Advertisement

Jogja Kota Seribu Laundry

Sirojul Khafid
Minggu, 08 September 2024 - 12:37 WIB
Sunartono
Jogja Kota Seribu Laundry Ilustrasi laundry. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Pengusaha punya dua pilihan, menjalankan usaha dengan apa adanya, atau semakin mengembangkan bisnisnya. ASLI Jogja menjadi wadah pengusaha laundry di Jogja yang ingin bertumbuh bersama.

Waktu kerja Bondan Estuning Rahayu sudah lebih leluasa sekarang. Saat masih menjadi pegawai salah satu mal di Jogja, dia mungkin akan susah nongkrong di café sejak jam 10.00 WIB, terlebih di hari-hari kerja. Seperti siang itu, tidak hanya nongkrong, Bondan juga ada agenda rapat dengan teman-temannya di Asosiasi Laundry Indonesia Dewan Perwakilan Daerah (ASLI DPD) Jogja.

Advertisement

Di ASLI Jogja, Bondan banyak belajar membangun usaha laundry, yang awalnya hanya sebagai sampingan. Dahulu, saat masih menjadi pegawai kantoran, dia hanya ingin punya pemasukan tambahan untuk jajan. Dari yang awalnya satu outlet laundry, sekarang Bondan sudah punya sekitar 10 usaha.

“Saya tahu cerita [Bondan bangun usaha] dari nol, dari awalnya disambi ngantor,” kata Aditya Guntur Wicaksono, teman Bondan, sekaligus Wakil Ketua ASLI Jogja, Jumat (16/8/2024).

“Kumpul di ASLI Jogja jadi gampang belajar usaha laundry, tentang mindset owner, apalagi saya belum pernah jadi pengusaha. Ternyata setelah nekunin [usaha laundry] impact-nya luar biasa. Merasakan manfaat jadi pengurus dan member ASLI Jogja,” kata Bondan, yang saat ini menjadi ketua ASLI Jogja.

Cerita Bondan mungkin hanya satu dari sekitar 17.000 anggota ASLI di seluruh Indonesia. Berdiri sejak 2015, ASLI sudah tersebar di 21 provinsi di Indonesia. Beberapa DPD berada di Aceh, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi, Riau, Jambi, Bangka Belitung, DIY, hingga Papua.

ASLI DPD Jogja lahir di tahun yang sama dengan kelahiran organisasi pusatnya di Jakarta. Anggota ASLI Jogja saat ini lebih dari 40 orang. “Tujuan asosiasi untuk menaungi temen-temen laundry-an, agar saling belajar bersama bisnis laundry,” kata Bondan.

Tumbuh Bersama

Sejak awal terbentuk, secara rutin ASLI menggelar rapat kerja nasional, expo laundry, hingga musyawarah nasional. Ada pula perlombaan laundry dari seluruh Indonesia. Juara satu akan menjadi perwakilan untuk mengikuti acara tentang laundry di Eropa.

Acara tersebut merupakan agenda tahunan. Sementara yang lebih esensial dari asosiasi berupa belajar bersama, yang waktunya bisa setiap saat. Sejak bergabung sebagai member, ASLI sudah memberikan standar operasional yang selayaknya pengelola laundry miliki dan terapkan. Standar ini mengacu pada kualitas layanan dan potensi pengembangan usaha ke depan.

Misalnya berupa rekomendasi jenis bahan baku, aturan komplain konsumen, penggunaan alat, dan lainnya. “Tiap bidang ada zoom meeting, diikuti seluruh Indonesia, bisa nambah pengetahuan. Kadang [sharing tentang teknologi laundry terbaru]. Bisa jadi di Jakarta mesinnya lebih maju, lebih cepet dibanding di daerah, di sana udah enggak hype, baru hype di sini,” kata Bondan.

ASLI berupaya membuat para membernya semakin berkembang. Mereka akan mendukung sisi-sisi yang sekiranya perlu dorongan, baik secara teknis, moral, maupun mindset. “ASLI ini seperti kolam, ikan kami masukkan, kasih makan enak, nanti ikan itu bisa bikin wadah baru lagi,” kata Humas ASLI Pusat, Reza Rahardian.

