Advertisement

Promo November

Meraup Berkah dari Rumput Laut dan Tulang Ikan

Sirojul Khafid
Jum'at, 26 April 2024 - 02:27 WIB
Abdul Hamied Razak
Meraup Berkah dari Rumput Laut dan Tulang Ikan Aghe saat menunjukan produk Kalfis di Sleman. - Harian Jogja/Sirojul Khafid

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Keuletan masyarakat Indonesia dalam berinovasi sepertinya tidak ada habisnya. Bahkan tulang ikan sampai rumput laut bisa menjadi cemilan yang enak sekaligus menyehatkan.

Punyakah kamu teman di sekolah yang hobinya jualan? Rasa-rasanya semua barang punya nilai ekonomi kalau di tangannya. Rafelino Sutan Aghe adalah jenis teman seperti itu di sekolah.

Advertisement

Saat masih sekolah dasar, dia berjualan kertas binder dan kartu karakter. Memasuki usia sekolah menengah pertama, dia berjualan gim Clash of Clans (CoC). Berlanjut ke sekolah menengah atas, jualan mulai naik level dengan bertransaksi handphone.

Tertipu atau rugi menjadi makanan lazim saat dia berdagang. Misal saat membeli handphone bekas dari seseorang. Saat bertemu dan mengecek awal, semuanya baik-baik saja. Namun setelah sampai rumah, ada saja bagian yang tiba-tiba rusak.

Mencoba jenis usaha kemudian gagal sudah biasa. Namun Aghe anggap pengalaman itu sebagai pelajaran. Memasuki dunia perkuliahan, dengan mengambil Program Studi Teknologi Hasil Perikanan di Universitas Gadjah Mada, jiwa dagang Aghe masih membara.

Termasuk saat Covid-19, dia sempat berjualan jamu bubuk. Aghe juga mengikuti berbagai lomba bisnis plan, dengan beberapa kali menyabet juara, baik dalam skala kampus maupun nasional. Melalui lomba itu, dia menghasilkan merk dagang Kalfis, dengan produk tortilla kalsium chips, yang merupakan olahan tulang ikan tenggiri dalam bentuk keripik.

“Awal mula Kalfis di situ, tahun 2021. Produk itu muncul dari adanya masalah osteoporosis. Makanan [yang berkhasiat mencegah osteoporosis] itu memanfaatkan limbah tulang ikan tenggiri, yang aku ambil dari usaha kecil menengah (UKM) yang cuma pakai daging ikannya aja,” kata Aghe saat ditemui di Caturtunggal, Depok, Sleman, Sabtu (6/4/2024).

Berbenah dan Inovasi

Produk tortilla kalsium chips sudah meluncur di pasaran. Sayangnya respon masyarakat tidak seperti bayangan. Penjualan dirasa kurang maksimal. Aghe kemudian riset lagi untuk membuat produk baru, masih dalam naungan Kalfis.

Enam bulan riset dan percobaan, muncul produk stik rumput laut. Tidak lama setelahnya, muncul lagi produk stik kalsium tengiri. Sekarang dua produk itu yang menjadi wajah dari Kalfis. Bahan baku stik rumput laut berasal dari para nelayan di kampung halaman Aghe di Gunungkidul.

“Pemanfaatan rumput laut ini juga untuk mendukung perekonomian para nelayan. Sumber daya rumput laut di Gunungkidul itu besar, sayangnya [rumput laut itu] masih dijual secara mentah atau hanya dikasih tepung dan digoreng, masih sederhana. Padahal gizi dan marketnya sangat potensial,” kata laki-laki berusia 23 tahun itu.

Kandungan yang ada di rumput laut bisa membantu mencegah stunting. Dengan semangat ini, Kalfis menyasar target yang spesifik berupa Gen Z perempuan. Mereka yang menjelang atau sedang dalam masa mengandung anak, bisa memanfaatkan stik rumput laut untuk cemilan sehari-hari.

Apabila stik rumput laut menggandeng para nelayan, untuk stik kalsium tengiri bekerja sama dengan UKM. Aghe akan mengambil tulang ikan tenggiri dari produsen siomay, pempek, dan sejenisnya. Tidak jarang para pelaku UKM kebingungan membuang tulang ikan. Bagian tulang ikan juga berpotensi berakhir menjadi limbah. Kondisi ini yang Kalfis tangkap, dengan memanfaatkan tulang ikan menjadi produk yang bernilai guna.

Kerja sama Kalfis juga menyasar UKM tahu. Bahan baku produk Kalfis menggunakan tahu dan sagu. Aghe ingin menggunakan bahan baku stik yang 100 persen dari sumber daya lokal Indonesia. “Kalau pakai gandum, [bahannya] masih banyak impor. Produk Kalfis gluten free, ada beberapa orang yang alergi gluten (jenis protein yang terdapat di dalam gandum, jelai, dan lainnya),” katanya. “Stik dari Kalfis juga tidak menggunakan micin dan bahan pengawet. Produk bisa bertahan enam bulan.”

Untuk harga sebungkus stik rumput laut senilai Rp10.000. Sementara untuk stik kalsium tenggiri seharga Rp12.000 per bungkus. Produk Kalfis bisa didapatkan secara online di berbagai marketplace. Untuk penjualan offline ada di Plaza Argo UGM dan toko oleh-oleh di Gunungkidul.

Jumlah penjualan produk Kalfis masih fluktuatif. Namun rata-rata per bulan masih di bawah 100 bungkus. Aghe masih memiliki tantangan berupa pengenalan dan edukasi produknya. Masih banyak konsumen yang merasa harga produk Kalfis terlalu mahal, dibandingkan harga cemilan lain.

