Advertisement
Tahun Depan, Perbankan Diprediksi Bakal Lebih Selektif dalam Mencairkan Kredit

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Perbankan diperkirakan tak akan jor-joran dalam menggelontorkan dana kredit mereka tahun depan. Bank bakal lebih selektif dalam memilih debitur.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebut bahwa pertumbuhan kredit perbankan diperkirakan masih akan meningkat secara bertahap pada 2023. Akan tetapi bank diperkirakan akan lebih selektif memilih debitur.
Advertisement
Berdasarkan Laporan Likuiditas Bulanan yang dirilis LPS, kinerja industri perbankan tetap stabil dari sisi intermediasi.
Kredit perbankan tumbuh sebesar 11,95% (year on year/yoy) per Oktober 2022. Sedangkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tetap berada di level yang cukup tinggi yaitu sebesar 9,41% (yoy).
Seiring dengan itu, LPS memperkirakan bahwa pertumbuhan kredit diperkirakan masih akan meningkat secara bertahap seiring pemulihan aktivitas bisnis masyarakat.
"Sementara pertumbuhan penyaluran kredit bank juga diperkirakan masih akan dilakukan secara selektif dengan pengelolaan pencadangan yang memadai," tulis LPS dikutip pada Senin (26/12/2022).
BACA JUGA: Wow! Realisasi Penyaluran KUR Klaster Capai 96,7%
Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan DPK diperkirakan masih akan tumbuh dengan laju lebih lambat. Kemudian, berlanjutnya peningkatan permintaan kredit akan menjadi tantangan bagi bank dalam mengelola likuiditasnya sekaligus tetap menjaga pertumbuhan kredit yang sehat.
Sebelumnya, sejumlah bank memang berencana untuk selektif menyalurkan kredit. PT Bank Ina Perdana Tbk. atau Bank Ina (BINA) misalnya terus menjaga pertumbuhan kreditnya, tetapi tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian. Direktur Utama Bank Daniel Budirahayu mengatakan bahwa kredit yang disalurkan Bank Ina tidak hanya terbatas pada sejumlah sektor.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar juga telah mengingatkan pelaku industri perbankan untuk mewaspadai risiko kredit di sektor manufaktur dan komoditas.
Menurut dia, perlambatan ekonomi yang terjadi di tingkat global menimbulkan kerawanan bagi sektor komoditas ataupun industri tertentu.
Oleh sebab itu, eksposur kredit perbankan yang menyasar dua sektor tersebut perlu dikawal dengan baik. Sementara itu, untuk dalam negeri, Mahendra menuturkan bahwa beberapa pasar ekspor mengalami pelemahan pasar. Semisal, industri manufaktur seperti tekstil dan alas kaki. Sektor ini dinilai perlu diberikan ruang perpanjangan restrukturisasi hingga satu tahun.
Menghadapi kondisi itu, otoritas pun telah menyiapkan sejumlah strategi sebagai langkah mitigasi. “Dalam menghadapi situasi tersebut, tentunya kami sudah menyiapkan sejumlah strategi, salah satunya adalah melakukan pengawalan pada sektor komoditas dan industri tertentu,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ungkap Kecurangan Beras Oplosan, Menteri Pertanian Tak Gentar Meski Ada Intimidasi
- Menteri PKP Pastikan Aturan Penyaluran KUR Perumahan Rampung Bulan Ini
- Penerbangan Susi Air Jogja-Bandung Bakal Dibanderol Rp1,75 Juta
- Sri Mulyani Ungkap Saldo Akhir APBN 2024 Sebesar Rp457,5 Triliun
- Harga BBM Non Subsidi di Jogja Naik per Juli 2025, Pertamax Kini Rp12.500 per Liter
Advertisement

Naik Signifikan, Leptospirosis di Bantul Capai 160 Kasus Per Juli 2025
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Dukung Prambanan Jazz 2025, Daop 6 Yogyakarta Hadirkan Diskon Tiket 20 Persen, Begini Cara Mendapatkannya
- Begini Cara BEI DIY Agar Investor Baru Tidak FOMO
- Waspada Penipuan Mengatasnamakan PT TASPEN Persero
- Promo Holiday Spesial Juli di Kotta GO Yogyakarta: Liburan Nyaman dan Menyenangkan
- PT KAI Daop 6 Yogyakarta Tidak Akan Menoleransi Aksi Pelemparan Kereta Api
- Kementerian ESDM Umumkan Harga Bioetanol Juli Rp10.832 per Liter
- Selalu Tepat Waktu Melayani Penerbangan Haji 2025, Lion Air Dapat Pujian dari Menteri Agama
Advertisement
Advertisement