Advertisement
Pakar Energi UGM Sebut Co-Firing Mampu Tekan Emisi Karbon

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi mengatakan program co-firing PT PLN (Persero) mampu menekan emisi karbon. Ia menjelaskan program co-firing adalah mengganti sebagian batu bara pada rasio tertentu dengan bahan biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Menurutnya beberapa bahan biomassa yang bisa digunakan adalah pellet kayu, sampah, cangkang sawit, hingga serbuk gergaji. Menurutnya program ini dilakukan untuk menekan emisi karbon dalam mendukung transisi energi untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE).
BACA JUGA : Tekan Polusi Udara, Sejumlah Kendaraan Jadi Sasaran Uji Emisi
Advertisement
"Co-firing tidak hanya mampu mengurangi emisi karbon, tetapi juga memberdayakan masyarakat dalam pengolahan bahan biomassa sehingga dapat mengembangkan ekonomi kerakyatan," kata Fahmy, Selasa (15/10/2024).
Fahmy menjelaskan di masa transisi energi, inovasi co-firing PLN cukup signifikan dalam menekan emisi karbon, menyediakan energi yang lebih ramah lingkungan. Sepanjang 2024, co-firing pada PLTU mampu mereduksi emisi karbon hingga 1,05 juta ton CO2 dan memproduksi energi bersih sebesar 1,04 terawatt hour (TWh).
Ia mengatakan penggunaan co-firing selama 2023 telah meningkat jika dibandingkan realisasi pada 2022. Dalam mereduksi emisi karbon, PLN mampu menambah pengurangan emisi hingga 450.000 ton CO2. Produksi energi bersih pun tumbuh hingga lebih dari 77% dari realisasi 2022 sebesar 575 GWh. "Selain menghasilkan listrik andal, namun tetap murah bagi masyarakat," ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, co-firing juga mendorong perekonomian kerakyatan lewat keterlibatan langsung masyarakat dalam pengembangan biomassa. Berdasarkan data 2023, PLN berhasil menyerap 1 juta ton biomassa untuk 43 PLTU di Indonesia, meningkat 71% dibandingkan 2022.
Dia menjelaskan hingga 2025, PLN menargetkan program co-firing bisa dilakukan pada 52 PLTU dengan kebutuhan biomassa mencapai 10 juta ton dan mampu menurunkan emisi sebesar 11 juta ton CO2e per tahun.
Penggunaan co-firing, kata Fahmy, bisa memperbaiki bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) yang selama 10 tahun belum mencapai target. Bauran EBT hingga 2025 ditargetkan sebesar, 23%, akan tetapi hingga akhir 2023 masih 12,8%.
BACA JUGA : Dua UPT Barantin Raih Sertifikat EDGE Green Building
"Presiden terpilih Prabowo Subianto harus memperbaiki capaian target bauran EBT dalam program transisi energi," jelasnya.
Selain co-firing menurutnya perlu juga dikembangkan inovasi EBT dengan menggunakan sumber daya EBT yang tersedia berlimpah di Indonesia. Sehingga NZE dapat dicapai pada 2060.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Gegara Beli Peralatan Militer dan Energi dari Rusia, Donald Trump Terapkan Tarif Impor 25% untuk India
- Lebih dari 1 Juta Rekening Terkait dengan Tindak Pidana, PPATK: 150 Ribu Didapat dari Peretasan
- Ekonom Minta Pemerintah dan BPS Menaikkan Acuan Garis Kemiskinan Sesuai Bank Dunia
- Berkat Sydney Sweeney, Saham American Eagle Melonjak
- Harga Emas di Pegadaian, Senin (28/7/2025) Stabil
Advertisement

Pertandingan PSIM Jogja di SSA Bantul Bisa Dihadiri Penonton? Ini Jawaban Panpel
Advertisement

Wujudkan Pariwisata Berbasis Budaya, InJourney dan Kementerian Kebudayaan Sinergi Melakukan Pengelolaan Kompleks Candi Borobudur
Advertisement
Berita Populer
- Gangguan Premanisme Meresahkan Pelaku Usaha, Apindo: Dipicu Adanya PHK Massal
- Ekonom Indef Minta Pemerintah Waspadai Perlambatan Ekonomi, Ini Faktornya
- Dijual di Jawa Rp11.000 per Kilogram, Distribusi Beras Murah SPHP Bakal Diperketat
- Lebih dari 1 Juta Rekening Terkait dengan Tindak Pidana, PPATK: 150 Ribu Didapat dari Peretasan
- 1 Agustus 2025 Tarif Trump Diterapkan untuk Indonesia, Apindo Minta Insentif dari Pemerintah
- Harga Minyak Dunia Turun, Efek Ultimatum Trump ke Rusia?
- Gegara Beli Peralatan Militer dan Energi dari Rusia, Donald Trump Terapkan Tarif Impor 25% untuk India
Advertisement
Advertisement