Advertisement
Backlog Perumahan Capai 12,7 Unit, Harga Mahal Jadi Penyebab

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Fenomena backlog perumahan masih terjadi di Indonesia, bahkan sampai mencapai 12,7 unit. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuldjono menyebut salah satu penyebabnya adalah harga rumah yang tinggi atau mahal.
Backlog perumahan adalah kondisi kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan rakyat. Dengan kata lain, backlog perumahan adalah jumlah rumah yang belum atau tiidak tertangani.
Advertisement
Menteri Basuki menjelaskan akan bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Terlebih, salah satu visi Indonesia pada 2045 yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya dengan menghadirkan hunian layak dan menekan angka backlog yang ada.
"Saya kalau itu sih [siasat mengurangi backlog] menunggu Bappenas saja. Karena kalau sampai 2045 itu perencanaannya makro, jadi itu nanti kita ikuti strategi yang disiapkan dari Bappenas," jelasnya dikutip dari Bisnis.com-jaringan Harianjogja.com, Kamis (10/8/2023).
Baca juga: Banyak Warga Membakar Sampah, DLHK DIY Cemaskan Kualitas Udara
Hanya saja, Basuki menambahkan, salah satu yang mendorong terjadinya backlog perumahan yakni karena harga rumah yang terlalu tinggi atau mahal.
Seiring dengan hal tersebut, Menteri Basuki menjelaskan bahwa peran pemerintah dalam memberikan subsidi sangat diperlukan untuk menumbuhkan daya beli properti, khususnya pada kalangan anak muda.
"Anak-anak sekarang itu tidak akan bisa beli rumah. Saya tidak akan bisa beli rumah walaupun sudah kerja, apalagi karena tidak kerja, jadi harus ada subsidi," jelasnya.
Adapun, skema insentif yang dikucurkan pemerintah saat ini mencakup harga rumah yang duduk di level kisaran Rp200 jutaan. Ke depan, Menteri Basuki berencana akan melebarkan subsidi bebas PPN pada rumah Rp300 juta.
"Oh iya itu mungkin [pemberian subsidi bebas PPN pada rumah Rp300 juta]. Sekarang kan sudah mencakup rumah Rp200 jutaan. Nah seiring dengan pertumbuhan ekonomi ini [pemberian subsidi bebas PPN pada rumah Rp300 juta] masih bisa. Nanti saya akan berbicara dengan Menteri keuangan," pungkasnya.
Untuk diketahui sebelumnya, mengacu pada data Susenas 2021, terdapat sejumlah tantangan besar yang dihadapi bersama dalam pemenuhan kebutuhan rumah di Indonesia. Pasalnya, pertumbuhan keluarga baru mencapai 700.000 hingga 800.000 per tahun.
Seiring dengan hal itu, Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, dalam RPJMN 2020-2024, Pemerintah menargetkan peningkatan akses rumah layak huni dari 56 persen menjadi 70 persen pada 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Produksi Benih Ikan di Seluruh BBI Sleman Capai 4,44 Juta Ekor
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Impor Komoditas Etanol Akan Dibatasi, Ini Tujuannya
- Kucuran Rp200 Triliun Himbara Perlu Diimbangi Kemudahan Usaha
- Harga Jual Emas Antam, UBS dan Galeri24 Hari Ini Kompak Naik
- Jelang Merger, Pelita Air Buka Rute Singapura-Jakarta Kelas Premium
- Kendalikan Konsumsi, Ekonom UGM Usul Cukai Rokok Sebaiknya Naik
- Harga Pangan Hari Ini: Beras Medium, Bawang, hingga Cabai Turun
- Kadin: Renovasi 500 Rumah Layak Huni Ditarget Selesai April 2025
Advertisement
Advertisement