Semakin terbukanya relasi sesama pengusaha laundry juga berdampak dalam menjalankan usaha. Sesederhana ada pekerjaan yang banyak dan mulai kewalahan, maka anggota bisa meminta bantuan pengerjaan dari anggota lainnya. Begitupun misal butuh perlengkapan seperti tas atau mesin laundry, maka bisa memanfaatkan jaringan yang ada di ASLI.

Dampingi Proses Hukum

ASLI memang memiliki standar operasional tertentu pada para membernya. Namun pelaksanaannya kembali ke owner masing-masing usaha. Standarisasi untuk menghindari kemungkinan buruk terjadi. Seperti kasus yang pernah terjadi di salah satu member ASLI Jogja, konsumen mengklaim bajunya ada yang hilang saat laundry.

ASLI Jogja mendampingi mediasi. Namun negosiasi buntu. Konsumen melaporkan pengusaha itu ke lembaga aduan konsumen. “Udah cek CCTV, udah jelas enggak ada yang ketinggal, tapi enggak percaya. Terus diadukan. Kami sebagai pengurus membantu, minta tolong pusat [mendampingi secara hukum]. Saat mediasi selanjutnya, dari sana enggak datang, cuma gertak sambal aja mungkin,” kata Guntur.

Standarisasi operasional usaha salah satu cara mengurangi potensi kasus seperti ini. Di samping itu, ASLI Jogja juga merekomendasikan membernya melek teknologi dan menerapkan sistem ramah lingkungan. Meski di sisi lain, pekerjaan rumahnya berupa menaikkan harga layanan.

Dengan harga layanan yang layak, maka pengusaha laundry lebih maksimal menggarap pakaian konsumen. Pelayanan juga bisa semakin ditingkatkan. Ujungnya nanti pada kepuasan konsumen.

Hal-hal seperti ini yang bisa pengusaha atau calon pengusaha laundry dapatkan di ASLI. “Kami terbuka untuk member baru, yang penting punya laundry, harapannya punya nomor induk berusaha, misal belum kami bantu,” kata Bondan. “Belum punya laundry juga bisa, nanti bikin bareng.”

Bondan Estuning Rahayu menyebut Jogja sebagai Kota Seribu Laundry. Dia tidak benar-benar menghitung satu per satu laundry yang ada di Jogja. Namun ini merujuk pada banyaknya usaha laundry di Bumi Mataram. Predikat itu bisa jadi masuk akal, mengingat Jogja sebagai kota pendidikan, wisata, sampai beragam predikat lainnya.

Banyak laundry bisa selaras dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat. Meski sudah banyak, Bondan beranggapan membuat usaha laundry masih cukup potensial. “Bagi yang baru memulai, bingung mau ngembangin dari mana, ASLI Jogja bisa menjadi wadah untuk belajar,” katanya.

Apalagi sandang masuk dalam kebutuhan pokok manusia. Aditya Guntur Wicaksono menganggap semakin meningkat ekonomi seseorang, membuat mereka semakin sibuk. Ditambah semakin sulit mencari asisten rumah tangga. Maka menitipkan cucian ke laundry menjadi pilihan yang tepat.

Membuka usaha laundry juga bukan melulu tentang pakaian yang hitungannya kiloan. Banyak jenis usaha laundry yang bisa masyarakat coba bangun, seperti cuci mobil, karpet, sepatu, tas, baby gear, tas branded, sampai laundry perlengkapan rumah sakit.

“Ini yang jarang ke-publish, laundry rumah sakit, khusus dan ada sertifikasinya, kolamnya masih dikit,” kata Guntur. “Sebagai wiraswasta laundry, kalau enggak keluar enggak bisa berjejaring. Sebagai owner perlu berjejaring, buka peluang. Ilmu usaha sangat dinamis.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Terbaru Kereta Bandara YIA dari Stasiun Tugu Minggu 6 Oktober 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu

Jogja
| Minggu, 06 Oktober 2024, 03:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Jogja lewat Diorama

Wisata
| Rabu, 02 Oktober 2024, 22:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement