Setelah Harga Naik, Pelanggan Pertamax di Jateng-DIY Berkurang, Ini Buktinya...
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pasca kenaikan harga BBM RON 92 atau Pertamax dari Rp13.300 menjadi Rp14.000 per liter pada 1 Oktober 2023 lalu, angka konsumsi Pertamax di Jawa Tengah (Jateng) dan DIY turun tipis 0,1%.
Area Manager Communication, Relation & Corporate Social Responsibility (CSR) Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho mengatakan proporsi Pertamax dari total konsumsi BBM gasoline di Jateng & DIY adalah 16,4% di bulan Oktober 2023. "Dibandingkan sebelumnya pada September 2023, proporsinya adalah 16,5%. Secara proporsi, hanya turun, 0,1%," ucapnya, Jumat (20/10/2023).
Advertisement
Brasto mengatakan, Pertamina selalu mengimbau konsumen yang mampu untuk membeli BBM nonsubsidi. Menurutnya BBM Pertamax dan Pertamax Turbo memiliki kualitas yang lebih baik bagi kendaraan serta lebih ramah lingkungan.
"Pertamax Series juga memiliki pelanggan loyal. Adapun Pertamina Patra Niaga memiliki promo-promo menarik untuk BBM non subsidi yang bisa di cek di aplikasi MyPertamina, " jelasnya.
BACA JUGA: Harga Impor Minyak Mentah Naik, Pembelian Pertalite akan Dibatasi
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi Energi UGM, Fahmy Radhi mengatakan kenaikan ini menyebabkan disparitas harga hingga Rp4.000 per liter dari BBM RON 90 atau Pertalite.
Disparitas yang tinggi ini akan memicu konsumen untuk beralih ke Pertalite. Jika migrasi ini tidak bisa dicegah akan menyebabkan kuota Pertalite jebol. Bakal terjadi antrian panjang dan mungkin juga menyebabkan kelangkaan.
"Sebagian besar konsumen Pertamax akan pindah ke Pertalite, kecuali mungkin bagi pemilik mobil-mobil mewah, dia akan bertahan. Tapi bagi konsumen kelas menengah yang pakai Pertamax akan pindah," paparnya.
Untuk memperkecil disparitas ini salah satu opsinya adalah menaikkan harga Pertalite misalnya Rp2.000 per liter. Namun jika dinaikkan berisiko pada inflasi dan mengurangi daya beli masyarakat.
Solusi lainnya adalah dengan melakukan pembatasan pembelian Pertalite. Sehingga Pertalite benar-benar dikonsumsi oleh masyarakat yang membutuhkan subsidi. Sebab selama ini banyak yang salah sasaran dalam jumlah besar. "Kalau pembatasannya Pertamina bersikukuh dengan MyPertamina enggak efektif, enggak bisa untuk pembatasan," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 November Naik Signifikan, Rp1.498 Juta per Gram
- Garuda Indonesia Dukung Rencana Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Dampak Aksi Boikot 47 Gerai KFC Tutup, 17 Restoran Pizza Hut Berhenti Beroperasi
- Harga Emas Antam Hari Ini 18 November 2024 Naik Signifikan, Rp1.476 Juta per Gram.
Advertisement
Perluasan RSUD Panembahan Senopati Bantul Tinggal Menunggu Izin Gubernur
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Ekonom Dukung Keputusan BI Tahan Suku Bunga 6%
- PPN Jadi 12% Tahun Depan, Harga Barang Elektronik Juga Bakal Ikut Naik
- Menyambut Masa Depan Cerah Emas dan Pangan pada 2025
- Ketimbang Kenaikan PPN, Ekonom Sarankan Pemerintah Bidik Kalangan Super Rich
- Mengenal Galeri 24, Anak Perusahaan Pegadaian untuk Investasi Emas
- Harga MinyaKita Melambung hingga Rp18.000, Kemendag Segera Panggil Distributor
- GATF Kembali Digelar di Jakarta, Hadirkan Lebih dari 500 Ribu Kursi dengan Harga Terjangkau
Advertisement
Advertisement