Advertisement
Toyota Tunda Produksi Kendaraan Listrik di AS
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Toyota Motor Corp akan menunda produksi kendaraan listriknya di Amerika Serikat. Toyota semula berencana memulai produksi kendaraan SUV listrik tiga baris di pabriknya di Kentucky pada 2025.
Produsen mobil terbesar di dunia berdasarkan volume ini menurut keterangan sumber yang dikutip oleh Kyodo pada Kamis (3/10/2024) akan mengundur awal produksi kendaraan elektrik di pabrik tersebut beberapa bulan hingga 2026 untuk memastikan kualitas produk.
Advertisement
Penundaan ini terjadi karena Toyota meninjau target produksi global kendaraan listriknya pada 2026 di tengah lambatnya permintaan kendaraan listrik murni.
Dalam pernyataan perusahaan, Toyota menyatakan bahwa jadwal produksi kendaraan listrik di Amerika Utara ditunda dari rencana awal karena perusahaan sedang meninjau waktu peluncuran dengan harapan dapat memberikan produk yang lebih baik kepada konsumen.
Pada Februari, Toyota mengumumkan akan menginvestasikan 1,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp20 triliun di pabrik Kentucky.
Perusahaan juga berencana memproduksi kendaraan listrik di Indiana mulai 2026 dengan investasi 1,4 miliar dolar AS atau sekira Rp21,6 triliun, menjadikannya sebagai lokasi produksi kendaraan listrik kedua di Amerika Serikat.
Bergabung dengan produsen mobil global lain yang mempertimbangkan kembali strategi mereka karena penurunan penjualan kendaraan listrik, Toyota menurunkan target produksi global kendaraan listriknya pada 2026 sekitar 30 persen dengan tujuan memproduksi sekitar satu juta unit menurut sumber yang familier dengan masalah ini.
Pasar kendaraan listrik global awalnya mengalami pertumbuhan pesat berkat model-model populer yang dibuat oleh Tesla Inc. dan BYD Co. asal China.
Namun, penjualan kendaraan di segmen ini kemudian melambat, antara lain karena biayanya tinggi dan kurangnya stasiun pengisian daya.
Toyota juga memperbarui fokusnya pada pengendalian kualitas setelah serangkaian kasus pelanggaran sertifikasi kendaraan terungkap di grupnya awal tahun ini, mulai dari pemalsuan data hingga penggunaan standar pengujian yang tidak disetujui oleh pemerintah Jepang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Toko Online Temu Asal China Dilarang Masuk Indonesia, Ini Alasan Menkominfo
- Mendag Sita 11.000 Ton Siku Baja Tanpa SNI Senilai Rp11 Miliar
- Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia Diklaim Mampu Menarik Investasi dari Jepang
- Harga Rokok di Indonesia Disebut Terlalu Murah, Picu Banyaknya Perokok
- Wuih! Bank Dunia Sebut Harga Beras di Indonesia Termahal se-Asia Tenggara
Advertisement
Gratis, Sepasang Pengantin Ini Ucapkan Akad Nikah di Mal Pelayanan Publik Kota Jogja
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- KUSTOMFEST 2024 Kembali Digelar, Pengunjung Berkesempatan Dapat Lucky Draw ke Jepang
- Apple Batal Membangun Pabrik di Indonesia, Ini Alasannya
- BANK BPD DIY SYARIAH: Terus Tumbuh Bersama Nasabah
- Bank Indonesia Umumkan Uang Pecahan Rp10.000 Tahun Emisi 2005 Tidak Berlaku Lagi
- Inovasi Pembiayaan Bagi UMKM Perlu Dilakukan, Ini Tujuannya
- Toyota Tunda Produksi Kendaraan Listrik di AS
- Cek Harga Pangan Hari Ini, Jumat 4 Oktober, Harga Bawang Naik, Minyak Goreng Turun
Advertisement
Advertisement