Mayoritas masyarakat Indonesia, menurut Aghe, lebih memilih cemilan yang harganya murah, namun jumlahnya banyak. Belum semuanya peduli dengan kandungan gizi dari camilan. Aghe sadar betul apabila produknya cukup segmented, lebih kepada orang yang sudah sadar dengan kesehatan cemilan. Namun apabila sudah menemukan pasar yang tepat, konsumen bisa cukup loyal. Sejauh ini, penjualan di Indonesia sudah merambah di berbagai daerah di Pulau Jawa dan Sumatera.

Meski banyak tantangan dalam pemasaran produk, berbagai apresiasi dari lomba maupun konsumen menjadi penyemangat Aghe dalam memproduksi karyanya. Ke depan, Kalfis ingin menjadi bagian dalam meningkatkan perekonomian di Gunungkidul, yang masih banyak potensi namun belum terkelola secara maksimal.

“Semoga bisa juga membuka lapangan pekerjaan, sebagai rasa syukur saya yang bisa beruntung sekolah sampai sarjana satu. Setidaknya ingin bisa membantu masyarakat, kalau semua sarjana mau jadi pegawai negeri sipil, siapa yang membuka lapangan pekerjaan untuk orang-orang yang kurang seberuntung kita?” kata Aghe.

Mudah Akses Meski di Pelosok

Aghe memang kuliah di UGM, daerah yang cukup dekat dengan Kota Jogja dengan segala kemudahan aksesnya. Namun dia masih tinggal di Gunungkidul. Di situ pula lah produksi Kalfis berjalan. Agar rantai produksi serta juga hubungan dengan konsumen dan produsen berjalan baik, Aghe memerlukan akun bank yang bisa menjangkau pelosok di Gunungkidul.

Sejak dia mendapatkan kartu tanda penduduk, atau sejak dia 17 tahun, Aghe langsung mendaftar sebagai nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI). “Paling deket dari rumah, BRI ada di mana-mana, di pelosok ada, cabangnya bisa ditemukan 200 meter dari rumah saya,” katanya.

Setelah terdaftar menjadi nasabah BRI pada 2018, Aghe juga langsung menggunakan aplikasi mobile banking BRImo. Aplikasi ini bisa memudahkannya dalam urusan usaha maupun kehidupan sehari-hari. “Konsumen dan supplier usaha, mereka kebanyakan pakai BRI juga, jadi lebih enak kalau transaksi pakai BRImo,” kata Aghe.

Pengunduhan aplikasi BRImo dari Aghe, salah satu yang membuat pengguna mobile banking ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Regional Chief Executive Officer (RCEO) BRI Jogja, John Sarjono, mengatakan di lingkup BRI Regional Office (RO) Jogja, yang mencakup DIY dan sebagian Jawa Tengah, ada 2.006.634 user BRImo per 2023. Sementara untuk tahun 2024 sampai dengan bulan Februari, ada 2.261.326 user BRImo. Ada peningkatan sebesar 12,7%.

“Jumlah transaksi BRImo tahun 2023 sebanyak 254.322.090, dengan volume transaksi lebih dari Rp548 triliun. Untuk tahun 2024 sampai Februari 2024, ada sekitar 94.066.835 transaksi, dengan volume transaksi lebih dari Rp105 triliun,” kata Sarjono dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/3/2024).

Tidak hanya BRImo, peningkatan juga terjadi pada penyediaan QRIS BRI di berbagai lini usaha. Di lingkup BRI RO Jogja, ada peningkatan dari 209.285 merchant yang menggunakan QRIS BRI pada 2022, menjadi 245.053 pada 2023. Sementara sampai Februari 2024, usaha yang menggunakan QRIS BRI, terutama di kelas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), jumlahnya 264.456 merchant. Dari sisi transaksi QRIS di regional yang sama, pada tahun 2023 mencapai Rp1,7 triliun.

Dari seluruh UMKM yang menggunakan QRIS BRI, yang masuk dalam kategori groceries sebanyak 55,22%, food and beverage 14,30%, fashion 3,28%, health 1,51%, hobbies and entertainment 1,56%, serta segmen lain sebanyak 23,35%. “BRI RO Jogja memiliki nilai transaksi UMKM yang cukup tinggi dan menunjukkan signifikansi peningkatan setiap tahunnya,” kata Sarjono.

Menyasar Pasar Luar Negeri

Setiap jenis masyarakat punya kriteria tertentu dalam membeli produk makanan. Aghe menganggap cemilan yang mengutamakan kesehatan dan bahan-bahan pilihan, lebih potensial apabila dipasarkan di luar negeri seperti kawasan Eropa.

Kalfis ingin menyasar pasar itu. Saat ini dia masih dalam proses mengurus izin, standarisasi, serta modal. Pernah ada pihak yang menawarkan Kalfis untuk bekerja sama, dengan sistem penjualan stik rumput laut secara kiloan. Nantinya produk itu akan dikemas dengan merk lain.

“Bulan November lalu, Kalfis juga bekerja sama dengan Rumah BUMN mengirim sampel produk ke Turki sebanyak 60 pcs. Akan dipasarkan ke restoran dan sejenisnya. Semoga ada respon positif,” kata Aghe.

Di samping itu, Kalfis juga sedang dalam masa riset untuk membuat produk baru berupa popcorn. Berbeda dengan popcorn lainnya, Kalfis akan menggunakan bahan baku dari rumput laut. “Coming soon,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kisah Ilustrator, Dari Banguntapan, Gundala dan Gojira Menyala di GBK

Bantul
| Jum'at, 22 November 2024, 08:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement