kulit nabati. Dia menjual produknya melalui sebuah blog.
Berbeda dari produk tas kulit lainnya yang harganya di atas Rp1 juta, Tunjung menetapkan harga di bawah Rp600.000-Rp800.000 untuk semua produk tas kulitnya. “Ada member sebuah komunitas fesyen yang membeli produk Abekani dan menulis review di forum komunitasnya. Intinya harganya terjangkau tapi kualitas bagus” kata Tunjung.
Setelah itu, orderan pun membeludak di blog maupun di Kaskus hingga Tunjung berinisiatif membuat Facebook Abekani guna melayani transaksi. Seiring dengan berjalannya waktu, anggota grup Facebook Abekani kian bertambah. Para pencinta tas kulit dari seluruh Indonesia itu menamai diri mereka Abekanian.
Sejak saat itu, kata Tunjung, setiap hari selalu ada pesanan yang masuk dari para Abekanian. Hal itu membuat Tunjung harus bolak-balik mengantar produk ke berbagai agen jasa pengiriman barang setiap harinya.
Layanan JNE
Disaat-saat waktu sibuknya di tengah pesanan yang membeludak, pengiriman barang rentan mengalami keterlambatan.
Tunjung merasa sangat terbantu dalam hal ketepatan waktu ketika kurir JNE mengunjungi kantor Abekani dan menawarkan jasa free pickup. Tak tanggung-tanggung, jumlah pesanannya pun tak terbatas. Tunjung pun bisa memesan jasa free pickup lebih dari sekali dalam satu hari.
“Mungkin karena dari data JNE terlihat saya tiap hari ada pengiriman ya, mereka langsung tanggap. Jadi pesanan saya yang banyak banget itu dijemput langsung oleh kurir JNE. Datangnya selalu tepat waktu saat jadwal pengiriman. Saya sampai kenal dekat sama kurir yang biasa ke sini,” kata Tunjung.
Tunjung pun kian mantap menggunakan layanan JNE hingga kini. Selain itu, 80% pelanggan Tunjung yang merupakan anggota Abekanian selalu memilih JNE untuk mengantarkan pesanan tas kulit Abekani ke rumah masing-masing.
“Selain biaya yang terjangkau dan pengiriman barang yang tepat waktu, proses tracking pengiriman barang pun sangat mudah dilakukan dengan tampilan web yang simpel,” ucap dia.
Kepala JNE Cabang Yogyakarta, Adi Subagyo mengatakan selama pandemi, layanan JNE didukung oleh jalur darat sebagai alternatif moda transportasi penerbangan. Sehingga ketika seluruh bandara sempat tutup di masa awal pandemi, pengiriman barang para pelanggan setia tetap selamat sampai tujuan dengan tepat waktu. “Jadi salut untuk pelaku usaha yang tetap eksis di tengah pandemi, seperti salah satunya Bu Tunjung,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
- Menparekraf: Pulau Bali Belum Overtourism tapi Bali Selatan Terlihat Padat
Advertisement
Bupati dan Wakil Bupati Gunungkidul Kompak Ambil Formulir Pendaftaran di Partai Golkar
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Pakar Energi UGM Sebut Konflik Iran-Israel Bisa Picu Kenaikan Harga BBM
- Sahid Raya Hotel Gelar Konser Iwan Fals, Presale Tiket 30 April 2024
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Dorong Laju Transisi Energi, PLN Kampanyekan Kendaraan Listrik pada Peringatan Hari Bumi 2024 Jawa Tengah
- Tak Terpengaruh Konflik Iran-Israel Harga Minyak Dunia Turun
- Nilai Tukar Rupiah Remuk, DPD REI DIY: Tidak Menjadikan Bisnis Properti Kolaps
- Seusai Lebaran, Harga Bawang Merah Jadi Mahal
Advertisement
Advertisement