Advertisement
Harga Tanah di Jogja Gila-gilaan Bikin Pengembang Kesulitan Bangun Rumah Subsidi
Ilustrasi perumahan berskema FLPP (Rachman/JIBI - Bisnis)
Advertisement
Harianjogja.com, EKBIS—DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY menyebut tingginya harga tanah di DIY menjadi kendala dalam membangun rumah bersubsidi. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris DPD REI DIY, Ngatijan Suryo Sutiarso. Menurutnya harga tanah yang ideal untuk membangun rumah bersubsidi adalah Rp200.000 per meter. Namun faktanya harga tanah di Jogja gila-gilaan dan
Akan tetapi harga di kisaran itu sudah sulit di dapatkan di Kabupaten Bantul, apalagi Kabupaten Sleman. Lokasinya yang memungkinkan dibangun rumah subsidi adalah Kabupaten Gunungkidul.
Advertisement
"Mengerjakan rumah subsidi di Jogja sangat terkendala dengan harga tanah. Karena di Jogja sudah sangat tinggi sekali," ucapnya, Sabtu (13/5/2023).
BACA JUGA : Sultan Prihatin Harga Tanah Makin Tinggi, Penyebabnya
Terkait hal ini dia menunggu kebijakan dari pemerintah untuk bersama-sama mencari jalan keluarnya. Dia mengusulkan penggunaan tanah Sultan Ground (SG) untuk rumah subsidi sehingga harga tanahnya tidak terlalu mahal.
"Mungkin ada kebijakan seperti itu, kalau untuk rumah subsidi di DIY khususnya Bantul, Sleman perlu ada gebrakan atau kebijakan khusus. Kalau di Jogja kan ada banyak SG DPR REI diajak duduk bersama, aturannya bagaimana ini salah satu solusi," katanya.
Ia berpandangan masyarakat sangat antusias pada rumah subsidi. Apalagi ada aturan dari pemerintah untuk memperhatikan kualitas. Harga rumah subsidi di kisaran Rp150 juta membuat masyarakat antusias.
REI berpandangan harga rumah bersubsidi idealnya Rp200 juta atau dibawah Rp250 juta untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Sebab masyarakat masih belum familiar dengan rumah susun, dan masih menginginkan rumah landed atau tapak.
BACA JUGA : Harga Tanah di DIY Kian Mahal, Begini Respons REI DIY
Lebih lanjut dia menyampaikan, di DIY lonjakan harga tanah terjadi begitu cepat. Rata-rata orang yang pernah kuliah di Jogja, lalu bekerja, inginnya tinggal di Jogja. Sehingga harga tanah cepat sekali naik.
Dia mencontohkan, di Pajangan Bantul dulu harga tanah masih sangat murah, tapi ini sudah sangat mahal. Ditambah kebijakan bahwa universitas tidak boleh lagi di dalam kota.
"Di luar ringroad lah, pinggiran. Ini pengembangan daerah-daerah yang ada universitasnya misalnya UII di daerah Utara dan sebentar lagi UIN di Pajangan, terus UNY daerah Barat. Ini pasti cepat sekali dongkrak perekonomian tentu efeknya ke harga tanah yang nanti akan cepat naik," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Hungaria Catat Rekor Redenominasi Terbesar, Hapus 29 Nol Sekaligus
- Tiket Nataru 2025 KAI Jogja Sudah Bisa Dipesan Mulai 3 November
- Pasar Properti DIY Dibidik Tumbuh Menjelang Akhir Tahun
- Layani UMKM, BTN Ekspansi Kredit Perumahan di DIY
- Pakar: Banyak Tol Sepi karena Tarif Mahal dan Salah Perencanaan
Advertisement
Identitas Mayat di Sungai Progo Terungkap, Warga Magelang
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Harga Emas Hari Ini, Logam Mulia Antam, UBS dan Galeri24 Kompak Naik
- Bea Cukai Jogja dan Magelang Musnahkan Barang Ilegal Senilai Rp2,5 M
- Ekspor DIY ke AS Tumbuh 6,77 Persen Meski Tarif Trump Berlaku
- Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp2,367 Juta per Gram
- Harga Cabai Rawit Rp38.900, Telur Ayam Rp31.450 per Kg
- Cara Cek dan Daftar Pemutihan Iuran BPJS Kesehatan November
- Hungaria Catat Rekor Redenominasi Terbesar, Hapus 29 Nol Sekaligus
Advertisement
Advertisement




