Advertisement

Penjelasan Pakar Terkait Meningkatnya Persentase Petani Tua di DIY

Anisatul Umah
Sabtu, 09 Desember 2023 - 19:57 WIB
Sunartono
Penjelasan Pakar Terkait Meningkatnya Persentase Petani Tua di DIY Petani mencabut benih untuk ditanam. - ilustrasi - Antara

Advertisement

Harianjogja.com,JOGJA—Sensus Pertanian 2023 (ST2023) BPS DIY mencatat terjadi peningkatan persentase usia petani tua selama sepuluh tahun terakhir. Petani pengelola usaha pertanian perorangan (UTP) kelompok umur 55-64 tahun pada 2023 mencapai 29,35% naik naik dari posisis 2013 sebesar 23,65%. Persentase petani usia di atas 65 tahun juga meningkat menjadi 28,32% dibandingkan 2013 sebesar 24,26%.

Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama, Fakultas Pertanian UGM, Subejo menyampaikan usia petani yang semakin tua tidak hanya terjadi di DIY, nanum juga di daerah lain. Salah satu penyebabnya adalah pertanian skala kecil kurang menguntungkan, sehingga anak muda kurang tertarik.

Advertisement

BACA JUGA : Jumlah Usaha Pertanian DIY Susut 26,18 Persen dalam 10 Tahun

Perlu ada peningkatan skala usaha misalnya dengan sistem bagi hasil. Kemudian juga jenis tanaman yang dipilih sifatnya lebih komersial seperti bunga dan padi organik yang harganya mahal 2x lipat dibandingkan padi biasa.

"Salah satu isunya kan skalanya kecil, kurang menguntungkan. Anak muda gak mau, sarjana pertanian termasuk murid-murid saya itu gak mau bertani karena kelola 1.000-2.000 meter gak menarik," ucapnya, Sabtu (9/12/2023).

Selain skala usaha, pertanian komersial juga perlu didorong dengan teknologi tinggi. Misalnya menggunakan sensor untuk mengatur air dan lainnya. Sehingga tidak semuanya dikerjakan secara manual.

"Kalau teknologi didorong dan pemerintah berikan dukungan kredit murah dan lainnya saya kira orang muda mau masuk. Kalau biasa-biasa saja seperti sekarang yang muda gak mau masuk ditinggali yang tua-tua saja, harus ada langkah progresif ke pertanian dan peternakan," lanjutnya.

Menurutnya jika sudah ada contoh pertanian komersial dengan pendapatan yang bagus maka anak muda lain akan lebih mudah tertarik. Dia mengaku sudah menemukan beberapa contoh di pesisir selatan lulusan akademi pertanian dan perguruan tinggi swasta yang menetap di desa bertani menanam cabai.

"Kalau gak komersial mereka gak mau, masih pilih pekerjaan yang menguntungkan. Harus ada langkah-langkah agar lebih komersial dan lebih menguntungkan, baik karena komoditasnya atau karena luasnya," katanya.

Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati menyampaikan meningkatnya persentase kelompok umur petani di usia menua berkaitan dengan teknologi pertanian. Sebab mereka kurang adaptif. Saat ini ada petani milenial yang adaptif dengan teknologi, namun belum banyak.  

BACA JUGA : Tampil Apik di ATC 2023, Begini Harapan Orang Tua Veda, Pembalap Muda Asal Gunungkidul

"Kalau petani milenial lebih tertarik dengan memanfaatkan teknologi atau dengan konsep lain, agro wisata. Kemajuan wisata di DIY berdasarkan data disandingkan data lain akan bisa dijadikan alat kebijakan yang lebih cocok ke depan," paparnya.

Titik beratnya adalah apakah DIY mau tetap agraris atau tidak. Bicara agraris saat ini hanya tinggal Kulonprogo dan Gunungkidul. Secara share perekonomian di atas 20% [Kulonprogo dan Gunungkidul]. Di Kota nol koma sekian persen. Artinya sektor pertanian kalah cepat dengan sektor lain."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Wawan Harmawan Mengembalikan Formulir Pendaftaran Calon Wali Kota ke PDIP Jogja

Jogja
| Senin, 20 Mei 2024, 18:17 WIB

Advertisement

alt

Lokasi Kolam Air Panas di Jogja, Cocok untuk Meredakan Lelah

Wisata
| Senin, 20 Mei 2024, 07:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement